8 - Why?

230 40 1
                                    

BARBARA

Kau tahu? Sebulan belakangan ini aku sering lemas dan nafsu makan ku tiba-tiba saja bertambah. Aku juga sering mengalami mual-mual. Tapi kata mom, mungkin aku hanya kelelahan. Mom anne pun mengatakan hal itu. Dan aku juga tidak mau memeriksakan ini ke dokter.

Berat badanku juga sepertinya bertambah. Perutku mulai membuncit. Dan akhir-akhir ini juga Harry selalu menjadi korban bully ku. Hahaha. Dan mood ku bisa berubah secara drastis. Aku tak tahu kenapa.

"Honey!! Waktunya makan!!" Ucap Harry berteriak dari arah dapur. Aku berjalan ke arahnya dan langsung duduk di meja makan.

"Kau memasak apa?" Dia tersenyum manis ke arahku. "Hanya grilled tuna dan salad buah" aku mengangguk-anggukkan kepalaku.

"Harry, kau mau menemaniku ke dokter tidak Hari ini?" Tanyaku saat kami sedang memakan sarapan buatan Harry ini.

"Uhm...bagaimana kalau besok saja. Aku sedang malas ke luar. Aku ingin menghabiskan waktu di hari ini seharian penuh bersamamu di rumah" aku menganggukkan kepalaku menyetujui ucapannya.

HARRY

"Sudah, aku kenyang" aku membelalakkan mataku melihat ke arahnya lalu bergantian ke arah piringnya.

"Kau yakin sudah kenyang? Biasanya makan mu selalu banyak dan tidak pernah sedikit seperti itu" dia mengangkat bahunya tidak tahu.

"Yasudah, biarkan saja piringnya di sana. Nanti biar aku yang menyucinya" dia mengangguk dan masih tetap dalam posisinya duduk di hadapan ku.

"Hazz" aku menengok ke arahnya dan kembali memasukkan makanan ku ini kedalam mulutku.

"Kalau kita punya anak nanti...kau maunya dia laki-laki atau perempuan?" Aku memikirkan jawabanku sebentar. Tapi aku juga bingung kenapa Barbara tiba-tiba menanyakan hal ini kepadaku.

"Aku ingin laki-laki!" Ucapku bersemangat. "Bahkan kalau bisa aku ingin anak kita kembar" lanjut ku.

"Tapi kalau ternyata kita mendapatkan anak perempuan? Apa kau juga akan menyayanginya?" Astaga...pertanyaan macam apa itu? Sudah pasti aku akan tetap menyayanginya. Dia kan anakku.

"Sudah jelas aku pasti akan menyayanginya juga, sayang"

Setelah memakan sarapanku aku dan Barbara duduk di ruang keluarga. Sesekali kami bercerita dan mulai membayangkan hal-hal di masa depan nanti.

"Hazz!! Sana iihh!!" Ucap Barbara secara tiba-tiba dan langsung mendorong ku agar menjauh darinya.

"Eh? Kenapa emang?" Dia menutup hidungnya dan memalingkan wajahnya dari ku.

BARBARA

"Sanaa!!! Mandi lagi!! Kau bau!" Entah kenapa sedetik yang lalu Harry menjadi sangat bau. Dan aku juga sudah tidak suka dengan rambut panjang nya ini.

Dia tampak kebingungan mendengar ucapanku. "Apa? Aku baru mandi, Barbz"

"Yasudah kalau kau tak mau mandi lagi, aku ke kamar saja!" Okay, aku pun tak tahu kenapa aku bisa jadi seperti ini. Jangan salahkan aku.

HARRY

"Okay, aku mandi. Tunggu disini" aku mengalah dan menuruti kemauan Barbara

"Dan jangan lupa besok kita potong rambutmu! Aku tidak suka! Kau jelek!" Ucapnya yang benar-benar menatapku dengan tatapan ketidak sukaannya.

"Apa? Kenapa harus rambut ku? Bukankah kau senang dengan rambut panjang ku ini?" Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Aku.tidak.suka.rambutmu.lagi! Kau jelek!! Sana mandi kau bau!!!" Ucapnya dengan penekanan di setiap katanya. Dia langsung melempariku dengan bantal sofa dan menutup hidungnya.

"Astaga!!! Kenapa dengan Barbara? Kemarin dia selalu mem-bully ku. Sekarang dia bilang aku bau, padahal aku sudah mandi barusan. Dan yang paling aneh nya lagi, dia bilang dia tidak suka dengan rambutku. Padahal dia yang menyuruhku agar tidak memotong rambut ku ini" batin Ku bertanya-tanya.

"Aku sudah selesai, sayang!!" Ucapku sambil berjalan menuruni tangga dengan kaos berwarna putih polos dan juga celana rumahku.

BARBARA

Aku memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah. "Ada yang salah?"

"Ew. Kau jelek. Tapi kau sudah wangi sih. Sana ganti bajumu dengan kaos berwarna hitam! Kau pasti akan sangat tampan" dia memutar mata malas ke arahku.

"Fine. Tunggu disini" aku mengangguk kearahnya dan melanjutkan menonton televisi.

Setelah beberapa menit Harry mengganti baju dia kembali lagi duduk di sampingku dan merangkul pundak ku.

"Nah, kan kalau begini kau tampan. Tinggal potong rambutmu dan kau akan terlihat sangat tampan" dia terkekeh mendengar ucapanku.

"Aku seperti ini saja sudah tampan kan? Jadi aku tidak usah memotong rambut ku ya?" Ucapnya dengan tampang polosnya.

"Terserah kau! Aku tidak ingin berbicara dengan mu lagi. Aku lelah. Aku mau tidur dulu. Dan satu lagi...kau pilih aku atau rambutmu?!!" Ucapku yang langsung pergi meninggalkan Harry di ruang keluarga dan pergi menuju balkon kamar.

Tak butuh waktu lama, Harry sudah ada di belakangku dan melingkarkan tangannya di pinggangku dan kepalanya yang berada di atas pundakku.

"Iya...aku akan memotong rambutku, sayang. Jelas aku memilihmu. Maafkan aku ya?" Ucapnya. Hembusan Nafasnya yang berbau mint sangat terasa menyentuh pipi ku.

Aku membalikkan badanku ke arahnya. "Nah, aku senang kalau kau mau memotong rambutmu. Aku juga sudah memaafkanmu. I  love you, Harry"

"And i love you too" ucapnya sambil mendekatkan wajahnya ke arahku. Wangi mint yang sangat terasa di indera penciumanku. Dia mulai mencium bibirku dengan lembut.

- F

Sorry. [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang