[9]

2.1K 268 56
                                    

Chaeyeon lagi-lagi mengarahkan pandangannya ke luar jendela samping mobil Jaehyun. Sedangkan Jaehyun sedang fokus mengemudikan mobilnya. Setelah habis jam kerjanya di kantor, Jaehyun memang sudah janji akan menjemput Chaeyeon. Gadis itu yang awalnya menolak, pada akhirnya setuju untuk ikut Jaehyun dengan alasan ini perintah dari ibunya. Untuk yang satu itu dia memang tidak bohong.

Kira-kira sudah hampir satu bulan sejak mereka makan siang bersama dengan Yuju, Jaehyun dan Chaeyeon yang sama-sama sibuk memang hanya sekali dua kali bertemu dalam seminggu. Mereka kadang hanya pulang bersama dan tidak punya banyak waktu untuk ngobrol berdua. Dia juga tahu calon istrinya juga punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Ibu Jaehyun yang setiap hari menerornya agar membawa Chaeyeon ke rumah mereka, sedangkan Jaehyun yang masih sibuk membantu mengurus perusahaan ayahnya mau tidak mau harus menyempatkan diri untuk itu.

Dia tersenyum setelah menangkap sosok cantik yang duduk di jok sebelahnya, kemudian kembali fokus ke depan. Chaeyeon masih tidak mau menatap matanya saat mereka sedang berdua begini. Gadis itu masih saja membuang pandangannya ke arah lain, dia akan lebih sering memperhatikan jalanan dari jendela samping tempat duduknya.

"Sampai kapan kamu terus mendiamkan aku, Chae?" tanya Jaehyun.

Tidak ada jawaban dari Chaeyeon. Hanya terdengar suara lirih musik dari radio mobil yang sedari tadi mengisi keheningan di antara mereka berdua.

"Menikah itu bukan hanya komitmen, tapi juga komunikasi. Kamu juga pasti tahu itu, kan? Kalau aku terus dicuekin sama istriku, lalu aku mau komunikasi sama siapa?"

"Ngomong sama tembok aja kamu," celetuk Chaeyeon.

Balasan Chaeyeon membuat tawa Jaehyun meledak. Bisa-bisanya kata itu yang keluar dari mulut gadisnya saat ia sedang ingin serius. Jaehyun mengulurkan satu tangannya pada puncak kepala Chaeyeon, dan mengusapnya pelan. Lama-lama Chaeyeon menjadi sangat menggemaskan di matanya.

"Aku nikah sama kamu, bukan sama tembok, Chae."

Chaeyeon menurunkan tangan Jaehyun yang masih berada di puncak kepalanya. Saat Jaehyun mengusap rambutnya pelan sebenarnya dia merasakan ada seperti percikan di dadanya. Bagaimana Jaehyun bertindak manis padanya, dan akan membuatnya terbawa perasaan lagi. Dia suka tapi dia tidak mau terus merasa ada di atas awan. And Chaeyeon really hate this kind of feeling.

"Aku bukan cenayang yang bisa menebak apa isi hatimu, kalau aku salah kamu harus bilang apa kesalahanku. Aku mau kita mulai lagi dari awal."

Kali ini kata-kata Jaehyun membuat Chaeyeon menolehkan kepalanya. Damn, his words. Beberapa saat Chaeyeon menangkap wajah Jaehyun yang sedang fokus pada jalanan di depannya dan juga senyuman kecil yang terbentuk di bibirnya. Beberapa kali Chaeyeon hanya bisa mengerjapkan mata, serius itu tadi Jaehyun yang bicara? Pertanyaan konyol dalam hatinya, dan tentu saja hanya ada mereka berdua di dalam mobil ini, lalu siapa lagi kalau bukan Jaehyun. Saat dia sadar, mungkin telinganya sudah memerah sekarang.

*

*

*

*

Ibu Jaehyun menyambutnya dengan sebuah pelukan saat mereka tiba di rumah besar itu. Entah apa yang membuat calon ibu mertuanya ini terlihat begitu menyayanginya. Ibu Jaehyun kemudian langsung menggiringnya ke dapur, Jaehyun yang mengikuti dua wanita ini dari belakang hanya bisa tersenyum kecil melihat interaksi antara ibunya dan Chaeyeon. Dan sekarang dia merasa sebenarnya siapa yang anak kandung mamanya, dia atau Chaeyeon.

Jaehyun meletakkan kantong belanjaan yang tadi ia bawa di pantry, kemudian pergi keluar dapur membiarkan ibunya dan Chaeyeon berdua di sana. Sebelum perjalanan menuju rumah tadi ia dan Chaeyeon sempat mampir ke supermarket. Gadis itu bilang akan belanja sesuatu untuk makan malam di rumah Jaehyun bersama mamanya nanti. Mamanya memang tidak salah memilih menantu.

Meant To BeWhere stories live. Discover now