part 9

253 23 0
                                    

Tuxedo hitam, rambut sedikit dibuat berantakan, sepatu pantofel, dan sempurna. Saat nya menjemput Shania. Hari ini acara pensi dikampus kami akan berlangsung. Sesuai rapat kemarin aku akan tampil seperti di event event sebelum nya. Dan Shania ku akan mengabadikannya. Dia anak fotografer sudah dipastikan wajib menjadi seksi dokumentasi kali ini.

Tinn tinnn tinnn

Kubunyikan klakson mobilku ketika telah berada tepat didepan rumahnya. Dari arah dalam kulihat shania dengan style casual namun terlihat santai tengah berjalan kearah mobilku. Aku segera keluar mobil. Menyambut Shania dengan senyum yang terus merekah padanya.  kubukakan pintu mobilku seperti biasanya dan berlalu pergi ke kampus.




Dengan bergandengan tangan kami mulai memasuki backstage. Terlihat sudah penuh anak BEM yang berkumpul. Kulepas tuxedo yang kugunakan dan menyisakan kemeja putih lengan panjang yang kulihat sampai siku. Kutaruh tuxedo ku pada gantungan baju yang tersedia di backstage. Untuk ukuran pengisi acara, aku termasuk orang yang kepagian. Bukan tak beralasan melainkan aku mengantar Shania yang harus standby disini beberapa jam sebelum acara dimulai. Dan aku tak tega harus membiarkannya berangkat sendiri, sedangkan semalam dia harus lembur mengurusi ini semua. Aku yang semalam mengantarnya bisa melihat wajah kelelahannya ketika tertidur di mobilku.






******

Semua telah siap. Dan beberapa menit lagi acara akan dimulai. Kembali ku kenakan tuxedo ku dan kutata rapi. Kuhampiri wanita yang sedari tadi sibuk sekali.

"Shan, makan gih. Kamu belum sarapan kan" ucapku.

"Nanti aja Bob, nanggung nih. Ada beberapa atribut yang belum lengkap nih."

"Shan, nanti kamu sakit lho. Itu urusan anak sarana prasarana kan ? Kamu makan dulu ya ?" Bujukku.

"Nanti aja ya Bob. Mendingan kamu sendiri yang makan deh. Kamu mau tampilkan" ucapnya.

Tak mau banyak bicara dan mengahadapi keras kepalanya aku pun pergi. Jika aku terus meladeni nya dia akan marah.

Setelah mendapat kan yang aku mau aku segera menghampiri Shania kembali. Kududuk di sebalahnya dan membuka nasi kotak yang sudah berada ditanganku. Dan tak lupa membuka tutup botol air mineral yang kudapat dari konsumsi. Kusodorkan air mineral kearahnya. Namun dia malah menatapku dengan dahi yang berkerut. Aku tetap menyodorkan nya, hingga akhirnya dia meminum sedikit airnya. Kutaruh air itu disebalahku. Lalu kuambil nasi berserta lauknya dengan sendok ditanganku dan kusuapkan padanya. Kembali dia hanya menatapku dengan dahi berkerut.

"Kamu harus makan. Buka mulutmu, akan kusuapi. Dan kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu" ucapku memotong gerak bibirnya yang sudah ingin memprotesku.

Terdengar dia mengeluarkan nafasnya dan mulai membuka mulutnya. Sesaat senyumku tertarik melihat dia yang mulai menguyah nasinya. Namun dia kembali dengan pekerjaan nya. Aku masih setia disampingnya. Menyuapinya sedikit demi sedikit dengan sedikit pula aku ikut memakannya. Karena aku juga lapar, dan Shania menyuruhku untuk ikut makan.

"Ehem, yang pasangan baru " ucap ibu negara mengagetkan kami.

"Apaan sih kak" ucapku datar.

"Apaan ? Eh, Shan nanti kamu abadikan sebagian performa nya dengan format video ya ? Soalnya buat laporan"

"Oh iya kak. Siap" jawab Shania.

Lensa, Senja, Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang