Part 31

3K 180 0
                                    

Key POV

"Follow me!" Aku langsung menarik tangan Adel paksa.

Aku sengaja tidak mengetahui yang sebenarnya. Aku tahu bahwa ia memang terpaksa melakukan semua sandiwara ini.

"Lepaskan aku Key!"

Aku sengaja tidak menghiraukannya. Dan terus menariknya agar tetap mengikuti.

"Apa kau tid...."

Aku mendorong tubuhnya hingga punggungnya terhantuk dinding, lalu mengecup bibirnya lembut.

Tidak seperti dugaanku, ia justru membalas ciumanku. Dan ia melingkarkan tangannya di leherku.

"Damn! Aku tidak ingin pisah darimu, Adel." Aku mengecup keningnya lembut.

Ia menitihkan airmata. Aku langsung mengusap airmatanya dengan ibu jariku. Aku tidak ingin melihatnya menangis seperti ini. Lihat saja nanti! Aku tidak akan membiarkan pria pengecut itu membuatnya menangis lagi.

***

FLASHBACK

Tok..tok

"Masuk!"

Aku kembali fokus dengan pekerjaanku. Padahal aku sama sekali tidak ingin bekerja saat ini. Otakku seakan penuh dengan kalimat Adel yang ia ucapkan kemarin malam.

Sampai saat ini, aku masih tidak percaya dengan ucapannya. Kenapa ia terlalu cepat merubah suasana hatinya?

"Yah, ada apa Ar?"

"Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pada Tuan."

"Langsung saja pada intinya."

Hem, terkadang Armin terlalu membelitkan perkataannya.

"Tapi, Anda harus bersikap seperti biasa, ketika aku menyampaikan ucapanku."

"Oh, ayolah Ar. Kenapa kau terlalu mengatakan banyak syarat. Katakan saja, aku tidak akan marah."

"Aku tahu semua yang terjadi pada Ms. Adel. Dia...."

"Cukup Ar! Aku tidak ingin mendengar namanya lagi."

Emosiku tidak bisa kupendam lagi, ketika aku mendengar namanya. Aku sedang tidak ingin mendengar nama atau kabar darinya sedikit pun.

"Tunggu sebentar Tuan! Aku belum selesai berbicara."

Armin berjalan ke arah rak buku yang berada di sudut kanan ruanganku, dan menggesernya sedikit.

"Ar, apa...."

"Lihat ini Tuan." Armin memberikan sebuah jam kecil berbentuk bundar yang ia ambil dari samping lemari.

"Perusahaan Anda sedang dalam bahaya. Ini adalah alat perekam suara yang biasa mendengar percakapan Anda sejauh 500 m. Meskipun anda masuk ke dalam ruangan rahasia Anda, benda ini mampu menembusnya."

Nice! Darimana Armin mengetahui semua ini. Aku saja baru mendengar alat secanggih itu. Bukan berarti aku tidak tahu perkembangan teknologi.

"Bagaimana kau bisa tahu semua ini?"

"Ketika Ms. Lirya membawamu pulang, aku tidak sengaja melihatnya menuju ruangan kerjamu. Dan, aku mendengar percakapannya dengan seseorang di telpon."

'Sial! Ternyata wanita itu memang tidak akan pernah berubah.'

Armin meminta maaf padaku karena ia tidak sempat mengambil alat perekam itu karena harus pergi ke apotik.

ALL IN MY HEAD | 7 (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang