"Kami sepakat untuk menjodohkan kalian berdua."
Chaeyeon membelalakkan matanya saat mendengar perkataan Tuan Jung Kyungho. Dia lalu menoleh ke arah Jaehyun yang menaikkan alisnya tapi sedetik kemudian seringai tipis hampir tidak terlihat itu muncul.
"Jadi kami datang ke sini membawa kalian berdua untuk saling bertemu.Kami sudah membicarakan ini sejak lama, dan baru bisa melakukannya sekarang," tambah mama Jaehyun.
Perjodohan di kalangan keluarga pebisnis seperti mereka memang hal yang biasa. Sudah jadi rahasia umum jika anak-anak dari keluarga chaebol akan dijodohkan dengan yang berstatus sosial sama dengan mereka. Entah apa motif dibalik semua itu, yang jelas semua orang tua pasti menginginkan menantu yang sempurna sesuai kriteria mereka. Chaeyeon baru ingat ayah dan ibunya dulu juga dipersatukan lewat perjodohan menurut cerita yang ia dengar dari kerabat-kerabatnya.
Tapi, oh, ayolah dia hidup di jaman modern bukan jaman yang kuno hingga jodoh pun harus dicarikan. Meskipun ya kalau dipikir-pikir Jung Jaehyun bukan pria yang buruk. Hanya saja Chaeyeon punya masalah pribadi dengan Jaehyun yang tidak bisa ia ungkapkan pada ketiga orang tua ini untuk menolak perjodohan.
"Papa tahu ini terlalu cepat, dan pasti sangat mengejutkan bagi kalian berdua," sekarang ayahnya yang bicara. "Kalian sudah cukup umur untuk menikah."
Dulu Chaeyeon sering menggoda sepupu-sepupunya saat mereka sudah menginjak usia rawan dijodohkan. Dua puluh sembilan tahun bukanlah anak kecil lagi, dia dewasa muda yang punya idealisme sendiri termasuk memilih pasangan hidup dan menyusun masa depan. Sudah cukup umur bukan berarti sudah siap menikah.
Chaeyeon tidak tahu lagi harus menanggapi apa. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti kemauan para orang tua ini. Juga Jaehyun yang semula menjadi harapannya akan melontarkan aksi penolakan, malah dia senyum-senyum sendiri mendengar ucapan para orang tua. Dia sudah hopeless.
"Karena kita semua sudah berkumpul di sini, ada ayah Chaeyeon juga, kami tidak mau membuang waktu lagi. Kami berdua sebagai orang tua Jaehyun, ingin melamar Chaeyeon untuk menikah dengan putra kami Jung Jaehyun."
Sudah berapa kali dalam dua jam ini dia dibuat terkejut oleh hal-hal yang tidak masuk akal menurutnya. Setelah mengungkapkan kalau mereka akan dijodohkan, sekarang orang tua Jaehyun membantu melamarnya untuk Jaehyun. Dia tidak tahu lagi hidupnya di masa depan akan jadi apa setelah ia pulang ke rumah nanti dengan status baru sebagai calon istri Jung Jaehyun. Dan luar biasa, ayahnya mengangguk yakin ke arah Jaehyun tanda ia menerima lamaran untuk putrinya.
"Ssstt, pakaikan cincinnya ke jari Chaeyeon, Jae. Jangan bengong aja," bisik mama Jaehyun sambil menyodorkan kotak cincin pada Jaehyun. Itu bukan sebuah bisikan jika Chaeyeon masih bisa mendengar ucapan calon ibu mertuanya dengan sangat jelas menginstruksi Jaehyun.
Ada rasa berat hati saat tangannya terulur untuk menerima cincin emas itu melingkar di jari manisnya. Ia memang masih mencintai Jaehyun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, tapi jika harus dipersatukan dengan cara begini hati Chaeyeon setengah ikhlas untuk percaya lagi pada Jaehyun. Rasa sakit bertahun-tahun lalu bahkan masih berbekas dan kadang membuatnya takut untuk mencintai Jaehyun lebih dalam lagi, apalagi menikah dengannya dan hidup bersama hingga tua.
Dia hanya melihat cincin yang terlihat sangat cantik di jarinya, dan menghela napas dalam-dalam. Tidak bisa dipercaya benang takdirnya memang bertaut pada milik Jaehyun. Dan Chaeyeon hanya bisa pasrah dan mengikuti takdirnya.
*
*
*
*
"Duh jeleknya, calon istri," Jaehyun mulai melontarkan godaannya pada Chaeyeon yang terlihat menekuk wajahnya. "Kenapa sih kamu, dari tadi cemberut begitu?"
YOU ARE READING
Meant To Be
FanfictionNo matter how impossible, unattainable, or unimaginable something may seem, if it's mean to be, it will be. meant to be. destined to exist. fated to be something. © chielicious, 2016