Jaehyun menutup rapat dengan para dewan direksi dan para pemegang saham Shinhan yang dilakukan setiap tanggal satu di bulan baru sore itu. Setelah Yuju membacakan notulensi rapat, mereka semua mulai membubarkan diri keluar ruangan. Jaehyun bilang ia pada Yuju agar perempuan itu pulang duluan saja, karena memang sudah seharusnya habis jam kerja pukul lima sore. Sedangkan Jaehyun masih harus tinggal karena ada beberapa hal yang harus ia selesaikan.
Jaehyun masih duduk di tempatnya tadi. Ruangan ini sudah kosong, dan hanya ada dirinya di dalam sana. Ia memijat keningnya, rasanya kepala semakin berat dan bertambah berat setiap hari. Jaehyun menghela napas panjang, sebelum ia beranjak dari tempat duduknya. Kemudian langkah kakinya mengarah keluar ruangan rapat.
Ia terlonjak saat mendapati Jiho sedang berdiri di depan pintu ruang rapat. Gadis itu kemudian menampakkan senyuman lebarnya.
"Belum pulang?" tanya Jaehyun.
Jiho menggeleng, "Jae, sepertinya kamu sedang banyak pikiran, mau ngopi di bawah? Aku yang traktir."
Entah kenapa Jaehyun langsung mengiyakan ajakan Jiho untuk minum kopi di coffee shop lantai dasar Shinhan. Mereka berdua hanya saling diam saat berjalan menuju coffee shop. Jiho hanya bisa memperhatikan punggung Jaehyun yang berjalan dua langkah di depannya.
Dari dulu Jiho memang hanya bisa berada di posisi yang sama. Hanya melihat Jaehyun dari kejauhan tanpa bisa menggapainya. Ia sudah tertarik dengan Jaehyun sejak pertemuan pertama mereka di suatu pesta yang digelar oleh rekan kerja ayahnya. Mulai saat itu ia terus mencari tahu tentang Jaehyun, ia juga tahu ada banyak wanita di sekelilingnya dan Jaehyun yang sering mencampakan pacar-pacarnya. Meskipun begitu Jiho tidak pernah bisa masuk dan menempati hati Jaehyun.
Entahlah, sedikitpun Jaehyun tidak pernah melihatnya.
Mereka sudah sampai di coffee shop yang berada di lantai dasar kantor Shinhan. Jiho kemudian menyuruh Jaehyun untuk duduk duluan, sedangkan ia yang memesan kopi ke kasir. Tak berapa lama Jiho kembali dengan dua gelas Americano di tangannya.
"Bagaimana rasanya sudah sebulan jadi Presiden Direktur?" kata Jiho sambil menyeret kursi yang ada di depan Jaehyun.
Jaehyun tidak langsung menjawab, ia menyesap sedikit kopinya. "Tidak ada yang istimewa, aku hanya menjalankan amanat dari ayahku."
"Ya, aku tahu seorang Jung Jaehyun pasti bisa menggerakkan Shinhan dengan tangannya sendiri. See, para pria tua itu pada akhirnya mengikuti jalanmu," Jiho tersenyum menanggapi jawaban Jaehyun.
"Tidak banyak perubahan yang aku lakukan di Shinhan, cuma meneruskan apa yang sudah ayahku bangun di sini. Meskipun pekerjaan itu masih terasa berat bagiku."
Jiho mengangguk, "aku mengerti itu tidak mudah. Jae..."
Ucapannya terhenti saat ia hendak meraih tangan Jaehyun alih-alih memberinya semangat karena Jaehyun sudah menarik tangannya dari atas meja terlebih dahulu dan merogoh sakunya. Jaehyun mengambil ponselnya yang tidak berhenti membunyikan suara ringtone dengan keras. Buru-buru ia mengangkat sambungan teleponnya, dan bicara agak jauh dari Jiho untuk beberapa menit.
"Aku harus kembali ke atas, ada pekerjaan mendadak yang harus segera aku kerjakan," kata Jaehyun saat kembali lagi ke tempat duduknya, tapi hanya mengambil kopinya dan berpamitan pada Jiho.
Dan Jiho lagi-lagi hanya bisa memandang punggung Jaehyun yang berjalan menjauh.
*
*
*
*
Chaeyeon sudah beberapa kali membuat kesalahan saat menggambar desain yang ia buat, dan ini sudah kelima kalinya kertas sketsanya jadi bola-bola yang memenuhi tempat sampah dekat meja. Chaeyeon masih meneruskan menggambar desain sambil menahan nyeri di kepalanya dan rasa yang seperti mengaduk isi perutnya. Hingga rasa nyeri yang tidak bisa ia toleransi lagi, ia mulai merogoh laci dan mengambil obat anti nyeri dari sana.
Chaeyeon kembali mencoba konsentrasi lagi setelah menelan obat itu. Tidak lama kemudian ponselnya bergetar. Lagi-lagi nomor yang tidak dikenal yang mengiriminya pesan. Chaeyeon membuka isi pesannya dan selalu sama, foto seseorang 'mirip' Jaehyun bersama seorang wanita yang jelas bukan Yuju. Kalau semalam ia menerima foto Jaehyun sedang duduk di sebuah meja di coffee shop, sekarang foto Jaehyun yang keluar dari sebuah restoran dengan wanita yang sama.
Chaeyeon tidak menghapus foto itu, hanya memblokir nomor yang mengirim pesannya saja. Ia kemudian mendapatkan pesan dari Yuju yang mengajaknya makan siang bersama. Setelah Chaeyeon membalas, tidak lama kemudian muncul pesan dari Yuju yang membalas kalau dia akan menjemput Chaeyeon lima belas menit lagi.
Mereka sedang duduk di salah satu meja restoran jepang, katanya Yuju sedang ingin makan sushi dan udon dari beberapa hari yang lalu. Tempat ini lumayan cozy menurutnya, desainnya yang klasik membuatnya hampir mirip seperti kedai ramen tradisional di Jepang.
"Ju, apa Jaehyun selama di kantor ia baik-baik saja?" tanya Chaeyeon pada Yuju disela waktu mereka menunggu makanan yang mereka pesan datang.
Yuju mengangguk, "ya, dia sudah melakukan yang terbaik untuk Shinhan. Kadang dia harus bekerja keras memforsir tubuhnya dan sering lembur demi pekerjaan."
"Dia memang sering pulang telat hingga larut malam," ujar Chaeyeon. "Sebenarnya aku ingin bertanya sesuatu padamu, Ju."
Yuju mengangkat alisnya, memperhatikan Chaeyeon yang tampak sedang mengatur kata-katanya. "Ingin tanya apa, Chae?"
"Apa Jaehyun benar-benar ada di kantor dan lembur? Maksudku dia tidak pergi kemana-mana kan, selain bertemu dengan kolega bisnisnya?"
Yuju sebenarnya tidak mengerti apa yang Chaeyeon maksud. Selama Jaehyun jadi Presiden Direktur pengganti ayahnya dia memang lebih sibuk. Pergi keluar menemui kolega bisnisnya adalah hal yang biasa, dan Yuju pasti ikut karena dia sekretaris Jaehyun tentu saja.
"Entah aku ini istri yang terlalu negatif thinking dan posesif atau apa, beberapa kali aku sudah dikirimi fotonya bersama seorang wanita dan itu bukan kamu sekretarisnya," jelas Chaeyeon lagi yang kali ini sukses membuat Yuju tercengang.
Wanita siapa lagi?
Chaeyeon kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan beberapa foto yang dikirim oleh nomor tidak dikenal itu. Yuju sukses terkejut saat tahu siapa yang bersama Jaehyun di foto itu. Ya, dia sangat familiar, bahkan dia mengenal wanita itu.
Yuju menyerahkan kembali ponsel Chaeyeon saat seorang pelayan restoran datang mengantarkan makanan yang mereka pesan.
"Makan dulu, Chae. Tenang saja, besok akan kutanyakan pada Jaehyun," hanya itu yang bisa Yuju katakan.
Dia tidak mungkin berkata jujur pada Chaeyeon kalau itu Kim Jiho, gadis yang sempat dekat dengan Jaehyun sebelum dia menikah dengan Chaeyeon. Yang jelas jika Yuju mengatakan kalau dia tahu siapa wanita itu pasti akan menyakiti hati sahabatnya. Dia tidak mau itu terjadi.
*
*
*
*
Siap-siap hipertensi yah 😆😆
YOU ARE READING
Meant To Be
FanfictionNo matter how impossible, unattainable, or unimaginable something may seem, if it's mean to be, it will be. meant to be. destined to exist. fated to be something. © chielicious, 2016