18 - day without Barbs

210 36 3
                                    

Harry pov

Kau tahu? Sehari setelah Barbara meninggalkan ku sendiri di rumah, aku tidak bisa tidur. Ini kah yang Barbara rasakan akhir-akhir ini? Disaat dia menungguku pulang dari kantor?

Dan sialnya waktu itu aku tidak langsung pulang. Aku justru menemani jane ke dalam club. Betapa bodohnya aku mau menuruti ucapannya.

Aku sudah mencoba untuk menelepon dan mengirimkan Barbara pesan singkat. Tapi sepertinya tidak ada harapan. Dia tidak menjawab panggilan ku dan juga tidak membalas satupun pesan singkatku.

Dan siang ini, aku sedang berada di ruang kerjaku. Bahkan sampai saat ini aku juga belum melihat batang hidung jane. Baguslah kalau anak itu tidak masuk. Dia dapat mengurangi sedikit beban pikiranku.

"Come in!!" Ucapku sambil menutup beberapa map yang berisikan berkas-berkas yang baru saja aku tanda tangani.

"Eh? Hi Gemma! And...hi, daisy! Wait... Dimana Lily?" Tanyaku saat melihat dua orang perempuan yang aku sayangi.

"Hi, uncle Hazz!" Balas Daisy sambil duduk di depanku. "Hi, keriting! Lily sedang di hukum di sekolahnya. Dari pada menunggunya di sekolah berdua dengan Daisy, lebih baik aku mengunjungi kantor mu" ucap Gemma yang langsung duduk di sofa ruanganku.

"Eh? Ahhaha...ada apa lagi dengan si gadis kecil itu?" Tanyaku penasaran. Dapat ku lirik ke arah Daisy yang memutar matanya malas.

"Biasa, uncle. Menggambar desain baju seperti yang biasa aunt Barbz lakukan. Tapi dia ini kan bukan desainer seperti aunty. Dia menggambar di jam pelajaran yang salah, uncle. Kau tahu?! Saat tahu bahwa dia akan dihukum, dia santai sekali. Bahkan dia tidak malu. Aku yang malu uncle!!" Ucap Daisy sambil menceritakan dengan penuh kekesalan.

Mendengar nama wanita itu disebut, membuatku terdiam. Segala sesuatu yang di lakukan keponakannya ini pasti selalu mencontoh aunty-nya. Aku diam tak menanggapi ucapan Daisy kali ini. Karena jujur, setelah dia menyebut nama Barbara, aku langsung teringat dia tidak ada di rumah.

"Hazza!! Kau mendengarku bercerita tidak sih?! Astaga..!!! Kenapa semua orang membuatku kesal hari ini?! Mulai dari Lily yang membuatku malu setengah mati sampai kau yang tidak mendengarkan ceritaku! I. Hate. You. Both!" Daisy memukulkan tangannya ke mejaku. Dan suara pukulannya mengembalikanku ke dunia nyata.

"Eh? Kau..pardon me, kau bicara apa tadi, Das?" Ucapku menyuruhnya mengulang cerita. Dia menghela nafasnya panjang dan memutar matanya malas.

"Tidak ada siaran ulang. Sudahlah aku ingin ke cafe di lobby saja. Mom aku ke lobby dulu, okay?" Ucapnya yang langsung meninggalkan ku dengan Gemma di ruangan ini.

Pikiranku masih melayang ke Barbara. Sedang apa wanitaku sekarang? Apa dia kelelahan? Aku hanya Khawatir dengannya. Tapi ku akui dia seperti ini juga karena salahku.

" hei, curls. Kau kenapa, hm? Mau membagi ceritamu padaku?" Tanya Gemma sambil berjalan ke arah bangku yang sebelumnya di duduki oleh Daisy.

Aku menghela nafasku berat. Aku tidak tahu harus menjelaskan dari mana. Aku takut kalau Gemma juga akan marah saat mendengar ceritaku. Karena memang sifatku terlalu kasar pada Barbara.

"Uhm...ku rasa aku mau membaginya bersama mu" ucapku tersenyum ke arahnya. Dari pada ku pendam sendiri, lebih baik aku bercerita pada Gemma, kan?

Aku mulai menceritakan awal dari semua permasalahanku. Mulai dari aku mendapat sekertaris baru, hingga aku clubbing dengan jane dan memperlakukan barbara layaknya seorang pembantu rumah tangga.

Padahal pembantu rumah tangga pun tidak sepatutnya di perlakukan seperti itu. Aku tahu, sikap ku sudah benar-benar keterlaluan pada Barbara.

"Hei...aku yakin kalau Barbara akan kembali ke rumah. Jangan takut, okay? Dan kalau kau memang sayang padanya, jangan pernah lelah untuk mencoba menghubunginya. Kau mengerti maksudku kan, curls? Dan perhalus lagi sifatmu jika sedang atau pun tidak bersamanya" ucap Gemma sambil menatap mataku lekat-lekat. Aku mengangguk mengerti maksud dari ucapannya.

"Yasudah, aku mau menjemput Lily dulu. Ini sudah jam 3. Aku pamit, curls. Jangan bersedih terus, okay?" Ucap Gemma sambil bangkit dari posisi duduknya dan menghampiriku lalu memegang pundakku seakan memberi kekuatan padaku agar aku tidak larut dalam kesedihan.

Aku berdiri dan memeluknya singkat lalu mencium pipinya. "Thanks, sissy. Kau yang terbaik" dia terkekeh mendengar ucapanku dan langsung pergi meninggalkan ruanganku.

***

Disini lah aku sekarang. Ya, rooftop rumahku. Aku dan Barbara hanya sesekali kesini hanya sekedar untuk memandang bintang-bintang dan waktu awal pernikahan kami, aku dan Barbara suka bermain hujan disini.

Tidak ada yang tahu persis bagaimana perasaanku saat ini. Sedih, khawatir marah. Itu bercampur menjadi satu.

Aku masih belum bisa memaafkan diriku sendiri setelah kejadian itu. Dan aku kecewa pada diriku sendiri. Bisa-bisanya aku clubbing dengan jane padahal Barbara dan little Styles yang ada di perutnya sedang menungguku pulang.

Malam ini banyak sekali bintang yang menghiasi langit. Aku dan Barbara senang membuat permohonan. Kali ini aku akan mencobanya sendiri untuk pertama kali tanpa Barbara.

"Dear stars... Aku mohon, buat barbara kembali ke rumah. Jauhkan lah hubunganku dengannya dari orang-orang yang ingin menghancurkan kita. Aku hanya mau hidup bersama Barbara selamanya. Walaupun aku tahu, aku belum cukup sempurna untuknya. Setidaknya aku berusaha. Dan buat little Styles yang ada di dalam sana, jika kau sudah besar nanti. Jaga mommy mu. Jangan buat dia marah atau menangis" kira-kira itulah harapan ku di bawah bintang-bintang ini.

Author pov

Sementara di tempat yang berbeda, Barbara melihat pemandangan kita London malam ini dari balkon apartement nya.

Dia melirik ke arah langit dan menemukan satu buah bintang yang sinarnya paling terang. Dia langsung membuat permohonan.

"Dear stars...hei, aku mohon buat Harry herubah menjadi Harry yang aku kenal. Jangan buat dia menjadi Harry yang dulu. Jangan pernah buat Harry clubbing setiap malam dan berurusan dengan alkohol nya itu. Jangan buat Harry jatuh cinta dengan perempuan lain selain aku. Egois memang. Tapi hanya itu harapanku. I love you now and forever, Edward" ya. Itulah harapan yang Barbara minta dibawah bintang-bintang malam ini.

Dia menghirup udara malam kota ini dengan dalam. Dan menghembuskannya perlahan. Lalu segera menuju ke dalam dan tak lupa menutup pintu balkonnya.

Dia langsung menuju kamarnya dan memandang lock screen ponselnya yang terdapat fotonya dan Harry.

"Good night, curls. I love you" dan Barbara langsung terlelap dalam alam mimpinya.

~•~•~•~••~~•~•~•~

Don't forget to

Vote

And

Comment

Love, F.

Sorry. [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang