Harry pov
Barbara sedang bersantai di kamar. Aku mengetuk pintunya dan mencoba untuk meminta maaf atas apa yang aku perbuat semalam.
"Masuklah Emma, pintunya tidak aku kunci" ucap Barbara sedikit keras agar terdengar sampai luar.
Apa? Kenapa dia menyebut nama Emma? Apa dia masih marah padaku? Memangnya dia pikir aku sudah ke kantor kali ya?
Aku langsung masuk ke dalam kamar dan membawakan Barbara waffle dan segelas susu vanilla. Kesukaan Barbara.
Barbara melirikku sekilas lalu langsung membuang mukanya lagi mengarah ke televisi.
"Good morning, honey. Aku membawakan mu sarapan. Makanlah agar kau tidak sakit" ucap ku sambil berbicara dengan lembut, berharap dia akan memaafkanku.
"Pergi" ucap Barbara dingin dan enggan menatap muka ku.
"Maafkan sifatku yang kemarin ya. Aku..aku mabuk kemarin. Sekali lagi aku minta maaf" ucap ku sambil mengambil tangan kanan Barbara dan mengusapnya dengan lembut.
Barbara langsung menepis tangan ku kasar. "Aku tidak akan memaafkan sifatmu yang semalam Harry. Aku kecewa denganmu, sungguh. Kau menyuruhku seakan-akan akulah pembantumu. Kau tahu? Emma saja tidak pernah aku perlakukan seperti itu, walaupun aku tahu dia pembantu disini. Tapi...sudahlah. Intinya aku kecewa dengan mu" ucap Barbara yang berjalan menuju balkon kamar dan berhenti tepat di ambang pintu balkonnya.
"Dan keputusan ku sudah bulat" ucap Barbara dengan penuh keyakinan saat mengucapkan kalimat tadi.
Aku yang masih terdiam di atas kasur menyesali karena telah memperlakukan Barbara sebegitu kasarnya. Aku bahkan tidak menyadari itu semua semalam.
"Keputusan apa maksudmu? Jangan macam-macam, Barbs"
"Keputusanku sudah bulat. Aku...aku butuh waktu untuk menyediri dan menenangkan pikiranku dulu Harry. Aku tidak mau membahayakan kandunganku. Aku tidak mau jika anakku yang berada di dalam sana terkena imbasnya. Aku.." Ucap Barbara sambil mengantungkan kalimatnya.
"Aku ingin pergi sebentar dari rumah ini Harry. Tapi percayalah kalau pikiranku sudah tenang, aku akan kembali lagi kesini. Kerumah kita" ucap Barbara membalikkan badannya menghadap ke arah ku sambil tersenyum.
Aku langsung bangkit dari posisi duduk ku dan langsung menggeleng dengan cepat saat tau keputusan yang di ambil oleh Barbara.
"No! Please, stay here. Aku minta maaf. Aku tahu aku salah tapi tolong, maafk--" barbara langsung menangkup pipi ku.
"Aku butuh waktu untuk sendiri dan menenangkan pikiranku. Dan tolong, jangan cari aku selagi aku pergi. Karena kau tahu, kalau kau adalah rumahku dan ingat? Kemanapun dan sejauh apapun aku pergi, aku pasti akan kembali ke rumah. Jadi tolong, biarkan aku pergi. Tapi aku juga tidak bisa janji kapan aku akan kembali ke sini" ucap Barbara sambil tersenyum dan perlahan melepaskan tangannya dari pipi ku.
"See you soon Harr--"
Aku terbangun dari tidur ku dan langsung mengusap keringat yang ada di keningku dan nafasku menjadi tidak beraturan. Syukurlah kalau itu cuma mimpi.
Tapi aku takut kalau kejadian itu benar-benar terjadi. Karena itu aku langsung berlari ke lantai dua sekedar mengecek apakah Barbara ada di kamar atau tidak.
Aku sudah mengetuk pintu kamar berkali-kali. Nihil. Tidak ada yang menjawab. Panik, aku langsung membuka pintu kamar. Tak perduli kalau Barbara akan marah atau tidak.
Sial. Barbara tidak ada di kasurnya, di balkon nya juga tidak ada. Di kamar mandi juga tidak ada. Kemana dia? Aku terus meneriaki namanya.
Saat aku sedang berjalan melewati meja rias nya, aku menemukan sepucuk surat yang di selipkan di bawah Ipad nya. Dan aku berniat untuk membuka suratnya.
Dear harry...
Maafkan aku jika aku pergi tidak memberitahumu terlebih dahulu. Maafkan sifatku yang seperti ini, karena jujur aku tidak tahan dengan perlakuan mu semalam. Kau menyuruh-nyuruhku seakan-akan aku adalah pembantu mu. Dan jangan lupakan kalau kau membentakku semalam. Dan sialnya kau juga membawa wanita 'jalang' itu ke rumah kita.
Dan aku masih terlalu rapuh untuk melihat wajahmu. Karena jujur, untuk saat ini setiap kali aku melihat wajahmu aku selalu teringat saat kau mencium kening 'jalang' mu itu.
Aku ingin menenangkan pikiranku dulu. Kau tahu? Di dalam sini. Di perutku, sedang ada malaikat kecil kita. Aku tidak mau dia sakit atau pun kelelahan hanya karena pikiranku sekarang yang sedang kacau.
Dan tolong, jangan cari aku ya. Aku akan baik-baik saja. Percayakan itu Harry. Aku janji tidak akan kelelahan. Dan yang terpenting aku berjanji untuk tidak mencari laki-laki sebagai pengganti mu. Hahaha.
Kerja yang benar dan jangan kecewakan aku, okay. Dan kalau kau mau menuruti ucapanku, aku hanya minta supaya kamu kembali lagi sebagai Harry yang aku kenal. Harry yang pulang tepat waktu, tidak pernah bermain dengan wanita lain dan Harry yang tidak pernah masuk ke dalam club lagi.
Aku tidak bisa memberitahu mu kapan aku pulang. Kalau kau memang sayang padaku, tunggu aku disana. Jangan pernah lelah untuk menungguku.
Ps. I still love you curls. Xx
Dan setetes air mata ini langsung jatuh dari pelupuk mataku. Hanya Barbara yang dapat membuat air mataku keluar.
Menyesal. Ya, aku menyesal atas apa yang telah aku perbuat padanya kemarin malam. Aku terus merutuki diriku sendiri. Aku tidak ingin Barbara pergi.
Dan sekarang aku tidak tahu dia dimana? Jadi mimpiku itu semua benar? Astaga, Barbz..kau dimana?
Aku akan mencoba menghubungi ponsel Barbara terlebih dahulu, semoga saja dia mengangkatnya.
*on the phone*
"Hallo?"
"Barbz?! Kau...kau dimana, sayang? Kenapa kau pergi? Aku tahu aku salah. Tapi tolong, jangan pergi dariku. Kau tahu? Aku khawatir denganmu. Maafkan sifatku yang kemarin aku mohon. Bisakah kau kembali ke rumah? Kau dimana? Mau aku jemput? Barb, tolong kembali ke rumah. Demi aku. Demi kau dan demi kebaikan kita. Aku mohon"
"Sudah bicaranya, eh? Hahah... maafkan aku Harry. Tapi yang terbaik adalah cara ini. Aku mohon jangan menyuruhku pulang untuk saat ini, karena aku memang tidak bisa. Aku...aku masih terlalu rapuh. Maafkan aku. Dan sudah ku bilang di surat tadi pagi kan? Kalau memang kau sayang padaku, jangan pernah lelah untuk menungguku pulang. Jadilah Harry yang baik. Harry yang Barbara kenal. Harry yang serius dengan pekerjaannya, bukan Harry yang suka keluar masuk club. Aku akan mencoba untuk memaafkanmu. Kau mengerti maksudku kan? Aku pergi sekedar menenangkan pikiranku"
"Tapi Barb...aku mohon, pulang lah. Aku janji akan menjadi Harry yang Barbara kenal. Aku jemput kau sekarang ya, sayang?"
"Harry mengertilah keadaanku sebentar, sayang. Kau tahu kan? Hati ku ini untuk mu. Jangan takut. Sejauh apapun aku pergi, percayalah kalau aku. Barbara. Akan kembali bersamamu. Aku mohon sebentar saja. Sudah dulu ya, curls. Aku di panggil karyawanku dulu. I love you Edward!" Ucapku.
Ya Barbara memang punya banyak panggilan kesayangan untuk Ku. Mulai dari Hazza, Curls, styles, love dan yang terakhir Edward. Nama tengah ku.
"Tap..tapi Barbz ak--"
*end phone*
"Arghh!!! Sial! Apa yang aku harus lakukan sekarang? Ini semua salahku. Ini salahku. Aku takut kalau sesuatu terjadi pada Barbara. Tuhan...tolong jaga Barbara untukku. Jagalah dia dengan malaikat-malaikat yang engkau kirimkan untuknya" batinku dan aku masih mencoba untuk menenangkan diriku.
~•~•~•~••~~•~•~•~
Don't forget to
Vote
And
Comment
Love, F.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry. [H.S]
أدب الهواة[slow updates] Mereka bisa di bilang keluarga yang bahagia. Tapi itu dulu.jauh sebelum semuanya menjadi seperti saat ini. Jauh sebelum semua masalah itu datang. Apakah mereka bisa mempertahankan keluarga mereka? Atau....sebaliknya??