part 5

400 28 0
                                    

Rasa sakit teramat sangat kurasakan. Bagai beribu batu menghantam tubuh ini. Sangat sakit bahkan tanganku tak henti hentinya meremas dada kiri ku yang ngilu. Kututup album pada tanganku. Melempar nya sembarang arah. Tak tahu melayang kemana dan seperti apa. Sungguh aku terhujam rasa sakit yang mendalam.

Kembali kini kuhadap layar laptop yang masih menunjukkan sebuah video yang terpause sedari tadi. Entah kekuatan dari mana tangan ini kembali terulur untuk memutar nya kembali.





********



"Sstttt... jangan berisik ya.. sekarang saatnya kita bangunin si Boss Bobby." Samar samar kudengar suara gadis yang selama ini telah menemani hidupku. Dan aku harap untuk selamanya seperti itu. Rasanya sangat bahagia saat diri ini berhasil mendapatkan cintanya. Cinta yang dari dulu terpendam dalam hati ini ternyata tidaklah bertepuk sebelah tangan. Cinta yang sedari dulu ku pendam ternyata terbalaskan.

Kudengar derap langkah kaki yang semakin mendekat. Aku rasakan itu, tapi rasanya aku belum ingin membuka mata ini. Entah mengapa aku sangat suka dibangunkan olehnya. Meskipun terkadang dia sangat menyebalkan jika sedang membangunkanku.

"Boss Bobby, ayo bangun.. udah siang nih." Teriaknya menggema di Indra pendengaran ku. Namun tak ada pergerakan sedikitpun dariku. Aku masih malas untuk bangkit dari kasurku ini.

"Ish, ayo bangun... ayo..." kembali dia berteriak. Tapi kali ini dia menarik narik tanganku dengan satu tangan. Akupun hanya menggeliat manja.

"Ngantuk" ucapku malas.

"Kalo kamu gini terus ya tetep ngantuk Bobby" ucapnya kembali menarik tanganku.

"Aarrghhh, mager" teriakku merenggangkan tubuh dengan lengan ku yang masih saja ditarik tarik.

"Ayo dong, Bobby. Mama udah nungguin dibawah tuh" ucapnya yang sudah berhenti menarik lenganku. Kukerjapkan mataku mencoba mengumpulkan nyawaku dan melihat sosok bidadari dipagi hari. Wajahnya terlihat sangat kesal. Seperti seorang ibu yang tengah membangunkan anaknya untuk pergi ke sekolah. Sungguh menggemaskan. Tapi bedanya ibu ini membawa sebuah kamera ditangannya. Bibirku pun tertarik dan menunjukkan senyum

"Gak usah senyum senyum. Ayo bangun, susah banget sih dibangunin" ucapnya sok galak.

"Lihat tuh Boss Bobby, udah siang baru bangun. Mana jam segini muka masih kucel lagi. Muka bantal banget kan ?" Ucapnya kembali pada kamera ditangannya. Aku pun makin tersenyum.

"Iya iya sayang.. galak banget sih masih pagi juga" ucapku sedikit menggoda. Dia pun hanya menatap malas dan memutar bola matanya. Aku yang melihat itu malah semakin gemas. Akupun segera bangkit dan mengacak rambutnya yang sudah rapi.

"Bobby, kamu tuh ya" teriaknya menggema. Aku pun hanya tertawa keras dan lari menuju kamar mandi. Takut takut jika dia akan mengamuk.

Setelah selesai dengan urusanku bersih bersih diri aku segera turun. kulihat Mama dan wanitaku kini tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Dengan langkah cepat aku menuju mendekati mereka.

"Pagi semua" ucapku setelah sampai didekat mereka.

"Pagi ? Jam segini pagi ? Ini udah siang Bobby" ucap Mama tak terima aku sebut pagi padahal jam sudah menunjukkan pukul 09.00.

"Ih Mama, ini tuh masih pagi. Waktu Bobby SD aja kalo ngajarin jam segini tuh pagi" bela ku.

"Terserah kamu aja deh. Mama udah bikinin kamu sarapan. Pagi ini Mama mau ke butik. Mama ada janji sama klien. Jadi kamu sarapan sama Shania aja. Jangan bikin ulah. Dan satu lagi, kamu ada kelas hari ini ?" Ucap Mama panjang lebar.

Lensa, Senja, Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang