23. Iqbaal

7.8K 726 41
                                    

       Iqbaal POV

       Ku rasa sekujur tubuhku terasa sakit. Entah apa yang terjadi padaku untuk beberapa minggu ini. Aku saja tak tahu aku habis berada di alam mana. Yang jelas, jiwa dan ragaku terpisah. Tubuhku serasa mati kaku. Jiwaku entah di mana.

       Namun yang jelas, belakangan ini aku bisa melihat ragaku yang hanya terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Dan aku dikelilingi oleh orang-orang yang berlomba-lomba menangisi keadaanku. Aku bisa melihat mereka, namun mereka tak bisa melihatku. Aku semu, dan aku tak bisa meraih mereka. Mereka juga tak mendengar suaraku.

       Aku mungkin bisa saja kapanpun untuk kembali masuk ke dalam ragaku yang terbaring lemah. Namun aku masih betah untuk pergi ke sana ke mari dan melihat-lihat siapa saja yang peduli dengan keadaanku jika seperti sekarang ini. Dan ternyata hanya beberapa saja yang peduli.

       Bunda. Ia selalu berjaga siang dan malam demi menemani dan menungguku sampai aku terbangun. Maafkan aku Bunda, aku sangat membuatmu khawatir. Namun dunia yang tak kasat mata olehmu ini begitu indah dan menyenangkan.

       "Selamat siang. Hey, aku datang lagi,"

       Aku menatap lekat-lekat siapa yang kembali datang menjengukku. Dia. Dia! Aku sangat merindukannya! Bidadariku! Dia kembali lagi. Aku sangat mencintainya. Sungguh sangat mencintainya!

       Oh Tuhan, aku saja tak tahu candu apa ini yang engkau ciptakan padaku. Rasanya begitu indah saat dia beredar dalam pandanganku. Dan hatiku serasa damai jika keberadaannya dekat denganku.

       Tatapan matanya masih sama dengan dua hari yang lalu. Ia menatap ragaku dengan sendu. Dan raut sedih di wajahnya tak terhapuskan. Maafkan aku kali ini telah menyakitimu, aku hanya ingin melihat reaksimu saat aku pergi meninggalkanmu sebentar saja seperti saat ini.

       "Kamu kapan bangunnya? Ngga capek ya tiduran terus? Aku ngga diajak tidur bareng kamu kaya dulu, gitu?"

       Ia mengukir senyum di bibir mungilnya. Begitu menyakitkan dan menusuk dadaku. Ia masih berusaha menghibur dirinya walaupun dengan sejuta kesedihan yang dirasakannya. Tuhan, cabut saja nyawaku kali ini jika memang keberadaanku hanya membuatnya pilu.

       Ia meletakan sepaket parcel buah dan sebuah bucket bunga di atas meja samping ranjang tempat ragaku tak berdaya. Ia memberiku bunga? Ah indahnya. Aku ingin mencium bunganya. Ah tidak, aku ingin mencium gadis itu. Gadis yang sampai saat ini belum bisa ku dapatkan hatinya.

       "Aku beli buah dan bunga buat kamu. Bangun ya? Nanti aku suapi makan jeruk dan apelnya?"

       Dan perkataannya sangat menghiburku. Kapan lagi aku bisa sedekat ini dengannya? Aku sangat merindukan segalanya yang ia punya. Senyumnya yang tak pernah ia berikan untukku, suaranya yang terdengar syahdu di telingaku, setiap lekuk wajahnya yang sempurna, tatapannya yang sendu, dan aroma khas tubuhnya yang selalu membuatku candu.

       Aku sangat ingin membelai lembut rambutnya, aku sangat ingin menggenggam tangannya, aku sangat ingin menciumnya, aku sangat ingin mendekap erat tubuhnya, dan tentunya aku takkan pernah rela untuk melepaskannya. Aku tak mau lagi ada orang lain di hatinya. Aku hanya ingin diriku yang mengisi kekosongan di hatinya. Hanya aku..

       Ia meletakkan kepalanya tepat di atas dada ragaku. Hatiku berdegup dengan kencangnya. Ku rasakan sesuatu yang tak lazim melanda pada jiwaku. Aku tak bisa berjauh-jauhan lagi dengan ragaku. Dan perbuatan (Namakamu) tadi seakan-akan menarik jiwaku untuk kembali mengisi ragaku yang sebelumnya kosong.

1. Senior Jutek VS Junior Rese • IDR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang