9. Smoke

11.4K 936 9
                                    

       (Namakamu) melangkahkan kakinya dengan gontai. Kejadian tadi membuat hatinya semakin teriris. Walaupun ia tak pernah merasa dicintai oleh kedua orang tuanya, namun cintanya ke pada mereka takkan pernah sirna. (Namakamu) hanya butuh ingin dimengerti, rasanya dicintai pun sepertinya mustahil. Dunia ini memang tidak pernah adil, (Namakamu) sering putus asa dibuatnya.

       "Udah cukup kali gue ngga pernah dicintai sama mereka. Kalo harus ngelihat mereka harus pisah, ini sama aja mereka bunuh gue secara perlahan!! Arrrgggghhh!"

       (Namakamu) menjambak rambutnya. Ia tidak bisa menerima kemungkinan jika nanti kedua orang tuanya harus bercerai. Pasalnya beberapa menit yang lalu, ia melihat pertengkaran hebat di rumah yang bagaikan neraka menurutnya.

       "Ya kali gue harus jadi gembel," gumamnya.

       Ia bingung harus berbuat apa. Kali ini ia tak bisa berpikir dan berkonsentrasi. Ia takut mengecewakan orang-orang di sekitarnya. Dengan keadan yang seperti ini, ia tidak mungkin bisa mengikuti lomba yang diadakan satu bulan lagi. Lomba berdebat bahasa Indonesia.

       Siang tadi menjadi hari yang begitu melelahkan. Pasalnya (Namakamu) dipaksa untuk bertemu dengan guru senior bahasa Indonesia di sekolah. Guru itu mendengar kabar bahwa di kelas sepuluh terdapat siswa yang memiliki sejuta rasa percaya diri dan suka mengeyel. Ini salah satu kesempatan emas bagi sekolah untuk meraih gelar juara.

       "Kalo kaya gini gue mau bersandar sama siapa, coba?" gumamnya lagi.

       (Namakamu) duduk di sebuah bangunan yang terdapat di pojokan taman. Sore ini sepi pengunjung. Beruntunglah, moment seperti ini memang pas untuk menyendiri dan sekadar menghilangkan rasa pilu di hati.

       Hati anak mana yang tidak sakit ketika melihat kedua orang tuanya bertengkar sampai-sampai membicarakan ingin bercerai. Seperti disengat listrik ribuan volt. Semua ini bukan harapan dan kemauan (Namakamu) tentunya. Semua ini di luar keinginannya.

       (Namakamu) mengeluarkan sebuah benda kotak kecil dari saku jempernya bersama satu benda kotak yang lain. Kedua benda itu adalah teman terbaiknya di saat masa-masa kelamnya seperti sekarang ini. Apalagi kalau bukan rokok beserta korek. Merekalah teman setia di saat (Namakamu) dilanda frustasi dan kemurungan.

       Bisa saja (Namakamu) memesan beberapa minuman berupa vodka atau sejenisnya ke pada temannya, namun kali ini ia belum benar-benar frustasi, jadi ia putuskan untuk sejenak merenung saja. Ia tidak ingin mabok dulu kali ini.

       Hisapan demi hisapan menemani ketenangan (Namakamu) sore ini. Sebatang rokok dengan rasa mint-lah menjadi teman yang paling mengerti bagaimana perasaan dan keadaan (Namakamu).

       (Namakamu) menyender pada tembok bangunan tua di taman ini. Ia memejamkan mata sambil sedikit demi sedikit melupakan masalah beratnya ini. Sesekali ia hisap dan menghembuskan asap putih pekat lewat mulut maupun hidungnya. Begitu nikmat melupakan segala resah hati bersama teman setianya itu.

       Namun tiba-tiba terlintas ingatan tentang kata-kata apa yang diucapkan oleh ibu kandungnya sendiri beberapa menit tadi.

       .•°' Flashback ON '°•.

       "Semua ini gara-gara kamu anak sialan!! Seharusnya kamu tidak ada di sini!" teriak seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggil mama oleh (Namakamu). Ralat, jarang (Namakamu) panggil karena mereka jarang bertemu.

       (Namakamu) meneteskan air matanya. Kata-kata ibu kandungnya itu lebih menyayat dan menyakiti hatinya daripada cinta ditolak oleh gebetan maupun melihat kekasih yang selingkuh dengan teman sendiri.

1. Senior Jutek VS Junior Rese • IDR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang