Epilog

3K 239 74
                                    

Chaeyeon menatap langit-langit berwarna putih kamarnya. Dia masih juga belum bisa memejamkan matanya. Suara detakan jarum jam di dinding membuatnya mengalihkan pandangannya, dan mendapati jam menunjukkan pukul dua belas malam.

Wanita itu lalu mengubah posisi tidurnya miring ke sebelah kanan. Seseorang sudah mengisi tempat itu. Tempat di sisi lain ranjangnya milik seseorang yang biasa ia peluk saat akan pergi tidur dan ia lihat pertama kali saat bangun tidur. Indera penglihatannya menangkap sosok Jaehyun yang sedang tertidur. Chaeyeon tersenyum kecil, memandang wajah Jaehyun yang tampan bahkan saat dia sedang tidur.

Lama Chaeyeon memandangnya. Mereka akhirnya saling memaafkan setelah kejadian menyakitkan beberapa bulan yang lalu. Tangannya tergerak naik, menyisihkan rambut Jaehyun yang jatuh menghalangi keningnya.

"Jangan memandangiku terus seperti itu," ujar Jaehyun masih dengan mata terpejam.

Chaeyeon tertawa kecil. Sepertinya Jaehyun tidak sengaja terbangun saat dia bergerak mengubah posisi tidurnya tadi. Lengan Jaehyun yang dia jadikan bantalan tidur sedari tadi bergerak meraih tubuhnya, dan menarik Chaeyeon mendekat pada Jaehyun. Jantung Chaeyeon berdebar kencang. Mereka sangat dekat hingga dia juga bisa mendengarkan debaran jantung Jaehyun dan suara napas pelan pria itu.

Chaeyeon masih saja memandanginya. Jaehyun kini sudah membuka matanya, mendapati istrinya yang masih terdiam di pelukannya.

"Kenapa kamu belum tidur, hm?"

"Tidak bisa tidur."

"Hei, ibu hamil tidak boleh begadang. Sini aku peluk biar bisa tidur," Jaehyun kembali menarik tubuh Chaeyeon mendekat, dan mendekapnya ke dalam pelukannya.

Chaeyeon terkekeh. Kepalanya sekarang disandarkan pada dada bidang Jaehyun, sedangkan pria itu merengkuh badan mungil Chaeyeon erat.

"Jae.." suara Chaeyeon. Jaehyun pikir wanitanya ini sudah berhasil tertidur, tapi ternyata belum.

"Iya?"

"Kembalikan rambut hitammu dan berhenti berpenampilan seperti bad boy begini."

Jaehyun tertawa kecil. Istrinya benar-benar polos. Ya, tadi saat mereka ngobrol setelah makan malam, Chaeyeon sempat memprotes tidak terima karena Jaehyun mewarnai rambutnya jadi blonde dan juga piercing di kedua daun telinganya. Bahkan Chaeyeon bilang pada Jaehyun tidak ada Presiden Direktur yang seperti anak remaja berandal begini.

"Ya, sudah aku katakan kalau aku ingin dia punya Papa yang keren dan paling ganteng sedunia," kata Jaehyun sambil terkekeh. Chaeyeon ikut tertawa kecil mendengar candaan Jaehyun.

"Jae.."

"Hn? Apa ada yang sakit? Apa aku menyakiti kalian?"

"No, everything is fine as long as you are not playing so hard and pushing my belly, it's okay. I'm in second trimester and doctor said its safe for making love during second trimester of pregnancy."

Jaehyun agak lega, sebenarnya dia takut juga kalau terjadi sesuatu karena dirinya pada Chaeyeon dan janinnya. Tapi dia sudah terlanjur terbakar hormonnya sendiri dan tergoda oleh bujuk rayu Chaeyeon yang minta dipenuhi keinginannya karena hormon kehamilan yang sedang meluap sekarang. Ya, ini adalah hal paling gila yang pernah ia lakukan pada Chaeyeon.

"Then you should go to sleep now."

"Aku tidak bisa tidur," ujarnya. "Ah, bukan, aku tidak mau tidur."

Jaehyun menatap Chaeyeon dengan sedikit kebingungan. Jemarinya mengusap pelan puncak kepala Chaeyeon, memberikan suatu kenyamanan padanya.

"Kenapa?"

Meant To BeWhere stories live. Discover now