part26

288 33 1
                                    

"SHANIAAAA" teriakku



Tanpa aba aba aku segera menggotong tubuhnya. Menggotong tubuhnya untuk keluar dari gedung. Segera kubawa mobil yang sudah di siapkan. Kulajukan mobilku dengan cepat. Rasa was-was, takut, dan semuanya bercampur aduk . Tak henti hentinya aku berdoa. Berharap semua baik baik saja

Pihak rumah sakit segera memasukkan Shania kedalam UGD. Aku hancur, aku sakit. Aku takut. Aku terus mondar mandir. Tak bisa berhenti. Rasanya aku benar benar hancur.














****



Kudorong kursi roda dengan wanita cantik duduk diatasnya. Kumasuki rumah megah bernuansa klasik.

"Ini rumah siapa Bob" Tanyanya menghadapku yang ada dibelakangnya. Kulangkahkan kakiku berjalan kedepannya. Kujajarkan tubuhku didepannya.

"Ini rumah kita sayang" ucapku .

"Rumah kita ? Kamu ?"

"Aku sudah lama siapkan ini. Mestinya rumah ini selesai bulan depan. Namun aku menyuruh mereka untuk segera selesaikan bulan ini. Kamu suka ?"

"Hmm, tentu" jawabnya sumringah.

"Baiklah, kalo begitu akan kubawa kamu keliling rumah ini dulu" ucapku kembali mendorongnya masuk kedalam. Mengamati ruangan demi ruangan.






"Pagi sayang" ucapku pada Shania yang masih berbaring disampingku namun dengan mata terbuka.

Kucium keningnya pelan dan berulang kali mengusap rambutnya.

"Yuk, kita turun. Kita bersihkan dulu badanmu. Lalu akan kusiapkan sarapan untukmu" ucapku menuntunnya duduk.


Kuambil kursi roda dipojok ruangan. Ku bawa mendekat kearahnya. Setelah sebelumnya aku sudah membersihkan tubuhnya. Kuangkat tubuhnya yang semakin kurus. Kudorong kursi roda ke meja makan. Aku memutar tubuhku untuk bisa duduk disampingnya. Ku ambil bubur dan menyuapkannya padanya. Sesekali ku pandangi wajahnya yang menikmati bubur buatanku.

"Bob" ucapnya pelan.

"Iya sayang" jawabku masih sibuk menguyah roti yang kumasukkan kedalam mulut saat tanganku tak sedang menyuapinya.

"Maaf" ucapnya lirih.

"Untuk?"

"Untuk semuanya. Maaf, aku tak bisa menjadi istri yang baik. Aku tak bisa menjalani kewajibanku. Aku seolah malah jadi bebanmu. Mestinya aku yang siapkan semuanya untukmu. Tapi. "

"Shan, bukankah aku sudah sering katakan bahwa kamu bukanlah bebanku ? Aku mencintaimu, aku rela lakukan apa saja untukmu. Aku sudah cukup senang kok kamu ada dihidupku. Setidaknya mimpiku untuk hidup bersama mu telah terkabul" ucapku memberikan senyumku. Ku kecup keningnya dan mengusap lembut kepalanya.

Lensa, Senja, Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang