Chaeyeon selalu bangun lebih awal sekalipun tanpa bunyi alarm dari ponselnya. Sudah jadi kebiasaannya setiap hari seolah tubuhnya memang disetting bangun pukul setengah tujuh pagi. Chaeyeon menolehkan kepalanya ke samping, yang pertama ia lihat adalah wajah damai Jaehyun yang masih pulas tertidur. Pemandangan ini yang setiap hari selama hampir dua minggu ia lihat saat ia bangun tidur.
Ia tersenyum kecil, untuk beberapa menit ia hanya terdiam dan memperhatikan Jaehyun. Ia tiba-tiba saja menemukan hobi baru setelah jadi istri Jaehyun, diam-diam memandangi wajah tidur suaminya. Tinggal bersama dengan status resmi sebagai pasangan yang sudah menikah, Chaeyeon belum bisa percaya akan hal itu sampai sekarang. Ya, ia bahkan tidak pernah bermimpi akan sampai pada tahap serius seperti ini setelah mengingat apa saja yang terjadi pada masa lalunya dan Jaehyun.
Kadang hatinya masih nyeri saat mengingat ternyata dulu Jaehyun hanya mempermainkan perasaannya, hingga berujung pada ketakutan tidak nyata bagaimana jika sekarang pun laki-laki itu masih sama seperti dulu. Meskipun Chaeyeon tahu dari sorot mata Jaehyun bahwa dia tidak main-main saat mengucapkan janji pernikahan yang sakral. Ia tahu bahwa Jaehyun tulus mencintainya.
Chaeyeon kemudian sadar ia harus segera mengakhiri hobinya memandangi Jaehyun sebelum laki-laki itu terbangun dan ia akan ketahuan. Dengan hati-hati ia melepaskan tangan Jaehyun yang masih melingkar di perutnya, kemudian menjauhkan dirinya pelan-pelan dan beranjak ke kamar mandi.
Ia masih harus menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu rumah tangga meskipun ia juga bekerja. Pagi hari adalah saat yang cukup sibuk, menyiapkan sarapan, menyiapkan keperluannya dan Jaehyun sebelum berangkat kerja, kadang ia harus sempat membersihkan seluruh rumah sebelum ditinggal ke kantor. Kadang Chaeyeon sedikit menyesal kenapa mereka harus pindah ke apartemen yang besar padahal hanya untuk tinggal berdua.
Kali ini tangannya yang sibuk memilih beberapa sayur di dalam kulkas. Tidak banyak bahan yang tersisa dan artinya ia harus pergi belanja, kemudian Chaeyeon hanya mengambil beberapa bahan yang bisa dibuat mereka pakai untuk sarapan. Sandwitch dan telur mata sapi tidaklah buruk, Jaehyun juga akan makan apapun yang dia buatkan.
"Good morning," ujar seseorang yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.
Chaeyeon terlonjak kaget. Entah karena begitu serius menekuni pekerjaannya di dapur atau bagaimana, Chaeyeon tidak sadar ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Sekarang ia mendapati Jaehyun yang masih mengenakan piama dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk.
"Sayang, morning kiss," kata Jaehyun sambil meletakkan kepalanya di pundak Chaeyeon.
"No more kiss. Sudah pukul setengah delapan, tidak ada waktu lagi untuk cuddling-cuddling. Kalau kamu tidak segera siap-siap, kita akan terlambat," jawab Chaeyeon yang membuat Jaehyun cemberut.
Chaeyeon hanya terkekeh melihat tingkah kekanakan Jaehyun. Laki-laki itu masih saja sempat mendumel sebal karena terpaksa ia harus menyerah tanpa imbalan morning kiss. Setelah semua urusan dapur selesai, sekarang Chaeyeon yang harus siap-siap.
Setelah selesai sarapan, mereka berdua berangkat bersama. Jaehyun yang akan mengantar Chaeyeon ke workshopnya duluan baru ia akan ke kantornya. Chaeyeon masih sama seperti biasanya, dia akan mengarahkan pandangannya ke arah jendela samping mobil Jaehyun daripada melihat mata Jaehyun yang sedang mengajaknya ngobrol. Mungkin ini terlihat tidak sopan untuk orang lain, tapi Jaehyun mengerti tidak mudah menjadi Chaeyeon yang harus begitu saja menerimanya padahal dia belum sepenuhnya memaafkan Jaehyun.
Tidak mudah memang mengembalikan kepercayaan orang. Jaehyun tahu ia sudah menyakiti Chaeyeon terlalu banyak, hingga saat ini ia yakin masih ada sisa luka karena dirinya yang belum sembuh pada hati Chaeyeon. Meskipun wanita itu memang sudah jadi istrinya, Jaehyun masih merasakan seperti ada yang kurang dengan hubungan mereka selama jalan dua minggu ini.
Chaeyeon yang jarang mengungkapkan perasaannya, dan ia hampir tidak pernah membalas kata-kata cinta dari Jaehyun. Ya, setiap kali Jaehyun bilang 'I love You, Chaeyeon', dia hanya dapat balasan berupa 'I know it so well, Jae', 'You've been saying that' atau yang lebih parah hanya sebuah gumamam dan anggukan saja.
Mobil hitam Jaehyun sekarang sudah berhenti di depan bangunan dua lantai workshop milik Chaeyeon. Wanita itu melepas seatbelt yang ia kenakan, kemudian merapikan sedikit kemeja dan roknya sebelum membuka pintu. Dengan gerakan cepat tangan Jaehyun memegang lengan Chaeyeon menahannya agar tidak turun dulu.
"Kamu ingin ngomong sesuatu lagi?" tanya Chaeyeon.
Jaehyun yang tidak menjawab hanya memperdalam tatapannya pada mata wanitanya. Chaeyeon yang sudah terlanjur terjebak dalam sorot mata Jaehyun tidak bisa kemana-mana lagi. Untuk beberapa saat mereka hanya saling memandang, sampai pada akhirnya Jaehyun menarik Chaeyeon mendekat dan mengecup bibir Chaeyeon.
"Jae, kita sedang di tempat umum!"
"I love you, Chaeyeon."
"Yeah, I know it, Jae. You've told me a thousand times."
"Just tell me that you love me too, please."
Ini pertama kalinya Chaeyeon melihat Jaehyun bertingkah sok imut seperti ini. Jaehyun yang selalu tampak gentle di depannya tiba-tiba saja mengeluarkan puppy eyes, just unbelievable. Chaeyeon sebenarnya tidak tahan melihat wajah sok imut Jaehyun yang dia gunakan untuk meluluhkan hati Chaeyeon, tapi ia harus tetap bertahan untuk tidak jatuh pada rayuan laki- laki ini.
"Sekali saja, sayang," Jaehyun masih saja berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan. "Atau aku akan menciummu lagi."
Tidak ada pilihan lain untuk Chaeyeon.
"I love you," ujar Chaeyeon sangat lirih tapi Jaehyun masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas.
"Aku tidak dengar, Chae," goda Jaehyun.
"Kamu bilang cuma sekali," sungut Chaeyeon. Wanita itu kemudian menjauhkan dirinya dari Jaehyun sebelum laki-laki itu menggodanya lagi. Sedangkan Jaehyun sedang terkekeh geli melihat Chaeyeon yang wajahnya sudah memerah. "Sudah ah, kamu sudah terlambat."
Dengan buru-buru Chaeyeon membuka pintu mobil sambil menenteng tasnya. Tanpa menoleh lagi, dia berjalan cepat menuju pintu masuk workshop. Jaehyun yang merasa misinya berhasil masih senyum-senyum sendiri di dalam mobil. Lain kali ia akan membuat Chaeyeon mengakuinya sendiri tanpa harus ia pancing seperti ini.
"I love you too, Mrs. Jung."
*
*
*
*
Beberapa kali baca fanacc, si Jepri ini ternyata suka ngebaperin cewek juga kalo lagi fansign gaes 😅😅
YOU ARE READING
Meant To Be
FanfictionNo matter how impossible, unattainable, or unimaginable something may seem, if it's mean to be, it will be. meant to be. destined to exist. fated to be something. © chielicious, 2016