part 13

233 25 0
                                    

Dengan wajah lesu aku keluar dari ruangan eksekusi yang menyeramkan. Itulah yang selama ini ada dibenak para mahasiswa. Butuh mental yang kuat untuk berada di ruangan ini. Bahkan hidup mati seorang mahasiswa ada disana.

Kepalaku terus menunduk. Berjalan mendekati sosok wanita yang masih setia menanti ku menghadapi takdir didalam. Tak ada senyum dari wajahku. Tersirat wajah khawatir darinya.

Melihatnya memasang wajah seperti itu membuatku menarik senyum pada bibir ini. Rasa nya tak bisa berlama lama bersedih jika disampingnya. Dahinya berkerut seiring aku menunjukkan senyum yang semakin lebar.

"Gimana ?" Tanyanya.

"Apanya?" Jawabku

"Hasilnya ?" Tanyanya dengan penasaran. Aku hanya menunduk kan kepala dengan senyum yang masih merekah.

"Berhasil?" Tanyanya antusias.

"Hmm" jawabku bersemangat.

"Yeee.. selamat bos Bobby atas kelulusan nya" ucapnya berlari kearahku dengan kamera ditangan.

"Thank you very much honey" jawabku merangkul pundaknya.

"Cie, udah lulus. Bentar lagi wisuda nih. Aku jadi pengen"

"Haha, tenang. kamu kurang 1 tahun lagi kok. Itupun kalo kamu pintar ya" ucapku

"Enak aja, aku pintar ya. Sebenarnya aku bisa aja lulus tahun ini. Cuman aku gak enak sama kamu"

"Oh iya ?"

"Tentunya " ucapnya membanggakan diri.

Akupun hanya memberikan senyum termanis ku dan masih setia merangkulnya.

"Kini giliran kamu. Aku akan bekerja setelah ini. Dan aku berjanji akan mengumpulkan uangku untuk masa depan kita" ucapku mantap.

"Kamu ini" ucapnya memelukku erat.






********

Wisuda ku akan berlangsung satu Minggu lagi. Hari ini aku mengajaknya untuk mencari tuxedo untuk wisuda. Aku sudah punya banyak sebenarnya. Tapi kata Mama sebagai momen yang tak terlupakan seperti ini lebih baik jika menggunakan tuxedo baru. Karena saat itu tiba, saat itulah aku akan mulai jalan yang baru.

Kami memasuki sebuah butik. Kebetulan adalah butik dari Mama ku sendiri. Kami segera masuk dan menuju tempat tuxedo.

Tante Shani menyambut kami dengan ramah. Tante Shani masih saudara dengan mama. dan dia lah yang mengurusi butik Mama selama ini. Beliau menunjukkan padaku tuxedo yang bagus.

"Menurutmu bagusan yang mana ?" Tanyaku pada Shania. Dengan kedua tanganku yang menenteng tuxedo warna hitam ditangan kananku dan tuxedo coklat ditangan kiriku.

"Ehm, kayaknya bagus yang hitam deh. Coba aja " jawabnya

Aku pun segera menuju ruang ganti dan mencoba pilihannya.

"Gimana ?" Tanyaku padanya yang asyik berbincang dengan Tante Shani .

"Keren" ucapnya

"Iya dong. Dari dulu" ucapku. Dia pun hanya memutar bola matanya malas.

"Tante aku ambil ini ya ?" Ucapku pada Tante Shani. Dan Tante Shani segera membungkusnya.

"Kamu gak beli gaun sekalian ? Mumpung disini" ucapku padanya.

"Enggak deh Bob. Kapan kapan aja" ucapnya.

Lensa, Senja, Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang