9 - mom to be!!

208 35 2
                                    

BARBARA

Sesuai janji Harry yang kemarin, hari ini dia ingin mengantarkan ku ke dokter. Kau tahu? Ini semua kadang membuatku bingung. Apa kelelahan sangat berpengaruh sebegitunya? Apa kelelahan bisa membuat perut mu membuncit? Ku rasa tidak.

"Ayo, turun..kita sampai!" Ucap Harry saat sudah selesai memarkirkan mobilnya.

Dia turun dan membukakan ku pintu mobil, lalu kita masuk ke dalam rumah sakit.

Tak butuh waktu lama, aku dan Harry langsung memasuki ruangan dokter tersebut. Aku menceritakan semua gejala yang ku alami dan dia mulai menyuruhku untuk tidur di atas kasur rumah sakit ini.

Dia mulai memeriksakan perutku dan aku pun tak tahu kenapa dokter itu menggunakan alat usg.

"Mr.Styles" ucap dokter itu memanggil Harry yang sedari tadi ada di sampingku.

Dokter itu tersenyum ke arahku dan Harry. "Selamat, kalian akan kedatangan anggota keluarga baru"

Bingung. Itu yang aku dan Harry rasakan saat ini. Apa maksud dokter tadi?

"Maksud anda apa dok?" Tanya Harry memastikan.

"Kalian akan mendapatkan keturunan, tapi untuk jenis kelaminnya belum bisa di ketahui. Usianya sudah menginjak satu bulan. Sekali lagi selamat Mr.Styles" tak terasa cairan bening ini jatuh di pelupuk mataku.

"Maksudmu aku hamil dok?" Tanyaku tersenyum kepada dokter itu. Dia pun mengangguk.

"Astaga!! Aku tak menyangka!! Aku akan menjadi seorang ayah!! Terimakasih, dok" ucap Harry senang dan langsung menjabat tangan dokter tadi.

Setelah berbincang cukup lama dengan dokter tadi, aku dan Harry pun berjalan ke luar ruangan dan langsung meninggalkan rumah sakit.

Author pov

Sepulangnya dari rumah sakit mereka mampir ke sebuah Cafe. Mereka berdua tak melunturkan senyuman mereka sedari tadi.

Sesampainya di cafe tersebut, mereka berdua memilih tempat duduk di pojok dekat jendela. Harry masih menggenggam tangan Barbara sedari tadi.

"Kau tahu? Aku sangat senang Harry!! Beberapa bulan lagi aku akan menjadi ibu!! Im a mom to be, Harry!!" Ucap Barbara senang dan menggenggam tangan Harry kuat.

"Dan aku juga senang karena aku akan menjadi seorang ayah!! Aku penasaran dengan jenis kelamin anak kita. Ternyata mood mu yang suka berubah drastis itu karena kau hamil ya?" Ucap harry yang di iringi oleh anggukan kepala Barbara.

"Maafkan aku ya sebulan ini selalu merepotkan mu. Aku selalu membully mu dan..pokoknya semuanya" Harry langsung menangkup kedua pipi barbara. Dan tersenyum sambil menatapnya dalam.

"Aku sudah memaafkan mu, lagi pula itu tidak membuatku marah. Dan aku juga tidak merasa terbebani. Apalagi sekarang aku tahu kalau itu semua karena kau hamil" ucap Harry tersenyum kepada Barbara.

Lalu Barbara dan Harry pun langsung memesan makanan dan minuman, beberapa saat kemuadian seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka.

Setelah selesai makan, Harry mengajak Barbara untuk pergi mengelilingi kota London. Barbara dan Harry tak henti-hentinya membicarakan apa jenis kelamin anak mereka nanti, siapa namanya dan hal lain yang masih berhubungan dengan anak mereka nanti.

Setelah cukup lama berkeliling kota London sampai sore hari, akhirnya Barbara menyuruh Harry untuk menepati janjinya yang kemarin. Ya! Potong rambut.

"Sana, potong rambutmu dan aku akan menunggumu disini" ucap Barbara tersenyum manis ke arah Harry dan langsung duduk di kursi ruang tunggu.

"Baiklah. Tunggu disini dan jangan nakal, okay?" Barbara pun mengangguk.

BARBARA

Saat sedang menunggu Harry aku sesekali membuka ponselku dan mengambil majalah yang bisa aku baca. Kau tahu? Aku yang menyuruh Harry potong rambut dan meminta untuk menemaninya, tapi sekarang aku bosan.

Aku sempat melihat seorang laki-laki yang sedang membayar di kasir. Rambutnya berwarna blonde dan...aku tahu siapa pria ini.

Laki-laki tersebut sepertinya juga menyadari keberadaanku. Dia langsung menghampiriku dan duduk di samping kanan ku.

"Hei, Barbz!" Sapanya. Aku tersenyum ke arahnya.

"Oh..hai, Pirang!" Ucap ku terkekeh dan dia langsung memajukan bibir bawahnya.

"Astaga! Kau ini masih saja memanggilku pirang. Aku marah" aku tertawa melihat sikapnya. Lihat...seorang Niall Horan rupanya sedang marah.

NIALL

"Sedang apa kau disini? Ingin memotong rambut dengan potongan para lelaki, eh?" Dia terkekeh mendengar ucapanku. Lalu menggeleng.

"Tentu saja bukan, bodoh. Aku tidak se tomboy dulu lagi. Lihat? Kini aku sudah seperti perempuan kebanyakan, bukan? Aku sudah memakai dress dan rambutku yang aku ikat menjadi pony tail" ucapnya sambil menjitak kepalaku pelan. "Aku menemani suami ku. Oh ya, kenapa kau tidak datang ke pernikahan ku?"

"Wait...what?!! Suami katanya?! Barbara sudah bersuami?! Apa aku salah dengar? Kalau begitu, kesempatanku untuk mendekatinya sudah tidak ada?" Batinku bertanya-tanya.

"Pardon me, Barbz" dia memutar matanya malas.

"Kenapa kau tidak datang ke pernikahan ku, Mr.Horan yang terhormat"

"Eh? K-kau sudah menikah?" Dia membelalakkan matanya setelah mendengar ucapan ku.

"Apa kau tak mendapat undangan dari ku?!" Aku menggeleng sebagai jawabannya. Karena kenyataannya aku memang tidak mendapatkan undangannya.

"Astaga!! Aku baru ingat!! Yang mengantarkan undangan ke rumahmu itu bagian kakak ku. Tapi, karena dia sibuk...undangannya tidak tersebar dengan rata. Tapi, tak apa kok. Lagi pula itu kesalahan kakak ku kalau kemarin kau tidak datang" ucapnya menjelaskan semuanya padaku.

"Kapan kau menikah?" Tanyaku sambil berusaha tersenyum.

"Tiga bulan yang lalu" ucapnya tersenyum manis. Astaga! Senyumannya selalu membuat ku jatuh cinta padanya.

"Dan kau tahu? Barbara kecil beberapa bulan lagi akan lahir ke dunia" ucapnya sambil memegang perutnya.

"Kau hamil?" Tanyaku. Dia mengangguk dengan senang.

"Yaa!! Dan usianya sudah satu bulan" jelasnya dengan semangat.

"Nanti kalau dia sudah lahir, kabari aku ya? Yasudah aku pamit dulu, Barbz" dia mengangguk dan memberikanku pelukan singkat.

BARBARA

Beberapa saat setelah Niall pamit kepadaku, Harry muncul dengan potongan rambutnya yang baru.

"Bagaimana? Aku lebih tampan, bukan?" Aku terkekeh mendengar ucapannya dan mengangguk.

"Ya kau tampan. Sekarang ayo kita pulang" ucapku. Harry langsung melingkarkan tangannya di pinggang ku dan kami berjalan keluar dari barbershop tadi.

~•~•~•~••~~•~•~•~

Don't forget to

Vote

And

Comment

Love, F.

Sorry. [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang