21. Hati yang Selalu Terluka

8.8K 855 105
                                    

AKU NAIKIN TARGET NYA!!!
VOTE 150+++
COMENT 70+++


.

.

       Di sinilah (Namakamu) berdiri saat ini. Hampir lima menit ia terdiam dan tak dapat berkata-kata. Pemandangan di depannya sangat memilukan dan begitu menusuk hatinya.

       Bunyi alat pendeteksi jantung di ruangan ini masih menggema menggantikan kesunyian yang ada. (Namakamu) berdiri di sebelah Kiki, tepat berada di samping ranjang Iqbaal berbaring.

       Keadaannya masih sama. Dan lebih memburuk dari sebelumnya.

       Cairan bening meluncur keluar dari pelupuk mata (Namakamu) membasahi pipinya. Keadaan Iqbaal sangat memprihatinkan.

       Kreek

       Bunyi pintu itu membuyarkan lamunan (Namakamu) dan juga Kiki. Dokter yang selama ini menangani Iqbaal datang. Jam menunjukkan pukul 2 siang. Seperti biasa, dokter datang mengecek keadaan Iqbaal.

       (Namakamu) & Kiki berjalan agak menjauhi ranjang. Mereka membiarkan dokter berwajah ramah itu mulai menempelkan tetoskopnya ke badan Iqbaal. Dan ia juga melakukan beberapa kegiatan yang tidak (Namakamu) & Kiki ketahui.

       "Bagaimana keadaan Iqbaal, Dok?" Kiki mulai membuka pembicaraan.

       "Masih sama, ia belum juga membuka matanya. Namun sejak subuh tadi, dia terus mengigau. Dia memanggil-manggil seseorang," jelas sang dokter.

       "Siapa Dok?!" seru Kiki.

       "(Namakamu).. ya, (Namakamu), mungkin (Namakamu) pacar Iqbaal?"

       (Namakamu) menatap Kiki. Kiki mengukir senyum di bibirnya. "Orangnya sudah ada di sini, Dok!" serunya senang.

       Dokter tersenyum. "Semoga Iqbaal akan siuman setelah mendengar suara dari Nak (Namakamu),"

       Kiki mengangguk. Beberapa saat kemudian dokter pamit keluar. Dan kini hanya tinggal mereka bertiga kembali di ruangan ini.

       "Ayo (Namakamu), panggil Iqbaal. Sentuh dia," ucap Kiki penuh harapan.

       (Namakamu) menatap Kiki. Kemudian ia kembali mendekati ranjang Iqbaal. Dan ia menduduki kursi di samping ranjang Iqbaal.

       (Namakamu) meraih tangan kanan Iqbaal yang meninggalkan bekas luka-luka lecet. Tangannya masih hangat. Sehangat yang ia rasakan beberapa bulan yang lalu saat Iqbaal mendekapnya kala tidur.

       "Iqbaal.." ucap (Namakamu) nyaris tak terdengar.

       Kiki beranjak pergi dan keluar dari ruangan Iqbaal. Ia tak mau mengganggu pertemuan dua insan yang sebelumnya selalu bertengkar kala bertemu ini.

       "Iqbaal.. lo kenapa? Lo kapan bangunnya? Maafin gue yaa baru sempet jenguk lo. Gue ngga tahu keadaan lo. Saat gue denger kabar lo dari Kiki, lo malah kaya gini,"

       (Namakamu) terus meneteskan air matanya. Sambil sesekali ia menciumi tangan Iqbaal yang digenggamnya. Tangan musuhnya. Musuh yang telah jatuh hati dengannya.

       "Maafin gue.. maafin gue belum bisa bikin lo bahagia, Baal. Tapi gue janji, setelah lo siuman, gue bakal berusaha buat memulai semuanya dari nol lagi. Lo bangun ya Baal? Bangun.."

       ...

       "Maafin gue yang selama ini ngga mau dengerin penjelasan lo. Maafin gue yang selama ini selalu mengabaikan lo,"

1. Senior Jutek VS Junior Rese • IDR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang