Key POV
"Hallo Key, kau sedang ada dimana sekarang?"
Suara Adel masih sempat kudengar di seberang sana, sebelum akhirnya ponselku terjatuh di atas aspal yang dingin. Tiga pria berbadan besar tiba-tiba menghadang mobilku dan memaksaku untuk keluar dari mobil, lalu menyerangku begitu saja, ketika aku dalam perjalanan menjemput Adel di penthouse.
"Cih! Dasar pengecut!" teriakku pada mereka, ketika aku berhasil menumbangkan salah satu dari mereka.
"Terima kasih sudah menyerangku," ucapku sambil tersenyum, kemudian menghajar dua orang lagi.
Aku meninggalkan sebuah kartu nama pada mereka, ketika aku berhasil menumbangkan mereka. Kemudian, mengambil jas dan ponselku yang sempat terlempar tadi.
Aku kembali menghidupkan ponselku yang layarnya sudah sedikit retak, padahal aku baru saja membelinya tadi. Tapi, sepertinya itu bukan masalah bagiku. Baru saja aku ingin menghubungi Adel lagi, Armin lebih dulu menghubungi ponselku.
"Ya, Armin?"
"Saya minta maaf Tuan Muda."
Suara Armin terdengar bergetar di seberang sana.
"Bicaralah dengan jelas, Ar!"
"Seorang Pria tadi menyerang saya, ketika saya selesai menghantar Nona Adel. Dia berhasil mengambil kunci Penthouse, kemudian pergi. Saya tidak sempat mengejarnya, karena ia menyuntikkan obat bius ke tangan saya. Sebelum itu, dia mengambil ponsel saya dan menghapus semua kontak di ponsel saya, untung saja saya hapal dengan nomor Tuan Muda."
"Bukankah aku telah menghubungi yang lain untuk menuju penthouse?" tanyaku sambil berteriak pada Armin, meskipun bukan Armin yang menyebabkan kemarahanku.
"Saya tidak tau soal itu Tuan Muda. Mungkin saja, pria itu sengaja menipu yang lain, agar tidak berada di penthouse."
Aku langsung melemparkan ponselku begitu saja, dan mnyetir mobilku dengan kecepatan penuh.
'Oh Shit!'
Siapa lagi yang sedang bermain-main denganku kali ini. Kali ini tidak akan ada ampunan baginya.
***
Ketika aku sampai di hotel, pintu penthouse tidak tertutup. Aku rasa, mereka masih di dalam. Aku bisa melihat bahwa isi penthouseku sudah sangat berhambur. Beberapa vas bunga, dan lemari kaca telah pecah.
"Aku mohon, jangan!"
Aku mendengar teriakan Adel dari luar kamar. Aku pun langsung menuju asal teriakan Adel.
"Sudah kubilang, diam!"
Aku mengendap masuk ke dalam kamar, agar pria bajingan ini tidak mengetahui keberadaanku.
'Shit!'
Saat ini, ia sudah mengikat Adel di atas kursi. Aku melihat Adel menangis, dan kurasakan tubuhku melemas. Terlebih, wajah Adel yang terlihat lebam dan ujung bibirnya berdarah. Aku rasa, dia berusaha untuk memperkosa Adel.
Sepertinya Adel melihatku, ia pun berhenti menangis. Aku mengisyaratkannya agar tetap diam. Ia pun menurutiku, dan pura-pura tidak melihatku lagi.
Kali ini, aku harus sangat pelan-pelan agar dia tidak melukai Adel dengan pisaunya. Aku mulai melangkah mendekatinya, kemudian menepuk bahunya pelan. Dia menoleh ke arahku, dan aku langsung merebut pisau dari tangannya, lalu menumbuk wajahnya hingga ia ambruk begitu saja.
"Hanya segitu saja kah ketangguhanmu, heh!"
Aku langsung membuka ikatan yang melilit tubuh Adel. Ketika ikatannya sudah terbuka, ia memelukku erat. Tubuhku kembali melemas ketika melihat dressnya yang sudah robek separuh. Aku segera melepaskan jasku dan menutupi tubuhnya. Ia sedikit bergetar dalam dekapanku, bisa kurasakan airmatanya membasahi kemejaku.
Tak lama kemudian, semua bodyguardku datang. Aku pun langsung memarahi mereka semua.
"Kalian kemana saja!"
"Maafkan kami Tuan, pria ini telah menipu kami dengan mengatasnamakan Anda."
"Sudahlah Key, ini semua bukan salah mereka. Pria ini memang seorang bajingan."
Adel melepas dekapanku, kemudian melangkah ke tubuh pria yang sudah terbaring lemah itu.
"Kau memang lebih busuk dari sampah!"
Adel menginjak perut pria itu berulang kali. Pria itu hanya bisa meringis kesakitan. Namun, sakit itu tidak bisa membalaskan sakit yang sekarang kurasakan, ketika melihat Adel yang penuh luka karena siksaannya.
Adel menghentikan aksinya, kemudian terududuk lemas di samping pria itu dan menangis. Aku langsung menyuruh seluruh bodyguardku, untuk membawa tubuh pria yang bernama Richard itu, ke kantor polisi. Karena aku khwatir jika ia tidak segera ditangkap, ia akan melukai Adel lagi.
Aku mengangkat tubuh Adel, dan membaringkannya di atas tempat tidur. Ia masih menangis, sambil meringis kesakitan. Ketika aku ingin melangkah ke luar kamar untuk menutup pintu, ia lebih dulu menahan lenganku.
"Jangan pergi, Key!"
"Aku ingin menutup pintu dulu Adel, aku tidak akan pergi kemana-mana," jawabku sambil mengecup punggung tangannya. Ia pun akhirnya membiarkanku pergi menutup pintu.
Aku mengambil kotak P3K, untuk mengobati lukanya yang cukup parah, sambil menunggu dokter pribadiku tiba. Ketika aku tiba di kamar Adel, ia memelukku lagi.
"Tenanglah Adel, kau sekarang aman. Ia akan mendapatkan balasannya. Sekarang kau berbaliklah, aku akan mengobati luka di punggungmu."
Ia berbalik sehingga memunggungiku. Kemudian membuka jas yang ku pakaikan tadi padanya, sehingga aku bisa melihat sebagian punggung mulusnya yang terluka. Aku menuangkan alkohol ke kapas, kemudian membersihkan lukanya secara perlahan.
"Argh."
'Sial!'
Aku kembali merinding ketika mendengar desahannya. Perlahan, aku menurunkan sedikit dressnya, agar aku bisa mengobatinya dengan leluasa. Aku terdiam, ketika melihat punggungnya yang telah terekspos, meskipun bra yang ia kenakan menghalangi kulit dibawahnya untuk kulihat. Tubuhnya sedikit menegang, dan ini sangat menyemangatiku untuk menggodanya.
***
Adel POV
Seketika tubuhku menegang ketika Key menurunkan dress ku, dengan alasan agar bisa mengobati luka di punggungku dengan leluasa. Namun, bukan mengobatiku lagi, ia malah berhenti. Bisa kurasakan bahwa ia sedang memandangi punggungku.
Aku tersentak karena rasanya sangat geli, ketika 2 jarinya mengelus punggungku dengan gerakan yang sangat lambat. Nafasku mulai tidak beraturan.
"Key, apa kau sudah selesai mengobatiku?" tanyaku.
"Sabarlah Miss France, aku sedang mengobatimu saat ini."
'Dia bilang sedang mengobati? Lebih tepatnya, ia sedang menggodaku saat ini.'
Ia menghentikan mengelus punggungku. Dan diluar dugaanku, ia melepaskan ikatan pertama bra ku. Aku tersentak kaget, dan langsung memegang tangannya agar ia tidak meneruskannya lagi.
"Tidak sekarang Key!" Aku melempar tangan nakalnya. Bisa kudengar ia terkekeh pelan. Aku sangat mengenalnya, dan kali ini ia pasti sedang menggodaku.
Baru saja aku ingin menaikkan dressku kembali, ia dengan sigap menahan tanganku. Kemudian mengecup punggungku dengan lembut. Aku kembali merinding karena rasanya sangat geli.
"Cukup Key!"
Ia membalikkan tubuhku, dan mengecup bibirku lembut. Tangannya masih berada di punggungku yang terekspos. Ia semakin mendorongku, sehingga aku terbaring. Tanganku begitu saja melingkar di lehernya. Aku memejamkan mataku, merasakan ciumannya yang sangat lembut, ia tidak rakus sama sekali.
Aku menghentikan ciumannya, dan ia sedikit kesal. Aku mengelus bibirnya yang tadi mengecupku cukup lama.
"You are my hero," ucapku sembari mengecup pipinya sekilas.
To be continue......
________________________
Maaf yah kalau kali ini pendek :(
Terima kasih sudah membaca ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL IN MY HEAD | 7 (NEW VERSION)
RomanceSPECIAL MINI VIDEO ADA DI SETELAH PART AKHIR DILARANG MENGCOPY CERITA!! TOLONG HARGAI CERITA ATAU KARYA ORANG LAIN, JANGAN ASAL JIPLAK! TERINSPIRASI BOLEH, JIPLAK JANGAN Cerita yang sama, hanya judul saja yang berbeda ^^ *** Seorang CEO yang merang...