Apa yang lebih indah dan menenangkan daripada hujan? Alunan musik? Atau secangkir teh? Jika saat ini kau tengah mendengarkan musik dengan ditemani secangkir teh di kala hujan, sudah kupastikan, kau tengah menenangkan diri.
Dan begitulah, di sore hari ini yang dilakukan (Namakamu) di balkon kamarnya. Tiada yang menemaninya. Hanya rintikan hujan yang tenang dan tak kunjung reda. Diiringi angin sepoi-sepoi yang seseki datang menyibak rambut panjang gadis sejuta cerita ini.
Mengapa seperti ini kehidupan di masa remaja menuju kedewasaannya? Apakah tak ada seseuatu yang membuatnya berkesan dan membuatnya bahagia? Mengapa selalu duka dan duka yang terus mendatangi kehidupannya ini?
Sedangkan, banyak di luaran sana manusia pendosa setiap harinya selalu merasa bahagia tanpa ada beban pikiran sedikitpun. Mereka begitu senang menjalani kehidupan mereka yang cinta kepada dunia tanpa merasakan salah atas apa yang selama ini mereka perbuat.
Bukankah (Namakamu) bukan termasuk manusia-manusia pendosa yang suka berfoya-foya itu? Lalu mengapa ia selalu mendapat ganjaran serta kutukan yang rasanya tiada permah akhirnya. Kapan dan dimanakah ia akan mendapatkan kebahagiaannya? Sedangkan di rumahnya sendiri, ia malah merasa seperti hidup di neraka.
(Namakamu) manusia normal. Sama seperti manusia-manusia lain. Apa sebenarnya yang salah dengan kehidupannya? Tingkah lakunya? Atau sifat dan sikapnya?
Lalu, seperti ini siapa yang akan disalahkan? Apakah tetap (Namakamu) sendiri yang bersalah. Jadi, kehidupannya yang selalu berada di lingkupan duka nestapa itu salah siapa? Tingkah lakunya yang banyak membuat orang naik darah itu apakah juga bersalah? Bukankah, kelakuannya itu hanya sekadar ingin menghibur dirinya sendiri. Sifatnya yang kadang pendiam, kadang pula liar. Dan sikapnya yang kadang seperti wanita saleha, namun bisa juga dikategorikan wanita terkutuk yang ditemani berpuluh-puluh putung rokok dan berbotol-botol minuman haram itu. Ini semua salah siapa?
Dan sebenarnya kita harus memberikan (Namakamu) tepuk tangan yang meriah dan juga mengacungkan jempol untuknya. Tak banyak di dunia ini seseorang sepertinya. Ia sudah dewasa pikirannya, ia tahu mana yang benar dan mana yang salah. Ia tahu waktunya untuk serius dan mana waktunya untuk memanjakan diri walaupun dengan cara yang tak wajar.
Ia pintar, namun ia juga nakal. Jadi, bolehkah dunia ini memuja dan membencinya?
Untung ia tak mengikuti jejak kakaknya yang sudah benar-benar depresi. Kakaknya yang pernah berkali-kali dikejar polisi dan masuk penjara. Sampai hampir saja mati mengenaskan karena overdosis.
Dua kakak-beradik ini bisa dijadikan cerminan dan acuan bagaimana kehidupan di jaman sekarang. Orang tua yang kurang memberikan anak-anaknya perhatian, orang tua yang jarang bertemu dengan anaknya dengan alasan sibuk kerja, dan orang tua yang tak sedikitpun mau membelai anak-anaknya dengan kasih sayang.
Tentu saja anak-anak yang tertekan itu merasa bebas. Dan mereka akan dengan sendirinya mencari jalan kehidupan dan jati dirinya masing-masing. Tak peduli dari keluarga yang terpandang sekalipun.
Toktoktok
Suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunan (Namakamu). Ia beranjak masuk ke dalam kamarnya.
'Non? Non lagi ngapain hujan-hujan gini? Non udah makan siang belum?'
Dan ah ya! Suara mbok Iyem itu kembali membuyarkan pikiran kosong (Namakamu). (Namakamu) melirik ke jam beker yang berada di atas meja nakas di kamarnya ini. Jam menunjukkan pukul empat sore. Dan ia hampir lupa untuk memberi asupan gizi pada dirinya sendiri. Dan sudah dua hari ini rupanya (Namakamu) tak makan sesuap nasipun.
![](https://img.wattpad.com/cover/76057240-288-k152357.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Senior Jutek VS Junior Rese • IDR [Completed]
Novela Juvenil[[SEBAGIAN CHAPTER HANYA BISA DIBACA OLEH FOLLOWERS]] #SERI PERTAMA SENIOR JUTEK VS JUNIOR RESE . . Bagaimana dengan kehidupanmu setelah bertemu dengan Senior Jutek yang sok ganteng. Atau bertemu dengan Junior Rese yang selalu mengusik keseharianmu...