[18]

1.8K 255 29
                                    

Jaehyun masuk ke dalam apartemennya dengan berlari setelah berhasil membuka kunci passcode. Kemudian ia langsung menuju lantai dua, kamarnya dan Chaeyeon. Jaehyun berusaha membuka kenop pintu, tapi sepertinya sudah dikunci dari dalam. Ia beberapa kali mengetuk pintu juga tidak ada balasan dari dalam.

Kata Yuju ia tadi melihat Chaeyeon keluar dari ruangannya sambil menangis, padahal Chaeyeon tidak masuk sama sekali ke dalam. Ini membuatnya semakin merasa khawatir. Mungkin Chaeyeon salah paham dengan pembicaraannya dan ayahnya. Ya, kadang mendengarkan sepotong informasi yang tidak selesai akan menimbulkan artian yang berbeda.

"Chae, buka pintunya," kata Jaehyun sambil mengetuk pintu kamar mereka. "Katakan padaku apa kesalahanku. Katakan apa yang sudah aku lakukan padamu hingga kamu marah padaku."

Masih tidak ada respon. Jaehyun menyalakan ponselnya, menekan nomor ponsel Chaeyeon. Ini sudah lebih dari tiga puluh kali ia berusaha menelpon Chaeyeon, mulai dari kantor hingga sampai rumah pun ia masih berharap wanita itu mau mengangkat teleponnya. Jaehyun memutus sambungan teleponnya untuk yang kesekian kali. Tadi Chaeyeon masih mereject panggilannya, sekarang dia malah mematikan ponselnya dan suara operator yang menjawab.

"Sayang, buka pintunya, please. Aku khawatir padamu. Kamu boleh marah-marah padaku, tapi buka pintunya," katanya masih di depan pintu dan berusaha membujuk istrinya agar mau keluar.

Mungkin sudah hampir satu jam Jaehyun berada di depan pintu. Masih tidak ada jawaban dari dalam, dan Chaeyeon masih belum mau membuka pintu.

"Chae, sampai kapan kamu mau mengurung diri seperti ini. Oke, aku tidak akan memaksamu keluar kamar lagi. Aku ada di bawah kalau kamu sudah mau bicara denganku, aku akan menunggumu di sana."

Akhirnya Jaehyun turun ke lantai bawah, dan berjalan menuju dapur. Ia mengambil air mineral dari dalam kulkas dan meneguknya. Ia kemudian mengirimkan pesan ke Yuju kalau dia tidak bisa kembali ke kantor.

Jaehyun menghela napasnya dalam-dalam sambil menghempaskan ke sandaran sofa ruang tengah. Matanya menangkap sesuatu di atas meja, sebuah tas kecil berwarna biru. Ia membuka tas itu, lalu mengeluarkan isinya. Kotak makan yang isinya masih utuh, juga sticky note yang bertuliskan 'Happy 100 days wedding anniversary, my Jae' yang sukses membuat hatinya mencelos.

Dia benar-benar merusak mood Chaeyeon hari ini.

*

*

*

*

Pukul lima sore, keadaan masih tetap sama. Chaeyeon yang masih mengunci dirinya di dalam kamar dan Jaehyun yang satu jam sekali masih berusaha membujuk istrinya agar mau keluar. Ini pertama kali dalam seratus hari tinggal bersama Chaeyeon marah padanya sampai seperti ini. Dia memang tidak tahu pasti apa yang membuat istrinya menangis tadi siang, yang jelas ada hubungannya dengan Jaehyun.

Laki-laki itu terlonjak saat matanya menangkap sosok kurus berjalan menuruni tangga menuju dapur. Jaehyun hanya mengerjap beberapa kali melihat wajah sembab Chaeyeon. Sepertinya Chaeyeon banyak menangis hingga wajahnya berubah seperti itu.

"Chae, aku membelikanmu sushi kesukaanmu. Aku tahu kamu belum makan dari tadi siang," kata Jaehyun mengikuti langkah Chaeyeon dari belakang. "Ah, aku juga sudah makan semua masakanmu di kotak bekal. Thank you, you made most delicious food in the world."

Chaeyeon masih tidak menjawab, wanita itu hanya diam dan membuka kulkas. Kemudian mengambil sebotol air mineral dari dalam sana. Chaeyeon berbalik hendak kembali ke kamarnya lagi, tapi Jaehyun malah berdiri di belakang Chaeyeon menghalangi jalannya.

Meant To BeWhere stories live. Discover now