"Kalau tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, maka kelas akan saya akhiri," kata pria yang sedang berdiri di depan kelas, Profesor Park sang dosen filosofi
Ini kelas terakhir hari ini, pada akhirnya ditutup juga tepat pukul empat sore. Setelah mendengarkan ocehan dosen yang membosankan, pada akhirnya dia bisa juga keluar dari tempat itu. Hari ini sebenarnya Chaeyeon tidak ingin menghadiri kuliah, karena di kelas filosofi dan manajemen dia akan bertemu dengan Jaehyun. Laki-laki menyebalkan itu pasti tidak akan membiarkannya hidup tenang di dalam kelas.
"Ah, iya, silahkan kumpulkan jawaban kuis tadi di depan dan nona Jung Chaeyeon tolong antarkan ke ruangan saya," tambahnya.
Chaeyeon menghela nafas berat. Lagi-lagi dia yang mudah dikenali setiap dosen. Oh ayolah siapa yang tidak kenal dengan Jung Chaeyeon, gadis populer putri pemilik perusahaan garmen terbesar. Juga Student Ambassador paling hits sekampus. Gadis cantik idola setiap laki-laki di kampusnya. Dia sempurna.
Chaeyeon melangkahkan kakinya menuju ruangan dosen, menghiraukan Jaehyun yang sedang sibuk mencari perhatiannya. Kemudian meletakkan tumpukan jawaban kuis diatas meja Profesor Park. Dia kembali ke lorong dimana deretan loker terjajar di sana. Chaeyeon membuka lokernya, dan meletakkan buku catatannya.
Chaeyeon mendengar suara seseorang berdeham pelan di loker sebelah. Dia tidak peduli apa yang sedang orang itu lakukan, dan dengan cueknya tetap menata buku-buku di dalam lokernya. Mata cantiknya melirik sebentar, mendapati Jaehyun yang sedang memandanginya sambil bersandar di loker miliknya. Ini satu lagi yang tidak Chaeyeon sukai, kenapa loker miliknya dan Jaehyun harus bersebelahan.
"Kau tidak menyapaku," ujar seseorang yang ada di balik pintu lokernya.
Suara itu sangat dia kenal. Suara yang beberapa tahun belakangan pernah membuatnya seperti orang gila karena cinta. Suara yang juga membuat Chaeyeon tidak ingin mengingat masa lalu lagi.
Kemudian gadis itu menutup pintu lokernya sedikit kasar, meninggalkan si pemuda yang masih bersandar pada pintu besi itu. Jaehyun hanya melihat Chaeyeon menjauh, dan menyeringai kecil. Dia mulai mengikuti Chaeyeon. Gadis yang berjalan beberapa langkah di depannya itu tampak tergopoh-gopoh, antara mempercepat langkahnya dan membenarkan letak tas yang ada di pundaknya.
Langkah besarnya pada akhirnya bisa menyusul Chaeyeon. Tangan pemuda itu langsung meraih tangan Chaeyeon, menariknya ke dalam pelukan tubuh Jaehyun. Chaeyeon yang berontak, berusaha melepaskan diri dari pemuda menyebalkan ini. Semakin dia berusaha semakin Jaehyun mencengkeram tangannya lebih erat.
"Jae, lepaskan," rintihnya. "Kau menyakiti tanganku."
Tampaknya Jaehyun telah menulikan pendengarannya. Bukannya melepaskan Chaeyeon, dia malah mendorong Chaeyeon ke belakang. Tubuh gadis itu sekarang terhimpit oleh tubuh Jaehyun yang terus mendekat. Hingga dia merasakan dinginnya pintu besi lemari loker di belakangnya, Jaehyun masih juga tidak mau melepaskannya.
Tubuh Jaehyun yang lebih besar dari Chaeyeon terus mendesak. Chaeyeon bisa melihat seringai licik di wajah Jaehyun dengan sangat jelas karena wajah mereka hanya berjarak kurang dari lima belas sentimeter. Tiba-tiba saja ingatannya melayang pada saat itu. Tubuhnya gemetar, Chaeyeon seolah merasa ketakutan.
Jaehyun yang tidak peduli terus saja mendekatkan wajahnya pada milik Chaeyeon. Bibir tipis merah muda itu targetnya. Sedangkan gadis yang berada dalam dekapannya ini masih saja meronta meminta dilepaskan. Chaeyeon merasa segala usahanya sia-sia, tangannya tak bisa dia andalkan untuk membantu kabur dari pemuda brengsek macam Jaehyun.
"Arrgghh! Chaeyeon, apa yang kau lakukan!" sungutnya. Kurang sedikit lagi mungkin bibir Jaehyun akan menyentuh miliknya dan dia akan menang. Tapi sebelum itu semua terjadi, Chaeyeon menginjak kaki Jaehyun.
Saat si pemuda masih mengaduh kesakitan, Chaeyeon mendorong tubuh Jaehyun ke belakang. Dan melenggang menjauh.
"I'll never let you playing with me again, Jae," ujarnya dengan penuh penekanan.
Saat gadis itu pergi, Jaehyun masih sibuk dengan kakinya yang mungkin sudah memar di balik sepatunya. Ya, Jaehyun hanya memakai sepatu converse berbahan kain dan Chaeyeon menginjaknya dengan heels runcingnya. Dan kini dia hanya bisa melihat Chaeyeon dari kejauhan. Dia tahu seberapa bencinya Chaeyeon padanya hingga gadis itu tidak sudi lagi dekat dengannya.
Tapi, hey, tidak ada yang bisa menolak Jung Jaehyun, bukan?
"Kita akan lihat siapa yang akan menang di game ini. I'll never let you go easily. You're mine, Jung Chaeyeon."
*
*
*
Mereka berdua akhir-akhir ini yang muter melulu di otak saya. Baru prolog gaes haha
I will continue this story after Nobody But Me story end. Insya Allah, banyaklah berdoa semoga idenya lancar updatenya juga lancar hehe
See ya~ ❤
YOU ARE READING
Meant To Be
FanfictionNo matter how impossible, unattainable, or unimaginable something may seem, if it's mean to be, it will be. meant to be. destined to exist. fated to be something. © chielicious, 2016