3 months later...
Barbara
Setelah pulang Dari taman Dan supermarket, Harry bilang kalau dia Akan mengajakku ke rumah orang tua ku.
Senang? Tentu saja iya. Aku tidak bertemu dengan mereka berdua sekitar tiga minggu? Atau mungkin sebulan? Aku tak tahu pasti.
"Hei, sweetheart...Ayo turun" ucapnya menatap ku lembut. Entah kenapa rasanya lemas sekali ketika aku menggerakkan badan ku. Ku rasa aku tidak bisa jalan. Kau tahu? Ini benar-benar lemas. Kepala ku juga tiba-tiba menjadi pusing.
"Eh? Iya. Ayo turun" ucap ku sambil berusaha tersenyum kepada Harry.
Ku lihat dari ujung mata ku, harry memperhatikan ku dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan.
"Sayang, kau? Kau sakit? Kenapa kau pucat?" Tanyanya dengan wajah khawatir nya. Lagi-lagi aku mencoba untuk tersenyum dan meyakinkan Harry bahwa aku tidak apa-apa.
"Sudahlah, aku sehat. Aku tidak apa-apa. Ayo turun!" Ajak ku dengan nada bersemangat. Dia menuruti ucapanku dan menyuruhku untuk menunggunya yang akan membukakan pintu untukku.
"Kau tidak perlu repot-repot, Hazz. Aku bisa buka pintu dan jalan sendiri" ucapku turun dari mobil setelah dibukakan oleh Harry.
"Haz? Kau mau menyebrang?" Harry menggelengkan kepalanya.
"Kenapa kau memegang ta--" belum sempat aku melanjutkan ucapanku, tiba-tiba semuanya gelap. Aku tidak dapat melihat apapun lagi.
HARRY
"Barbz...barbz!! Wake up!!" Ucapku sambil terus menepuk pipinya.
Kau tahu? Barusan, saat dia sedang jalan di sampingku, bahkan dia berbicara denganku, dia pingsan. Aku tahu dia sudah pucat sejak dalam mobil tadi. Tapi dia terus meyakinkan ku bahwa dia tidak apa-apa.
"Honey!! Open your eyes!! Barbz!!" Aku langsung menggendong Barbara menuju pintu rumah mom dan dad Barbara.
"Mom!! Dad!! Open the door please!!" Ucapku berteriak karena aku tidak bisa memencet bel-nya. Tanganku sudah menggendong Barbara.
"Harr-- ada apa dengan Barbara?! Kenapa dia bisa ping--" dengan cepat aku langsung memotong ucapan mom.
"Maafkan aku mom, tapi bisa aku memasukkan Barbara kedalam kamarnya?" Mom mengangguk dan menyuruhku untuk langsung membawa Barbara kedalam kamarnya.
Setelah menidurkan Barbara di atas kasurnya, aku pun duduk di sampingnya sambil terus menggenggam tangannya dan mengusap kepalanya.
"Harry, kenapa Barbara bisa pingsan?" Tanya mom sambil masuk ke dalam kamar membawakan segelas air putih dan bubur untuk Barbara jika dia sidah bangun nanti.
Aku menceritakan awal kejadiannya kepada mom dan dia hanya mengangguk mengerti setelah mendengarkan penjelasanku.
"Kalau Barbara sudah bangun, tolong suapi dia bubur ini ya?" Aku mengangguk menuruti ucapan mom.
Tak lama setelah mom keluar dari kamar, Barbara mulai menggerakkan jari tangannya perlahan dan mulai untuk mencoba membuka matanya.
"Hei...kau sudah bangun?" Tanyaku dengan tersenyum.
"Ada apa dengan ku?" Tanyanya yang masih bingung saat baru sadar.
"Kau pingsan, sayang. Ayo makan dulu bubur ini. Aku akan menyuapi mu" dia mengangguk lalu duduk.
"Harry? Ini kau yang buat? Kenapa rasanya sangat tidak enak? Aku ingin munt---uweeekk!!!" Ucap barbara yang langsung berlari ke dalam kamar mandi.
Mau tak mau aku langsung berlari menyusulnya kedalam kamar mandi. Dia terlihat memuntahkan semua yang ada di perutnya. Aku mengusap-usap punggungnya.
"Kau kenapa?" Dia menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak ta--uweeekk!!" Aku mengangguk dan memijat tengkuknya sesekali.
"Harry, ambilkan aku air minum yang ada di meja tadi, tolong" Aku mengangguk dan langsung mengambil air minum yang ada di meja tadi dan memberikannya kepada Barbara.
Setelah selesai dengan urusannya aku mengajak Barbara untuk kembali ke kasurnya untuk beristirahat.
"Kau kenapa, sayang?" Dia menggeleng tidak tahu.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja kepalaku pusing dan aku selalu merasa mual" jelasnya.
"Hei...ada apa ribut-ribut?" Tanya mom panik dan sudah berada di ambang pintu.
"Entahlah, mom aku merasa pusing, mual dan lemas. Aku tidak pernah terlambat makan, aku yakin aku tidak masuk angin" jelas Barbara kepada momnya yang sudah duduk sambil mengusap kepalanya.
"Yasudah kau makan bubur itu dan ber-istirahat lah" Barbara mengangguk dan langsung beralih kadalam pelukan ku.
"Mom tinggal dulu ya, mom ada urusan dengan rekan kerja mom mungkin sampai larut malam. Oh iya, dad sedang ada urusan dan dia ada di irlandia sekarang. Kalau kalian ingin pulang tinggalkan saja kuncinya di pot bunga samping pintu ya" jelas mom. Aku dan Barbara mengangguk dan tersenyum. Lalu mom pergi meninggalkan kami berdua di rumah.
"Sayang, kamu makan lagi ya?" Barbara mengangguk dan membuka mulutnya.
Tiga suap bubur sudah masuk ke dalam perut Barbara. Aku senang jika dia mau memakan bubur ini, setidaknya dia tidak akan terlalu pucat.
"Hazz, stop! Aku tidak ingin memakan bubur ini lagi, aku tidak nafsu mak-- uweeekk!!" Astaga!! Kenapa dengan Barbara?
Setelah selesai dengan urusannya untuk yang kedua kalinya, aku langsung mengajak Barbara pulang agar dia bisa lebih nyaman untuk beristirahat.
Dia menyetujui ucapanku. Aku langsung menuntunnya berjalan ke dalam mobil dan kami pun langsung pulang.
- F
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry. [H.S]
Fanfiction[slow updates] Mereka bisa di bilang keluarga yang bahagia. Tapi itu dulu.jauh sebelum semuanya menjadi seperti saat ini. Jauh sebelum semua masalah itu datang. Apakah mereka bisa mempertahankan keluarga mereka? Atau....sebaliknya??