5

61 11 0
                                    

Kenangan itu dapat mengisi harimu. Entah kapan dan dimana.

"Aku masih ada urusan... Tidak bisa... Iya, aku akan makan. Tenang saja... Tidak, aku tidak melupakan hal itu... Aku mengerti... Baiklah. Kau juga hati-hati di jalan. Bye."

Mirae segera memasukkan ponselnya begitu selesai menelepon Jin Hee. Dia hanya ingin memberi tahu sahabatnya kalau dia tidak langsung pulang ke apartemen. Walaupun mereka tidak tinggal di satu apartemen yang sama, tetapi mereka selalu menghubungi satu sama lain untuk memastikan bahwa mereka baik - baik saja.

Saat ini, Mirae sedang berada di dalam taksi yang membawanya menuju gedung Big Hit. Sepengetahuannya, Big Hit itu adalah salah satu agensi artis di dunia hiburan. Jadi, dia berpikir bahwa ponsel yang ada di dalam tasnya sekarang merupakan milik salah satu artis atau mungkin manajer disana.

Jalanan kota Seoul malam ini masih padat. Beberapa kali, taksi yang ditumpanginya berhenti di tengah kemacetan. Hal ini membuat Mirae kembali mengingat masa lalunya. Masa ketika dia masih SMA. Masa dimana dia menghabiskan malamnya di jalanan kota Busan karena kemacetan parah bersama Kim Taehyung, kekasihnya sewaktu SMA.

#Flashback on

"Ini semua salahmu, Taehyung-ah. Coba kau tidak minta makan jjajangmyun di tempat tadi, pasti kita tidak terjebak macet." ucap Mirae dengan kesal.

Dia mengedarkan pandangannya keluar taksi dan melihat mobil - mobil lain yang masih berhenti karena macet.

"Cerewet. Lagipula, aku tidak menyuruhmu ikut denganku. Kau saja yang ingin ikut denganku." balas Taehyung sambil mengedikkan bahunya begitu melihat tatapan tajam Mirae.

"Apa kau bilang? Aku yang ingin ikut denganmu?" tanya Mirae dengan nada sedikit tinggi.

Taehyung mengangguk kecil sambil menatap Mirae dengan wajah sok serius. Mirae memutar bola matanya malas.

"Astaga. Demi apapun, aku, Han Mirae," ucapnya sambil menatap Taehyung dan menepuk dadanya dengan tangannya. "Tidak pernah mengikuti Kim Taehyung. Kau yang menyeretku kesana. Benar - benar pria narsis." lanjutnya sambil mengalihkan pandangannya keluar taksi.

Taehyung diam-diam tertawa melihat kelakuan Han Mirae. Dia tahu bahwa gadis di sampingnya itu tidak suka dianggap sebagai cewek genit yang mengikutinya. Dia tahu persis bahwa tadi dialah yang mengajak Mirae makan jjajangmyun di dekat sekolah mereka. Hanya saja, dia ingin menggoda dan mengganggu Mirae dengan mengatakan sebaliknya. Dia senang ketika melihat muka Mirae yang merah padam karena menahan emosi. Dia senang melihat Mirae yang berteriak marah kepadanya. Karena, pada saat marah, Mirae terlihat lucu. Setidaknya itu adalah pemikiran Taehyung.

"Kau marah padaku?" ucap Taehyung begitu sadar bahwa Mirae hanya diam. Biasanya Mirae akan marah dan memukul lengannya. Namun, kali ini, gadis di sampingnya hanya melihat keluar jendela begitu selesai membalas ucapannya tadi.

Mirae hanya diam sambil terus melihat keluar jendela. Kali ini, mereka sudah keluar dari kawasan macet dan taksi yang mereka tumpangi mulai berjalan menembus malam di kota Busan.
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu marah. Aku hanya bercanda." ucap Taehyung sambil menatap Mirae.

Gadis itu hanya bergeming dan memilih untuk tetap diam.

"Baiklah. Aku mengaku kalau aku yang mengajakmu. Tapi, aku serius kalau aku hanya bercanda. Aku tahu kau pasti kesal dengan ucapanku yang membuatmu seakan-akan terlihat seperti seorang perempuan genit kan? Aku hanya ingin kau tidak terlalu memikirkan kemacetan tadi." lanjut Taehyung.

'Memikirkan kemacetan?' ucap Mirae dalam hati.

Demi Tuhan, Mirae tidak pernah memikirkan tentang kemacetan tadi. Dia hanya kesal karena ucapan Taehyung. Lagipula, dia juga senang terjebak macet. Selama itu bersama Taehyung, dia merasa senang. Bahkan, jika dia harus terjebak macet seharian, jika itu bersama Taehyung, semua akan menyenangkan.

Tunggu, apa yang dipikirkannya? Senang berada di dekat Taehyung?

Astaga, Han Mirae, kau tidak boleh berpikir seperti itu. Kau dan Taehyung hanya berteman. Dan rasa nyamanmu ketika di dekatnya itu hanya karena Taehyung temanmu, bukan yang lain.

Mirae pun menggelengkan kepala. Melihat hal itu, Taehyung segera menatap Mirae dengan bingung. Namun, Mirae hanya melirik sekilas dan kembali mengalihkan pandangan keluar taksi.

# Flashback off

Mirae pun tersenyum begitu mengingat kembali kenangan di masa lalunya bersama Kim Taehyung.

Tunggu, bersama siapa? Kim Taehyung?

Sepertinya, dia merasa pernah mendengar nama ini sebelumnya. Tapi kapan?

Mirae menepuk keningnya dan segera mengambil ponsel hitam di dalam tasnya.

Dia baru ingat sekarang. Pemilik ponsel hitam ini kan juga bernama Kim Taehyung. Pantas saja, dia merasa pernah mendengar nama ini.

Tapi, tunggu sebentar. Jangan-jangan, pemilik ponsel ini dan Kim Taehyung, kekasihnya-ralat- mantan kekasihnya adalah orang yang sama.

'Ah, tidak mungkin.' ucapnya dalam hati sambil menggelengkan kepala.

"Nona, kita sudah sampai." ucap supir taksi tersebut yang berhasil membuat Mirae segera mendongakkan kepalanya dan melihat keluar taksi.

Dia pun mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikannya ke supir taksi tersebut.

"Terima kasih." ucapnya sambil mengambil tas dan keluar taksi.

-------------

Mirae segera berjalan menuju salah satu kursi di ruang tunggu. Setelah mengatakan tujuannya kepada resepsionis, dia langsung duduk di kursi yang disediakan sambil menatap ponsel hitam. Saat ini, resepsionis sedang memanggil pemilik ponsel hitam yang ada di genggaman Mirae.

Terdengar langkah kaki menuju Mirae dan dia pun segera mendongakkan kepalanya. Matanya langsung bertemu dengan mata hitam milik Kim Taehyung.

Seketika, Mirae merasa sesak dan udara di sekelilingnya seakan menghilang dalam sekejap. Dia menatap tak percaya pria di hadapannya. Begitupun dengan pria di hadapannya. Dia juga menatap Mirae dengan tatapan tak percaya dan rindu?

"Kim Taehyung?"

Tanpa sadar, Mirae mengucapkan nama pria itu dengan lirih.

Seakan tersadar dari lamunannya, Taehyung segera berjalan mendekati Mirae. Dia sangat merindukan perempuan ini. Bahkan, ketika akhirnya dia kembali ke Korea, dia masih berharap akan bertemu dengan perempuan ini. Dan akhirnya Tuhan mengabulkan permintaannya.

Terima kasih, Tuhan, batinnya.

-----------------
To be continue

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang