part 17

244 29 0
                                    

biar feel nya lebih dapat jangan lupa diputer video diatas ya :)



************

Sepertinya langit begitu jahat malam ini. Begitu banyak bintang yang bertaburan di langit. Padahal disini ada seseorang yang hatinya telah hancur. Ada seseorang yang terkurung dalam gelap nya kenyataan yang datang.

Beribu bintang di langit ternyata tak mengalahkan satu bintang ku. Tapi kenapa bintangku harus redup ? Mengapa bintangku tak lagi tunjukkan cahaya nya. Aku hanya butuh dia, Melihat nya kembali seperti dulu.

Angin berhembus dengan kencang. Menerpaku yang masih terdiam mematung di balkon kamarku. Menerawang jauh keluar. Bagai roll film yang terulang ulang. Apa yang diucapkan Om Natha masih menghantui ku. Tak terasa air mata ini kembali mengalir dengan sendirinya. Bahkan secangkir kopi panas ditanganku tak bisa cairkan hatiku yang beku.

Aku sangat menyesal. Aku merasa menjadi orang yang bodoh. Mengapa tak sejak dua Minggu yang lalu aku putuskan untuk pulang. Mengapa saat dia sulit ku hubungi aku tak memutuskan untuk menemuinya. Mengapa saat aku melihatnya sering oleng tak memaksanya untuk memeriksakan diri. Mengapa saat kita makan bersama dan dia menjatuhkan sendoknya tak menyadarkan ku akan kondisi.

Aku sungguh merasa jadi Orang yang bodoh. Kenapa saat dia membutuhkan Ku, aku tak ada disampingnya. Kenapa aku tak kembali saat aku benar benar kehilangan kabar darinya. Mestinya aku sadari semua itu. Meskipun dari jauh mestinya aku bisa merasakan itu. Aku sangat menyesal. Aku merasa lemah, payah, dan bodoh .

Kini ku harus melihatnya seperti itu. Melihatnya terluka tergores saja aku sudah kelabakan. Lalu bagaimana bisa aku melihat dia yang sangat terluka sampai sekarang.

Bagaimana bisa aku melihatnya yang semakin lunglai. Melihatnya yang ingin bergerak namun tak mampu. Melihatnya yang kesulitan meraih benda yang ada didekatnya . Melihatnya kesulitan makan. Melihatnya tak lagi bisa menulis dengan bagus. Melihatnya sulit untuk bercerita. Melihatnya setiap hari harus menderita seperti itu. Aku tak mampu. Aku sungguh tak mampu .

Kembali terputar tawaran Om Natha. Kupejamkan mata ini. Mencoba menarik nafasku dalam dalam. Mencoba mencari apa yang harus kucari. Mengejar apa yang harus kudapatkan. Mendapatkan apa yang memang ditakdirkan Untuk ku.

Aku cinta padanya, sangat. Bahkan jauh saat kami masih di bangku putih abu abu aku sudah suka padanya. Kurelakan waktu ku hanya untuknya. Kulakukan apa yang perlu kulakukan. Melindungi nya dari sosok yang tak suka padanya. Mengancam mereka yang berhasil kupergoki ingin macam macam pada Shania. Menyuruh Mario untuk menyerah dan pergi menjauh darinya. Lalu kenapa seakan takdir ingin memisahkan ku dengannya.







****

Dengan kamera ditangan, kaos putih polos, jaket kulit, dan celana jeans aku bersiap keluar kamar.

Kuturuni tangga rumahku. Kulihat Mama tengah berkutat dengan urusan memasaknya. Tanpa banyak bicara aku langsung duduk di meja makan. Mengambil beberapa lembar roti dan mengolesi selai atasnya. Kutaruh roti isi di sebuah wadah makan dan menutupnya rapat-rapat.

"Mau kemana Bob ?" Tanya Mama berjalan kearah ku.

"Bobby tahu apa yang harus Bobby lakuin sekarang ma" jawabku menjabat tangan Mama dan pergi.









*****

Kulangkahkan kakiku memasuki ruang tamu sebuah rumah mewah. Kudengar percakapan dari arah meja makan. Kulangkahkan kakiku mendekat kearah suara itu berasal.

Lensa, Senja, Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang