IV "Dance with Devil"

7.4K 353 11
                                    

Key POV

Aku bisa melihat dari tingkahnya, kalau ia sedang gugup sekarang.
Ia hanya diam dan melihat tanganku, ketika aku sedang mengulurkan tangan.

"Adel? Are you okay?" Tanya Cathrine yang membuatnya sadar dari lamunannya itu.

"Yeh, I'm okay Cath."

"Key Armstrong Haynsworth, panggil saja key. Nice to meet you."
Ucapku dengan nada sedikit sombong.

"I'm Adelaide Rosseau. Panggil saja Adel, nice to meet yo too."
Aku mengeratkan jabatan tanganku, sambil menyunggingkan senyum simpul.

"Mau berdansa?" Tawarku

"I'm sorry. Aku tidak bisa berdansa."
Aku tau dia saat ini sedang mencari alasan.

Tanpa persetujuan darinya, aku menarik tangannya lembut dan membawanya ke lantai dansa.
Rasanya aku ingin tertawa sekeras-kerasnya, karena reaksinya yang terlihat sangat lucu bagiku.

"Hey! Aku sudah bilang bahwa aku tidak bisa berdansa." Bisiknya.

"I don't care."

Aku menggenggam lembut telapak tangan kanannya.
Sedangkan tangan kirinya, aku letakkan di bahu kananku, dan tangan kiriku kuletakkan di pinggannya.

Aku mulai mengajaknya berdansa. Namun ia memalingkan wajahnya dari hadapanku. Bisa kurasakan telapak tangannya sangat dingin.
Aku rasa dia gugup.

"Tatap aku." Bisikku padanya.
Perlahan ia memalingkan wajahnya ke arahku. Sepertinya ia mulai menurut padaku. 'Baguslah'.

Seketika aku tepesona oleh manik matanya yang berwarna kecoklatan. Bahkan bulu matanya sangat lentik tanpa polesan maskara.

"Menurutmu, apa aku terlihat seperti pembunuh?"

Ia masih diam, sambil mengerutkan keningnya. Sebulir keringat jatuh dari atas keningnya.
Mungkin itu efek gugup, karena AC di ruangan ini sudah sangat dingin.

"Jawab aku, atau..."

"Iya, kau terlihat seperti pembunuh." Ia menaikkan nada bicaranya, namun hanya kami berdua saja yang bisa mendengarnya.

Wow! Jawaban yang sangat bagus. Aku memang sudah menantikan jawaban yang keluar dari bibirnya yang sangat menggodaku itu.

"Are you sure?"
Aku menaikkan sebelah alisku sambil tersenyum simpul.

"Yah, I'm so sure!" Jawabnya ketus.

Rasanya senang sekali melihat amarah di wajahnya itu.
Ia justru terlihat sangat cantik ketika marah.

"Kau mau kemana?" Tanyaku ketika ia melepaskan genggaman tanganku.

"Apa kau harus terus menguntitku kemana pun aku pergi?"

"Aku hanya bertanya, dan kau harus menjawabnya." Aku masih memegang pinggangnya.

"Aku mau ke toilet," jawabnya ketus.

"Baiklah."
Aku tahu dia pasti sedang menghindariku, tapi aku melepaskannya saja.

***

ALL IN MY HEAD | 7 (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang