part 23

239 28 2
                                    

"Bobby bangun. Udah siang nih" sayup sayup bisa kudengar suara wanita yang tak asing bagiku. Namun sepertinya suara ini telah lama sirna. Aku merasa tak ingin membuka mataku. Aku takut jika apa yang kudengar hanya bunga tidur bagiku. Aku masih membiarkan setiap sentuhan yang dia lakukan. Mendengar kan suara yang selama ini kurindukan.

"Bobby, susah banget sih dibangunin" teriak nya yang menggema seantero kamarku ini. Yang membuatku mau tak mau harus membuka mataku perlahan. Dan aku sadar aku tak sedang bermimpi.

Kutemukan sosok yang selama ini telah hilang tengah duduk disampingku. Menunjukkan deretan gigi putih. Dengan mata hazel yang tertutup saat tersenyum seperti biasanya. Kukucek pelan mataku untuk memastikan penglihatanku. Dan kuyakini apa yang di hadapanku benar adanya.

"Shania ?" Ucapku dengan suara serak khas bangun tidur. Kusandarkan tubuhku pada nakas dan masih menatap nya lekat.

"Cepata mandi gih. Anterin aku ke kampus" ucapnya bersiap mendorong kursi roda nya. Namun aku lebih dulu melompat dari atas tempat tidur dan mencegah nya pergi.

"Aku belum mendengar mu ucapkan selamat pagi padaku . Aku tak mau mandi" ambekku masih duduk menyila didepannya.

"Astaga Bobby. Ini sudah siang sayang. Cepat mandi. Aku akan menunggu mu disini. Aku tak bisa turun" ucapnya penuh perhatian dan sedikit manja di kalimatnya terakhir. Rasanya aku ingin melompat kegirangan. Mungkin jika ada yang bisa melihat nyawaku tengah melayang layang ketika dia Kembali sebutku sayang. Suatu anugerah terindah dalam hidupku.

"Baiklah. Tunggu disini. Jangan pergi, aku takkan lama"

"Udah sana, gak usah banyak omong" ucapnya mendorong tubuhku menjauh agar segera berangkat mandi.














*****
Kini bisa Kembali kurasakan dia yang dengan telaten mengatur penampilanku. Memasangkan dasiku, menata rambutku, merapikan tuxedo yang kupakai. Dan aku merasa terbang melayang, saat aku kembali bisa merasakan kecupan hangatnya pada pipiku. Mungkin cukup konyol rasanya, aku bagaikan dicium pertama kalinya oleh wanita yang kucinta. Aku kembali merasakan sensasi layaknya cinta pertama anak SMP . Bahkan senyumku sedari tadi bangun tidur tak kunjung pudar. Aku masih betah menatap wajahnya, meskipun kegiatannya menata penampilanku telah usai.

"Bobby, hei Bobby" ucapnya mengagetkanku.

"A...a..apa ?" Tanyaku gelagapan .

"Kamu kenapa? Dari tadi senyum senyum. Sekarang ngelihat aku segitunya. Kamu sakit?" Tanyanya khawatir.

"Enggak, sama sekali enggak. Bahkan aku sangat sangat sehat hari ini. Apalagi disambut senyum hangat bidadari saat Pertama kali aku membuka mata. Aku pikir hari ini akan menjadi hari yang sangat menyenangkan" ucapku dengan senyum masih terus merekah .

"Dasar kamu itu. Yuk turun" ajaknya padaku. Aku segera bangkit dari dudukku dan mengambil alih kendali kursi roda Shania. Kudorong keluar kamar.

Kuangkat tubuhnya menuruni tangga dan menaruhnya di kursi ruang makan . Aku segera berlari mengambil kursi roda yang kutinggalkan dilantai atas.









****

Kudorong kursi roda melewati lorong kampus dengan senyum yang sedari tadi tak kunjung pudar. Rasanya sangat bahagia saat orang yang dicintai bisa kembali seperti dulu. Kembali tersenyum dan menerima ku untuk selalu disampingnya. Sungguh bahagia yang teramat sangat.

"Aku pergi dulu ya. Nanti hubungi aku kalo kelas mu sudah selesai. Aku akan menjemputmu" ucapku dan ku akhiri mengacak rambutnya.

Kulajukan mobilku memecah padatnya ibu kota. Dengan diiringi lantunan musik bahagia.
















Lensa, Senja, Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang