Author pov
Siang ini Barbara dan Harry menuju ke sebuah butik milik teman Barbara yang juga cukup sering bekerja sama dengan butik miliknya.
Rencananya, siang ini mereka akan melakukan fitting baju pernikahan mereka berdua.
"Hi! Abby... I miss you" ucap Barbara memberi Abby pelukan singkat.
"Hei! Barbz. I miss you too. Oh,iya!! Aku sudah mempersiapkan gaun yang sangat bagus dan cocok dikenakan di badanmu itu. Dan juga tuxedo yang tentunya sangat pas jika dipakai oleh Harry" jelas Abby sambil membawa Barbara dan juga Harry ke tempat penyimpanan baju pernikahan mereka.
"Wow! Ini rancangan mu sendiri?" Tanya Harry saat sudah melihat tuxedo yang dirancang untuknya. Abby terkekeh mendengar ucapan Harry barusan.
"Abby...ini gaunku?" Tanya Barbara yang sama seperti Harry. Abby menganggukkan kepalannya.
"Thank you Abby sayaaangg!!!! I love you!!" Ucap Barbara sambil memeluk Abby erat.
"Hahaha...kau kan sahabatku, jadi di hari spesial mu nanti, aku ingin memberi kado yang terbaik untuk mu dan juga Harry" balas Abby memeluk Barbara tak kalah erat.
"Kau memang sahabat yang baik. Hahah" ucap Harry sambil melihat tingkah kedua perempuan ini.
"Ini gaun dan tuxedo yang akan kalian pakai di siang hari saat acara pernikahan kalian berlangsung. Aku juga masih punya satu gaun dan tuxedo lagi untuk kalian yang akan dipakai saat pesta pernikahan kalian berlangsung" Barbara dan Harry mengerutkan kening mereka bingung.
"Bukankah kami hanya memesan satu gaun dan satu tuxedo? Kenapa jadi ada dua?" Tanya Harry heran. Abby terkekeh menanggapi ucapan Harry.
"Iya memang kalian memesan satu. Tapi dua gaun dan dua tuxedo ini aku jadikan kado untuk kalian" Barbara membelalakkan matanya tak percaya.
"Ya ampun, Abby...kau tidak perlu repot-repot seperti ini. Kehadiran mu nanti di acara itu saja sudah membuatku dan Harry senang"
Lalu, Barbara dan Harry pun langsung masuk ke kamar pas untuk mencoba gaun dan tuxedo rancangan Abby.
Sedari tadi Barbara tidak pernah melunturkan senyuman manisnya itu. Dia memperhatikan bentuk tubuhnya yang proporsional ini di pakaikan gaun pernikahannya nanti.
Kedua gaun Barbara ini semuanya pas. Tidak kebesaran dan juga tidak terlalu kecil. Begitu juga dengan kedua tuxedo Harry.
Setelah mencoba gaun dan tuxedo mereka masing-masing, Barbara dan Harry pamit kepada Abby karena ada urusan lain yang harus mereka selesaikan.
***
"Lalu, kita akan kemana lagi?" Tanya Barbara saat keheningan menyelimuti mereka berdua saat di salam mobil.
"Tebak saja. Aku tahu kalau sudah sampai nanti, kau pasti senang" ucap Harry melirik Barbara dan tersenyum. Barbara hanya memutar mata nya mendengar ucapan Harry.
Setelah perjalanan yang cukup lama sekitar tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di sebuah perumahan yang bisa dibilang...sangat mewah.
"Kau mau mengunjungi siapa? Atau kau kesini hanya untuk mengantarkan udangan pernikahan kita?" Harry menggelengkan kepalanya.
"Sudah diam, sebentar lagi kita sampai. Oh iya, tutup matamu" ucap Harry sambil tersenyum manis.
Barbara memutar matanya kesal. Sedari tadi Harry tidak ingin memberitahu apapun kepadanya.
"Tunggu, aku akan membukakan pintu untuk mu. Jangan buka matamu sebelum aku suruh ya" lalu suara pintu mobil tertutup terdengar oleh Barbara. Sebenarnya dia takut kalau Harry hanya menjahilinya.
"Harry?? Hazz?? Harry!!!" Ucap Barbara panik karena Harry tidak membukakan pintu mobil untuknya.
"Jangan bercanda! Kau dimana Harr--" Lalu terdengar suara puntu mobil yang dibuka dan juga kekehan dari Harry.
"Jangan bercanda! Aku takut!" Ucap Barbara sambil menerima uluran tangan Harry.
"Hati-hati princess. Jangan sampai kau jatuh" ucap Harry sambil menuntun Barbara berjalan karena keadaan matanya yang masih di tutup.
"Ew. Ini apa?! Kenapa jadi lembek seperti ini? Kau menjahili ku ya, Haz?!" Tanya Barbara saat merasakan ia berjalan di tempat yang sedikit lembek.
Harry terkekeh melihat tingkah kekasihnya ini. "Aku tidak akan menjahilimu. Aku disini bersamamu. Sekarang kau hanya perlu bergeser ke kiri satu langkah. Maka kau tidak akan merasakan tanah yang sedikit basah" lalu Barbara pun menuruti ucapan ke kasihnya.
"Apa aku sudah bisa membuka mataku?" Tanya Barbara yang sebenarnya sudah risih karena matanya di tutup.
"Sudah!! Bukalah matamu, sweetheart" ucap Harry sambil tersenyum ke arah Barbara. Dengan perlahan Barbara membuka penutup matanya.
Barbara bingung dengan apa yang ada di depan matanya. Tidak, maksudku dia tahu kalau yang di depan matanya itu adalah rumah yang besar dan bisa dibilang sangat mewah. Tapi dia tidak tahu ini rumah siapa.
Akhirnya Barbara menanyakan hal yang sedari tadi mengganggu pikirannya. "Ini rumah siapa?" Tanyanya dengan tampang polos.
"Ini rumah yang akan kita tempati nanti, bersama anak-anak kita" ucap Harry tersenyum manis dan melingkarkan tangannya di pinggang Barbara.
"Maksudmu ini rumah kita setelah menikah nanti?" Tanya Barbara yang masih bingung dengan ini semua. Harry membalas ucapan kekasih nya mengangguk. "Kau suka?"
"Sangat! Aku sangat suka. Thanks , Harry. Aku sudah membayangkan kalau kita akan bermain di taman ini nanti setiap sore dan hari libur bersama anak-anak kita nanti" ucap Barbara melirik ke arah Harry.
"Aku juga pasti akan menunggu saat-saat itu. Jadi, kau mau membantuku untuk menyusun barang-barang yang ada di dalam?" Barbara mengangguk dan menerima tawaran Harry.
Lalu mereka mulai masuk kedalam rumah baru mereka. Barbara yang sedari tadi memperhatikan setiap sudut rumah ini dengan detail pun tak henti-hentinya mengembangkan senyumanannya.
Dia bangga pada Harry. Dia juga merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini karena dapat menghabiskan sisa hidupnya nanti bersama Harry dengan penuh kebahagiaan. Semoga.
Dia suka semua yang ada pada diri Harry, dan dia juga tidak terlalu mempermasalahkan kekurangan Harry. Dia suka bagaimana cara Harry membahagiakannya. Harry memang selalu punya cara tersendiri untuk membuatnya bahagia.
Mereka mulai menyusun barang-barang yang ada di dalam rumah ini. Mereka mengerjakannya berdua karena menurut Harry menyusun barang untuk rumah baru bersama pasangan mu adalah hal yang sangat menyenangkan.
Setelah cukup lama dan sudah selesai dengan tugasnya untuk menyusun semua barang-barang ini. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.
- F
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry. [H.S]
Fanfiction[slow updates] Mereka bisa di bilang keluarga yang bahagia. Tapi itu dulu.jauh sebelum semuanya menjadi seperti saat ini. Jauh sebelum semua masalah itu datang. Apakah mereka bisa mempertahankan keluarga mereka? Atau....sebaliknya??