Iqbaal POV.
~
Kejadian malam itu masih aja terngiang-ngiang dan lewat begitu aja di pikiran gue. Gue kecewa karena sempat ngga berhasil nolongin orang. Tapi gue sekaligus senang, karena orang yang sempat ngga tertolong itu ternyata adalah orang yang selama ini gue benci. Tapi entah kenapa, sore ini gue kembali kepikiran dia.
Apa gue terlalu jahat? Karena gue bersenang-senang di atas penderitaan dia? Tapi, salah dia sendiri ngga cepat-cepat lari saat gue teriakin dia supaya minggir. Kalo gue tega, gue ngga akan ngomong biar dia minggir, pasti dia udah lebih parah dari keadaan sekarang, karena gue tahu, kaki dia terkilir.
Dan udah dua hari ini gue ngga lihat batang hidung dia. Biasanya dia selalu lewatin kelas gue kalau mau pergi ke kantin, wc siswa, ataupun koperasi. Biasanya kalau dia lewat, pasti bakalan rame. Ngga tahu deh, kenapa orang kaya dia kok banyak yang mau temenin dia. Ih, gue mah ogah.
Ngga cuma segelintir orang di kelas dia yang ke mana-mana sok' asyik sama dia, tapi kelas gue maupun kelas sebelah ada aja yang kenal, ada aja yang nyapa, ada aja yang dia datengin ke kelas. Perasaan baru seminggu deh, dia ada di sini. Kok udah banyak yang kenal aja?
Katanya, tak kenal maka tak sayang. Yeuh, gue udah kenal dia duluan kan sebelum temen dia maupun temen-temen gue. Mana coba? Gue ngga sayang, tuh. Gue males temenan sama dia, tuh. Kata temen gue, dia anaknya asyik, lucu, dll. Tapi menurut gue, dia tetep rese, nyebrlin, jahil, dan pembangkang!
Ya ampun, tuh kan kepikiran dia lagi. Susah deh ah buang dia dari pikiran gue. Setiap beberapa menit di hidup gue sekarang pasti ngga jauh-jauh dari dia. Apalagi pas dia nangis, kesakitan gitu, jadi ngga tega. Mungkin aja ini ganjaran atas apa yang selama ini dia lakukan ke gue.
Tapi gue penasaran sama keadaan dia sekarang, mending gue datengin aja rumahnya dia. Walaupun cukup jauh dari sekolah sama rumah gue, waktu kejadian naas itu, gue yang nganter dia pulang didampingin beberapa orang dan guru, karena cuma gue yang bawa mobil. Ternyata dia ngga ngibul, rumahnya emang jauh. Pake bangeeed...
***
TING TONG
Sekiranya gitu, bunyi bel yang gue tekan barusan. Udah hampi dua menit gue berdiri di depan pintu sebuah rumah yang kelihatan sangat unik. Gue suka. Interior dan kebanyakan perabotan yang ada di dalam rumah cewek rese ini bernuansa jadoel klasik banget. Kaya rumah milik penjajah Belanda jaman dulu.
Terkesan jadoel dan klasik bukan berarti rumah ini tua, tapi kayaknya rumah ini sengaja dibuat sedemikian rupa dengan barang-barang baru yang sedikit lebih modern. Tapi tidak meninggalkan kesan jadoel dan klasiknya. Dominan berwarna putih, dan berbeda saat masuk ke kamar dia yang dominan berwarna gelap, bak menggunakan kayu semacamnya.
"Eh, Aden. Mau cari siapa? Pasti cari Non (Namakamu), ya?"
Suara itu membuyarkan lamunan gue. Pembantu rumah cewek rese itu ngga serese majikannya. Wanita tua yang biasa dipanggil mbok Iyem ini selalu memperlihatkan wajahnya yang ramah dan bersahabat. Berbeda sama majikannya yang selalu pasang wajah nyebelin, songong, dan tentunya jahil.
Gue juga melempar senyum ke aram mbok Iyem, "hehe iya Mbok, aku cari (Namakamu). Dianya ada?"
"Ayo Aden silahkan masuk dulu, nanti Mbok panggilkan," ujarnya.
Beberapa saat kemudian, gue kembali memasuki rumah jadoel nan klasik ini. Saat berada di dalamnya, ngga tahu kenapa ada perasaan nyaman dan selalu ingin tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Senior Jutek VS Junior Rese • IDR [Completed]
Novela Juvenil[[SEBAGIAN CHAPTER HANYA BISA DIBACA OLEH FOLLOWERS]] #SERI PERTAMA SENIOR JUTEK VS JUNIOR RESE . . Bagaimana dengan kehidupanmu setelah bertemu dengan Senior Jutek yang sok ganteng. Atau bertemu dengan Junior Rese yang selalu mengusik keseharianmu...