part 4

394 25 0
                                    

*****

" Sudahlah Bob, kan masih ada tes SBMPTN kan ? Kamu pasti bisa." ucap shania mencoba membujukku.

"Tapi kurang greget Shania"

"Ya mau gimana lagi ? Lagian buat kuliah gak harus dari SNMPTN kan"

"Iya sih. Tapi aku tetep kecewa" ucapku sebal .

"Mau gimana lagi. Emang dasarnya gak lolos" Ucapnya datar

"Hey, kamu belum tahu aja ya. Aku tuh udah ngerjain dan aku yakin 99% benar tapi masa aku gak lolos sih."

"Ya memang aku belum tahu. Tapi aku yakin aku bisa lolos nanti"

"Jangan sombong ya kamu"

"Aku gak sombong cuman yakin aja"

"Halah, sama aja itu namanya"

"Beda Boss. Lagian aku emang yakin bisa. Kita lihat aja nanti"

"Oke siap. Kalo kamu nanti berhasil lolos aku bakal kasih kamu hadiah" ucapku menantang.

"Oh nantangin ini ceritanya. Siapa takut ? Tapi hadiahnya apa dulu ini"

" Udah, kamu buktiin dulu. Masalah hadiah belakangan"

"Oke. Aku pegang janjimu."  shania mengulur kan tangannya untuk berjabat tangan denganku. Aku terima jabatan tangannya untuk tanda perjanjian kita deal dibuat.










******



Sekarang aku berada disuatu tempat. Tempat yang sejuk dan aku bisa jamin tempat ini akan sangat indah nantinya. Keringat bercucuran dari dahi dan tubuhku. Sudah sejak 3 hari yang lalu aku berada disini. Menguras seluruh tenaga ku hanyak untuk melakukan sesuatu hal yang ku harapkan bisa memberikan sebuah senyuman untuk seseorang. Dan akhirnya semua pengorbanan ku tak sia sia. Semua berjalan tepat waktu. Jam pun telah menunjukkan pukul 15.00 dan kini waktunya aku akan menjemput nya. Sebelumnya aku pun sudah mengirim pesan padanya.

"Udah lama nunggu ? Lagian kenapa gak masuk dulu sih ? " Tanya shania padaku yang tengah bersandar pada mobilku.

"Gak kok. Lagi gerah banget. Pengin diluar" jawabku dan segera membukakan pintu penumpang. Diikuti pula olehku yang masuk dibangku pemudi.

"Mau kemana kita ? Kamu kok kucel banget sih. Kayak habis dikejar trantip" ucap shania dengan tersenyum sedikit meledek .

"Ada deh. Enak aja trantip. Emang aku lekong" jawabku datar dan terus fokus mengemudi.

Perkiraan waktu yang tepat. Kini aku sudah berada ditempat yang sudah kusiapkan beberapa jam yang lalu. Kutuntun Shania untuk berjalan di depanku dengan mata yang masih tertutup. Hingga kami tiba tepat ditengah sebuah halaman yang luas layaknya lapangan basket mini. Dengan rumah pohon berada diatas salah satu pohon besar yang ada disana.

"Buka matamu" ucapku setelah melepas penutup matanya.

"Apa ini ?" Tanyanya yang masih bingung. Tanpa membuang waktu akupun segera menyeretnya untuk naik keatas rumah pohon. Kini kita berdiri dibelakang pagar pembatas. Menghadap langit yang telah berubah warna menjadi senja. Dan bisa kulihat shania nampak sangat terpesona dengan tangan yang masih saja menutupi mulut tanda kagum.

"Bobby ini ?" Tanyanya padaku.

"Bagus ya ? Ambil kameramu dan ambil gambarnya. Bukankah kamu ingin bisa mengambil foto langit senja dari posisi seperti ini ?" Ucapku padanya yang masih terlihat sangat tak menyangka.

Lensa, Senja, Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang