PART 18

3.8K 204 18
                                    

Adel POV

"I Love You, Key!"

Airmataku mengalir begitu saja. Akhirnya aku berani mengatakan hal yang kurasakan selama ini. Dan rasanya sangatlah lega, seperti menurunkan beban seberat 100 kilogram dari atas punggung.

Meski, aku tidak berharap sepenuhnya Key mencintaiku juga. Karena aku tidak mau memaksakan seseorang untuk mencintaiku. Mungkin kedengaran aneh di telinganya, yah aku maklumi itu. Tapi, apa salahnya jika aku jujur saja padanya.

Ia menyapu airmataku dengan sangat lembut dan mengelus pipiku. Yang kurasakan saat ini hanyalah malu. Aku jadi bingung menyembunyikan wajahku dimana.

"A..."

"Key, aku ingin ke toilet sebentar." Ia mengiyakan kalimatku.

Aku sengaja mencari alasan untuk keluar dari kamar ini. Aku ingin relax sejenak, dan mengembalikan putusnya urat maluku. Mungkin aku terlalu polos, yah memang kuakui bahwa aku adalah gadis yang polos.

Ketika keluar dari ruangan ini, aku menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Aku mencari toilet untuk membasuh wajahku yang terasa sedikit memanas. Mungkin, karena aku sangat malu tadi.

Aku menghabiskan waktu di dalam toilet selama setengah jam karena aku masih bingung mengatakan apa, jika kembali ke ruangannya nanti. Mungkin suasananya berbeda dari sebelum aku mengatakan itu padanya.

Sebelum masuk ke dalam ruangan Key, aku menarik nafas perlahan kemudian menghembuskannya. Tanganku juga sedikit berkeringat. Masuk ke ruangan ini rasanya seperti masuk ke dalam medan perang saja.

Aku berbalik ke arah pintu. 'Pintunya tidak tertutup rapat.' Aku mengingat kembali ketika aku akan pergi ke toilet tadi. Sepertinya, aku sudah menutup rapat pintu ini. Tapi biarlah, sepertinya itu bukan masalah.

Aku menghentikan langkahku ketika aku mendengar suara orang lain di dalam kamar Key. Lebih tepatnya suara seorang perempuan. Aku mengintip dari celah pintu ini.

'Kate? Sedang apa dia dengan Key?' Ah iya, aku lupa bahwa ia kekasih Key. Jadi dia bebas saja menemui Key kapan saja. Meskipun sudah lama aku tak melihat mereka jalan bersama.

Jika ada yang tanya rasanya seperti apa, tentu saja sungguh sakit. Rasanya lebih sakit dari luka yang diberi alkohol. Aku mendengarkan percakapan mereka dari jarak yang cukup jauh.

'Tidak!'

Apa ini kenyataannya, atau hanya mimpi? Apa ada seseorang yang bisa menjawabku? Tapi, aku rasa bukanlah mimpi.

'Apa aku sudah salah mencintai seseorang?'

Sepertinya kelenjar airmataku bekerja lagi untuk kesekian kalinya. Mataku menjadi panas, dan memerah seperti orang yang sedang sakit mata. Aku tidak bisa mengingat lagi berapa kali ia menciumku. Dan sekarang, ia mencium wanita lain. Dan bertepatan setelah aku menyatakan perasaanku padanya.

Tunggu dulu, bukankah aku sendiri yang bilang bahwa aku tidak perlu memaksakan seseorang untuk mencintaiku juga. Yah, aku harus menahan semua sakit hati ini. Sampai suatu saat, ketika aku telah menemukan orang yang mencintaiku juga. Meskipun sulit bagiku, untuk mencari pria lain yang seperti Key.

Aku mengurungkan niatku untuk membuka pintunya lebih lebar lagi. Sepertinya aku sedang butuh hiburan. 'Beginilah resiko mencintai Pria yang sudah memiliki pacar. Harus menanggung semua rasa sakit.'

***

Aku duduk termenung di atas kursi kantin Hospital ini. Aku bahkan hanya memesan secangkir kopi untuk menghangatkan suasana hatiku.

ALL IN MY HEAD | 7 (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang