[25]

1.9K 219 58
                                    

Jaehyun sudah siap dan rapi dengan setelan kemejanya, sudah duduk di meja makan sambil menikmati secangkir kopi seperti biasanya. Sedangkan Chaeyeon masih sibuk berkutat dengan masakannya di depan kompor. Chaeyeon kemudian mulai menata nasi di mangkuk kecil diatasnya diberi toping telur mata sapi, dan menuangkan sup di mangkuk yang lain. Tangan Chaeyeon yang cekatan mulai menaruh satu persatu mangkuk dan piring di meja depan Jaehyun.

"Kamu tidak ikut makan?" tanya Jaehyun melihat Chaeyeon hanya minum segelas jus strawberry saja.

Chaeyeon menggeleng, dan meletakkan gelasnya di meja. "Perutku sedang tidak enak, tapi aku bawa bekal makanan kok ke workshop. Nanti aku akan makan di sana saja."

Ya, seperti yang dokter katakan Chaeyeon akan lebih sering mengalami morning sickness karena kehamilannya. Rasa mual dan muntah akan muncul tiap kali sehabis ia makan. Tapi Chaeyeon tidak boleh egois sekarang dan harus tetap memaksa dirinya untuk menelan sesuatu agar nutrisi si janin di dalam perutnya bisa terpenuhi.

Jaehyun mulai menyuapkan makanannya, dan Chaeyeon cuma memperhatikan laki-laki itu makan. Selama ini Jaehyun memang tidak pernah komplain dengan apa yang Chaeyeon masak. Apapun yang istrinya buatkan untuknya Jaehyun akan dengan senang hati menerimanya. Melihat Jaehyun yang lahap makannya cukup membuat Chaeyeon senang.

"Jae, nanti sore kamu pulang jam berapa?" tanya Chaeyeon.

"Ah, aku lupa kasih tahu kamu kalau nanti aku ada pekerjaan di luar kota. Dan langsung berangkat setelah makan siang," jawab Jaehyun. "Kenapa?"

Chaeyeon tampak kecewa. Ini adalah hari Jumat, ia pikir Jaehyun bisa pulang lebih cepat karena besok Sabtu dan Jaehyun bisa libur. "Aku kira kamu bisa pulang lebih awal."

Jaehyun terkekeh, "maaf ya, sayang. Lain kali aku akan pulang lebih awal dan stay di rumah bersamamu lebih sering."

"Never mind, aku mengerti pekerjaanmu jadi Presiden Direktur cukup menyita seluruh waktumu."

Sebenarnya Chaeyeon merencanakan sesuatu untuk nanti sore. Dia berencana memberi tahu Jaehyun kalau dia sedang mengandung anak mereka saat makan malam. Tapi karena Jaehyun bilang dia harus pergi ke luar kota, Chaeyeon mau tidak mau harus membatalkan rencananya. Setidaknya mengundurnya sampai besok setelah Jaehyun pulang ke rumah.

Kemudian Jaehyun mengusap puncak kepala Chaeyeon dengan lembut. Kalau sudah begini perempuan manapun pasti hatinya akan meleleh dan lupa kalau dia sedang kecewa.

*

*

*

*

Jaehyun sedang berkeliling di area resort dekat pantai milik keluarga Jiho. Beberapa waktu lalu Jiho sudah membantunya menghentikan petisi para pemegang saham Shinhan. Dan sebagai timbal baliknya Jaehyun memang berjanji pada Jiho akan meninjau tempat ini, membantunya agar penjualannya meningkat karena Jiho tahu sebelum bekerja di Shinhan, Jaehyun pernah bekerja sebagai konsultan perusahaan.

Jaehyun yang berjalan dua langkah di depan, diikuti Jiho di belakangnya sedang sibuk mengamati sekelilingnya. Semilir angin laut membuat tempat ini memang cocok untuk menghabiskan liburan.

"Aku rasa di sini memang potensial untuk jadi tempat liburan. Jauh dari kota, pantai, dan lingkungannya pun bagus. Sepertinya tempat ini juga bagus untuk menghabiskan waktu saat senja," kata Jaehyun.

"Dan kami hanya membangun kamar suite di sini, jadi orang akan merasa lebih nyaman seperti ada di resort pribadi," tambah Jiho.

Jaehyun mengangguk, "kalau nanti aku ke sini dengan Chaeyeon, aku harap dapat pelayanan yang terbaik. Dengan begitu aku bisa bantu promosinya."

Jiho hanya menanggapinya dengan senyuman, senyuman pahit lebih tepatnya. Padahal dalam hatinya seperti diremas-remas dengan keras. Sejujurnya dia tidak suka kalau Jaehyun masih memikirkan istrinya bahkan saat bersamanya. Katakan Jiho memang gadis bodoh yang masih berharap laki-laki impiannya yang sudah jadi milik orang lain akan berbalik padanya.

Setelah puas berkeliling dan membahas banyak soal bisnis keluarga, mereka masuk ke dalam resort saat hari sudah mulai petang. Jiho sudah menyiapkan makan malam di salah satu ruangan di dalam resort.

Saat pertama kali pintu terbuka dan mereka berdua masuk ke dalam salah satu suite room, ada kesan mewah yang sangat kental di sana. Dekorasi interiornya sengaja dipilih dari kayu membuat orang akan merasa nyaman tinggal di dalamnya. Ada ruangan makan, ranjang king size, juga sofa yang menghadap ke jendela yang membawa langsung pemandangan laut.

Jiho mempersilahkan Jaehyun duduk di salah satu kursi di meja makan. Mereka kembali membicarakan soal bisnis sampai pelayan membawakan makan malam mereka.

"Sepertinya aku punya beberapa saran untuk promosi tempat ini, tunggu sebentar aku akan mengambil ipadku," kata Jaehyun saat Jiho menuangkan wine ke dalam gelasnya.

Jaehyun kemudian beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Jiho sendirian di meja makan. Jiho pun bangun dari kursinya, dan berjalan ke arah vas bunga di sudut ruangan. Gerakan tangan gadis itu tampak suspicious seperti meraih sesuatu yang ada disela bunga. Saat Jaehyun kembali, ia melihat Jiho malah berdiri di hadapannya sambil memainkan ponselnya.

"Aku akan merekomendasikan beberapa..." ucapan Jaehyun terhenti karena tiba-tiba Jiho mencium bibirnya.

Jaehyun yang mendorong badan Jiho, berusaha melepaskan diri dari pelukan Jiho akhirnya bisa bebas setelah gadis itu sedikit menjauh.

"Apa yang kamu lakukan barusan?" kali ini suaranya meninggi. Jaehyun marah, karena dia bahkan tidak bisa menghindari tindakan gila Jiho.

Gadis itu malah menyeringai lebar, "kamu pikir aku mau membantumu dan menelponmu kemarin agar kamu mau ke sini hanya untuk pekerjaan?" ujar Jiho sarkastik. "Aku tidak sebaik itu, Jae."

Kemudian gadis itu mengangkat tangannya, menunjukkan layar ponselnya kepada Jaehyun. Ada foto mereka berdua yang sedang berciuman di sana. Ya, tadi Jiho memang sudah mengaktifkan kamera mini GoPro yang dia sembunyikan dibalik vas bunga, dan kamera itu sudah berhasil meng-capture semua tindakan yang barusan mereka lakukan karena Jiho sudah menyambungkan wirelessnya ke ponselnya.

Jaehyun yang terkejut sekaligus marah hanya bisa menahan amarahnya agar tidak meledak. Sejujurnya kalau Jiho bukan wanita mungkin Jaehyun akan menghadiahkan sebuah pukulan di wajahnya.

"Aku memang sudah lama merencanakan ini, dan akhirnya kita bisa berduaan seperti sekarang. Aku yang selalu merasakan sakit karena kamu tidak pernah sekalipun melihat keberadaanku, bahkan kamu selalu membicarakan Chaeyeon di depanku. Dan kali ini aku akan merebutmu secara paksa, Jae," ujar Jiho.

Tangan Jiho sekarang sedang menarik dan berusaha melepas dasi Jaehyun, juga melepas beberapa kancing kemeja Jaehyun dengan gerakan kasar. Sedangkan Jaehyun hanya bisa terdiam sambil menahan amarahnya melihat Jiho yang frustasi. Tangannya kemudian menghentikan tangan Jiho yang sudah berhasil melepas tiga kancing paling atas.

"Malam ini kamu harus tidur denganku, kemudian saat pulang kamu akan merahasiakannya dari Chaeyeon. Aku bisa mencintaimu jauh lebih besar dari dia, jadi kamu harus mencintaiku juga, Jae!" teriak Jiho.

Tangan Jaehyun melepaskan Jiho dengan sedikit kasar. Bisa-bisanya wanita dihadapannya ini bertindak senekad ini padanya. Jaehyun kemudian menatap mata Jiho tajam.

"Jangan konyol! Aku bahkan tidak pernah mencintaimu," balas Jaehyun.

Jiho sekali lagi tertawa sinis, "kamu lupa aku punya foto kita sedang berciuman barusan? Jika kamu tidak mau tidur denganku, aku akan menyebarkan semua foto kita berdua ke media. Dengan begitu bukan hanya Chaeyeon yang hancur, tapi juga keluargamu dan Shinhan."

*

*

*

*

I'm sorry for Jiho, don't hate her 😂😂
Sebenernya aku suka sama Jiho kok cuma dia aku pinjem buat jadi antagonis aja mian 😂😂


Meant To BeWhere stories live. Discover now