'Jaehyun Jung, I choose you to stand by my side. To be joy to your heart and food for your soul. To learn with you and grow with you, even as time and life change us both. I promise to laugh with you in good times and struggle alongside you in bad times. I promise to respect you and cherish you as an individual, a partner, and an equal, knowing that we do not complete, but complement each other. May we have many adventures and grow old together.'
Kalau Chaeyeon bilang ia tidak akan mengingat-ingat lagi wedding vownya, nyatanya otaknya tidak semudah itu didoktrin. Entahlah, ia juga tidak mengerti kenapa kata-kata itu yang keluar begitu saja dari mulutnya. Padahal ia yakin tidak menulis itu semua di kertas contekan wedding vow yang ia baca.
Chaeyeon menghela napas dalam-dalam. Semakin dipikirkan rasanya semakin membuatnya malu sendiri. Semuanya sangat menggelikan kalau diingat. Kemudian ia membuka majalah yang ada di meja dekat sofa. Setelah pesta selesai Jaehyun menyuruhnya untuk kembali ke kamar mereka duluan agar Chaeyeon bisa ganti baju dan istirahat lebih awal. Sedangkan Jaehyun masih mau menemani teman-temannya after party.
Kamar mereka berdua, ya?
Ah, dia baru ingat mulai sekarang ia harus berbagi apapun dengan Jaehyun, termasuk berbagi kamar dan tempat tidur. Selama ini Chaeyeon selalu sendirian, tidak terbiasa berbagi kamar dengan orang lain, apalagi ini dengan laki-laki dengan perempuan saja ia tidak pernah mau ada roommatenya. Mungkin ini sudah kebiasaan dari kecil, ia anak tunggal di keluarganya. Bahkan saat di London ia memilih tinggal di flat kecil yang jaraknya sedikit agak jauh dari kampus dan mengharuskan ia jalan kaki lalu naik bus daripada tinggal di asrama mahasiswa.
Gadis itu kemudian teringat sesuatu lagi. They're officially married couple, as husband and wife. And this night, must be their first night.
Sesaat hal itu membuat wajahnya memerah, dan ia merasa kepanasan padahal sebenarnya udara di dalam kamar ini cukup dingin. Chaeyeon beranjak dari sofa ke ranjang. Ia mulai gelisah, seperti ada rasa yang tidak ia ketahui namanya tiba-tiba saja menyerang perasaannya. Belum ada semenit ia duduk di tepian ranjang, Chaeyeon kembali berdiri dan berjalan ke sofa lagi. Terus mondar-mandir sambil menggigiti ujung kukunya.
Kemudian ia malah terjebak dalam monolognya sendiri. Harus ya dia memberikan semua untuk Jaehyun saat ini juga? Sebenarnya ia belum siap, tapi sudah jadi kewajiban seorang istri untuk mematuhi apapun yang diminta oleh suaminya. Jadi kalau Jaehyun minta malam ini, mau tidak mau Chaeyeon harus menurutinya meskipun dengan berat hati menyerahkan diri. Ia tidak mau jadi istri yang durhaka pada suami di hari pertama mereka sebagai pasangan yang sudah menikah.
Ia agak sedikit terlonjak ketika terdengar suara derap langkah mendekat, dan pintu kamar mereka terbuka. Tampak Jaehyun yang masih berpakaian sama seperti tadi saat resepsi di depan pintu sambil memasukkan tangannya ke saku celananya. Pemuda itu mengernyitkan dahinya saat mendapati Chaeyeon yang ternyata belum tidur.
"Kenapa masih belum tidur?" tanya Jaehyun.
Tadi ia menyuruh Chaeyeon untuk kembali ke ruangan mereka duluan dan ia harus menjamu teman-temannya after party. Jaehyun pikir Chaeyeon sudah tidur karena memang ini sudah lewat tengah malam. Kemudian ia mendekati Chaeyeon yang tampak canggung di depan Jaehyun. Laki-laki itu tersenyum jahil.
"Kau menungguku kembali?" Tidak ada jawaban dari Chaeyeon, gadis itu malah membuang mukanya ke arah lain agar tidak bisa melihat senyuman jahil Jaehyun. "Ah, I remember. This is our first night, right? Kamu menungguku karena itu?"
"Tidak."
Jawaban Chaeyeon membuat Jaehyun semakin tidak tahan untuk tersenyum lebar. Wajah Chaeyeon yang sudah memerah seperti tomat, membuatnya semakin menggemaskan. Jaehyun malah mendekatkan dirinya pada Chaeyeon yang berdiri kurang dari satu meter di depannya. Gadis itu reflek memundurkan langkah kakinya menjauh dari Jaehyun.
"Jae, kamu.."
"You already know it, honey."
Chaeyeon tidak sadar kalau dibelakangnya adalah ranjang saat ia terus melangkah mundur. Hingga kakinya menabrak tepian ranjang di belakangnya, dan membuatnya jatuh ke belakang. Sialnya ia yang semula memegang tangan Jaehyun agar pria itu bisa menahan tubuhnya, malah tubuh Jaehyun ikut tertarik jatuh bersamanya di atas ranjang. Sudah tidak ada lagi tempat untuk kabur karena sekarang Jaehyun sedang menindih tubuhnya.
Chaeyeon yang melebarkan matanya hanya bisa menahan napas saat Jaehyun yang terus maju mendekat. Demi apapun ia berada di pihak yang lemah sekarang. Wajah Jaehyun yang terlalu dekat dengannya, membuat Chaeyeon bisa melihat seringai jahil Jaehyun dan juga dua lesung pipit manis favorit gadis itu. Mau tidak mau Chaeyeon harus melakukan kontak mata dengan Jaehyun pada jarak yang sedekat ini. Sorot matanya sama, tatapan yang teduh itu yang selalu bisa menghipnotisnya, seolah siap menenggelamkan siapa saja yang dengan berani menatap mata hazel itu.
Tubuhnya bagai tersengat ribuan volt listrik saat bibir laki-laki itu mulai mengecup milik Chaeyeon pelan. Entah bagian di dalam otaknya yang sebelah mana yang menggagaskan ide untuk menikmati sentuhan lembut di bibirnya dari Jaehyun ini. Gadis itu hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya. Rasa manis sangat kentara di sana, juga sengatan-sengatan kecil saat Jaehyun mulai melumat bibir bawahnya. Lagi-lagi Chaeyeon tidak bisa menolak dan mulai membalasnya. Ia sudah dibuat kecanduan oleh ciuman Jaehyun.
Pada akhir mereka harus melepaskan ciuman itu saat merasakan sesak karena kekurangan oksigen. Chaeyeon masih terengah, sedangkan Jaehyun yang berada di atasnya malah menatapnya lebih dalam lagi. Kemudian laki-laki itu menampakkan sebuah senyuman manis, bukan seringai jahil yang sengaja ia buat untuk menggodanya, tapi yang ini benar-benar senyuman tulus yang ia lihat.
Dan satu kali lagi kecupan singkat yang laki-laki itu berikan padanya sebelum Jaehyun bangkit dari atas tubuh Chaeyeon.
"Aku berat ya?" tanyanya dengan wajah sok polos sambil duduk di tepian ranjang sebelah Chaeyeon.
Chaeyeon yang masih canggung dengan keberadaan Jaehyun meskipun mereka sudah sampai di tahap hampir melakukan ciuman panas pada akhirnya ikut menegakkan tubuhnya. Laki-laki itu kini menatapnya, tangan besarnya terjulur mengusap puncak kepala Chaeyeon. Dan satu tangan yang lain mengajak Chaeyeon agar mendekat padanya.
"Kamu pasti capek hari ini," Jaehyun yang kini memeluknya masih saja bisa jahil melingkarkan tangan Chaeyeon yang tidak membalas pelukannya pada pinggang Jaehyun. "Take your time, tenang saja aku tidak akan menagih jatah malam pertamaku hari ini."
Damn, kenapa juga dia harus bilang begitu pada Chaeyeon. Wajahnya sekarang mungkin merahnya lebih parah dari yang tadi. Chaeyeon bisa dengar Jaehyun terkekeh geli karena gadis itu berusaha menyembunyikan wajah merahnya di dadanya.
"Tapi, nanti saat aku tagih kamu harus sudah benar-benar siap," bisik Jaehyun tepat di telinga Chaeyeon.
Oh, anyone please tell him to stop seducing Chaeyeon like this. She need to save herself and her precious heart from heart attack because of Jaehyun.
"Sudah ah, aku mau mandi dulu. Kamu tidur sana, ingat besok kita pindahan rumah," katanya melepas pelukan Chaeyeon, dan beranjak dari tempat duduknya ke arah kamar mandi. Sedangkan Chaeyeon hanya bisa mengerjapkan matanya berulang kali, sambil mengatur ritme jantungnya dan perasaannya yang sudah tidak karuan lagi.
*
*
*
*
Pasti diem-diem yang baca chapter ini ada yang ngarep ada adegan bikin ponakannya Taeyong dkk ya? Wkwkwkwk
Saya tahu kebanyakan reader masih underage jadi maaf ya sodara-sodara 😛😛😛 wkwkwk
YOU ARE READING
Meant To Be
FanfictionNo matter how impossible, unattainable, or unimaginable something may seem, if it's mean to be, it will be. meant to be. destined to exist. fated to be something. © chielicious, 2016