II

8.9K 393 7
                                    

Author POV

Ketika ia tiba di depan pintu apartemennya, ia menepuk dahinya keras.
"Astaga, aku meninggalkan buku sastra di kelas tadi."
Ia menghentakkan kakinya kesal.

Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke kampusnya.

"Ah, disini ternyata."
Ia memasang senyum simpul, kemudian beranjak keluar dari kelas.

'Jam 5'
Saat ia menyusuri lorong-lorong kampus ini, ia mendengar seseorang sedang melangkah mengikuti jejaknya.
Ia semakin mempercepat langkahnya.

Tiba-tiba....

Entah darimana datangnya, seorang pria bertubuh lebih tinggi darinya, berkulit putih, dengan manik mata yang berwarna hazel itu, tengah berdiri di hadapannya.
Sontak ia berhenti dan menutup matanya.

'Tidak terjadi apa-apa.'
Adel perlahan membuka kelopak matanya.
Ia kembali membulatkan matanya, dan sedikit menganga.
'Apakah ini hanya mimpi? Kalau iya, tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini!' batinnya.

Adel kembali berdiri tegak, namun ia tidak berani menatap pria tampan yang sedang berdiri di depannya saat ini.

"Si....si...siapa kau sebenarnya?" Tanyanya dengan penuh getaran.
Pria itu hanya diam, tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulutnya.

'Hah! Dia pria di perpustakaan tadi.'
Adele baru menyadarinya ketika ia sudah melihat jelas wajah pria ini.

"Ma...maafkan aku, apa kau bisa bergeser? Kau menghalangi jalanku." Ucapnya sesopan mungkin.
'Astaga Adel, kenapa kau bodoh sekali. Ucapanmu itu hanya akan membuatnya marah.'
Ia mengetuk kepalanya sendiri.

Adel mengambil jalan di sisi kiri, namun pria itu mengikuti arahnya berjalan.
'Apa tidak ada seseorang disini? Help me please'
Sekarang posisi Adel membungkuk seperti orang yang sedang mengendap-ngendap. Ia memejamkan matanya sejenak sambil memasang senyum paksa.

"Shuttt!"
Pria itu menatap kembali lurus ke depan, Adel pun ikut menoleh ke arah pandangan pria ini.

'Astaga, siapa mereka semua?'
Sekitar 5 orang pria berpakaian serba hitam, berjalan ke arah mereka.
'Siapa mereka semua? Apakah tidak ada seseorang disini?'
Rasanya ia ingin sekali berteriak sekeras mungkin untuk mencari pertolongan, namun mustahil ada yang mendengarkan.

Dengan gerakan yang gesit, pria bermata hazel itu menghabisi mereka berlima. Tidak ada yang bangun satupun.
Adel hanya mematung menyaksikan kejadian yang sangat mengerikan di depannya. Lututnya mulai melemas, rasanya ia ingin sekali berteriak tapi yang keluar hanyalah hembusan nafas.
Airmatanya ikut membasahi pipinya.

"A...apa yang kau lakukan? Kau baru saja membunuh mereka semua!"
Pria itu hanya menoleh padanya sambil memasang senyum simpul.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak membunuh mereka."

"Kau bilang, kau tidak membunuh mereka? Tapi kau lihat sendiri kan, mereka babak belur dan tidak sadarkan diri."

"Itu hanya efek obat bius yang tadi aku suntikkan pada mereka."
Adel memicingkan matanya. 'Secepat itu kah dia menyuntikkannya?'

Tanpa berpikir lama, ia segera berlari menuju keluar gedung universitas ini.

***

Adel POV

Aku sedari tadi hanya melamun dan melamun. Bahkan saat melakukan presentasi di mata kuliah Mr. Alfred tadi, aku terus saja berbicara salah-salah.
Ahh, ada apa dengan diriku ini?

"Miss France?"
Aku tersontak kaget ketika Catherine menepuk pundakku.

"Yah. Why? Dan jangan memanggilku miss France lagi!" Ucapku sinis. Ia hanya tertawa kecil mendengar omelanku.

"Okey, sorry. Aku hanya ingin bertanya, kenapa seharian ini kau terus saja melamun?"
Sebenarnya aku tidak ingin menjawab pertanyaan darinya, tapi yah sudahlah.

"I'm Bored." Jawabku singkat dengan nada melemah.

"Hey? Dimana miss France yang selalu ceria seperti biasanya?"
Aku tau Catherine hanya ingin mencoba untuk membuatku bersemangat, tapi kurasa aku bosan ceria setiap hari. Terlebih setelah melihat kejadian kemarin sore. Rasanya aku ingin muntah lagi.

"Lupakan Cath." Ucapku sambil tersenyum paksa, supaya ia tidak menanyakan hal-hal aneh lainnya. Aku mengambil sebotol air mineral dari dalam tasku dan meminumnya.

"Em, Adel. Apa kau tau bahwa kemarin sore, beberapa buronan yang lepas minggu lalu sudah berhasil di tangkap. Dan aku dengar-dengar, mereka menemukan buronan itu di lorong sebelah barat kampus ini."
Aku langsung tersedak, dan membuat baju Catherine basah.

"Hey? Are you okay miss France?"
Ia mengambil tissu dari dalam tasnya dan mengelap bajunya yang terkena semburan dari mulutku.

"Oh My God, I'm so sorry Cath." Aku ikut mengelap bajunya.

"No problem. Sepertinya, kau sangat shock mendengar berita ini? Apa kau menyaksikannya?"
Aku menggelengkan kepalaku dengan mata yang membulat.

"Yah, aku kira kau tahu."

'Kalau kau ingin tahu, kenapa kemarin bukan kau saja yang menyaksikan tragedi paling sadis itu?' Aku mengeluarkan pertanyaan yang hanya bisa di dengar oleh diriku sendiri.

Aku mematung sejenak ketika melihatnya dari kejauhan. Ia saat ini sedang duduk dengan mahasiswi cantik dan populer di universitas ini.
Aku langsung memalingkan wajahku ke arah Cathrine.

Cathrine menatapku bingung, aku bisa melihat dahinya yang mengkerut.
Ia ikut menoleh ke arah pandanganku tadi, kemudian Cathrine menatapku.

"Kau pasti terpesona dengannya kan?"
Iya aku memang sepat terpesona padanya, apalagi manik matanya yang berwarna hazel itu. Tapi itu, sebelum aku menyaksikan kejadian mengerikan kemarin.

"Biar kuberitahu dia siapa. Dia adalah sepupuku."
Mataku membulat sempurna. Rasanya aku ingin sekali berteriak padanya kalau sepupunya itu adalah pembunuh berantai.

"Namanya Key Armstrong Haynsworth. Dia sebenarnya seorang CEO, tapi ia suka sekali berkeliaran di luar jam kerjanya."

"Lalu, kenapa ia sering berada di kampus ini?"

"Dia itu seorang playboy, yang selalu mencari one night stand. Tapi aku tidak habis pikir, kenapa ia senang sekali mencari one night stand di kalangan mahasiswi. Hanya itu saja sih aku aku tau tentang tujuannya kesini, selebihnya aku tidak tahu kenapa." Aku tercengang mendengar pernyataan dari Cathrine.

"Berapa umurnya?"

"Hanya beda 5 tahun dari kita. Dia masih berumur 25 tahun."
Wow, seorang  CEO muda.

Di tengah perbincangan kami, ponsel Cathrine berdering.

"Hallo?"

"...."

"Oh sorry Mother, I'm forget."

"...."

"Yes I know, bye mother."

Sepertinya Cathrine sedang terburu-buru, ia memasukkan semua bukunya yang berada di atas meja kantin ini ke dalam tasnya. Lalu beranjak dari tempat duduknya, tanpa berpamitan denganku.
Itu sudah hal biasa, karena Cathrine memang pelupa.

Lagi-lagi aku tergoda untuk melirik ke arahnya lagi.
Siapa tadi namanya? Ohya, Key Armstorng Haynsworth.

Ia sepertinya sedang sibuk berbincang dengan mangsanya itu.
Dengan sedikit mengendap-endap, aku keluar dari kantin dan segera berlari sekencang mungkin pulang ke apartemen.
Aku berharap tidak akan bertemu dengannya lagi.

____________________________

Kurang panjang yah?
Maafkeun yah, 😊

Karena udah banyak pembacanya, aku post aja deh ^^

Happy Reading :)

Aku perbaharui yah.
Sekarang update setiap selasa dan sabtu ^^
Terima kasih

ALL IN MY HEAD | 7 (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang