27. Gorgeous Daddy & Mommy on Earth

3.9K 292 2
                                    

Status : Republish

Jadwal up date : Setiap Rabu

Genre : Romance

Plot : Plot maju mundur

---o0o---

"Pak, hari ini meeting dengan perwakilan Wilson jam 10.00, meeting dengan para direksi jam 14.00, setelah itu jadwal kosong pak" ucap Tania sekretaris Leon.

"Okey, letakkan berkas berkas untuk meeting dimeja."

"Baik pak, o iya pak tadi ada perwakilan perusahaan Omega menyerahkan proposal untuk bekerja sama."

"Serahkan proposalnya, nanti saya informasikan apakah saya tertarik atau tidak."

"Baik pak, permisi." Tania undur diri setelah memberikan semua yang di minta Leon di meja. Leon mulai mempelajari berkas berkas untuk meeting.

Waktu berjalan dengan cepat, meeting dengan perusahaan lain dan meeting dengan direksi dilakukan dengan lancar, hal ini sudah menjadi rutinitas harian Leon setelah mengambil alih perusahaan keluarganya.

Memang menjadi pemimpin terkesan pekerjaan yang mudah hanya membuat keputusan keputusan untuk keberlangsungan perusahaan dan ribuan karyawannya, tapi percayalah beban yang ditanggung lebih berat dari pada bawahan yang hanya melaksanakannya. Harus memiliki mental baja.

"Tania, atur meeting dengan perwakilan dari Omega besok jam 14.00, pastikan mereka sudah membawa proposal yang lengkap," ucap Leon ditelpon

"Baik pak," telpon Leon akhiri

----------------

Leon -POV-

Aku membolak balikan proposal kerjasama ini lagi, melihat motif dari niat klien, menghitung keuntungan dan kerugian untuk perusahaan.

Setelah dievaluasi tersenyata cukup menguntungkan, dilihat dipasar indonesia hal ini lumayan baru, akan aku pertimbangkan lagi dan menanyakan langsung dengan perwakilan dari pihak Omega sendiri.

Dering telpon dari rumah mengagetkanku, apakah ada yang terjadi di rumah.

"Halo, --- ada apa ?" ucapku saat part timer maid menelpon

"............"

"Pingsan?? Sekarang dia dimana, sudah dipanggilkan dokter?" aku panik mendengar Sasha pingsan di kamarnya, tadi pagi dia mengeluh pusing dan perutnya tidak enak.

"............"

"Oke, saya segera pulang, tolong jaga Sasha," setelah panggilan berakhir, aku langsung berlari keluar ruangan.

"Tania, konfirm Kenneth untuk handle semua meeting hari ini. istri saya sakit," ucapku sambil lalu kepada Tania dan langsung menuju lift, aku lihat Tania langsung menelpon supirku.

Perlu waktu satu jam untuk bisa mencapai apartemen, selama diperjalanan hanya umpatan gelisah yang aku keluarkan karena memikirkan kondisi Sasha dan kemacetan Jakarta yang tidak ada habisnya.

Setelah mencapai lobby apartemen aku langsung turun dan berlari menuju lift, bahkan satpam dan reseptionist yang menyapa hanya aku jawab dengan tangan.

Saat membuka pintu, part time maid yang aku pekerjakan sedang membuat teh hangat dan mengatakan Sasha sedang ada di kamar, aku langsung bergegas setelah dia pamit pulang.

Aku percepat langkahku menuju kamar kami, pelan aku buka kamar kami dan terdengar Sasha memuntahkan sesuatu di kamar mandi, dengan panik aku membuka kamar mandi dan menubruk tubuh istriku yang hampir jatuh karena lemas.

"Sayang, kamu kenapa..... Kita ke rumah sakit ya?" ucapku panik

"Gak usah, aku gak papa," ucap Sasha lirih, baru mencapai pintu kamar mandi, Sasha membalik badan lagi ke washtavel dan muntah lagi. Aku gak tega melihat kondisinya.

Setelah muntahnya selesai, aku bantu dia membersihan diri dan menggendongnya ke ranjang. Dengan manjanya dia menarikku untuk ikut berbaring dengannya dengan bahu menyandar di bed head, dahiku berkerut menjumpai istriku yang berubah menjadi sangat manja.

Aku senang, sungguh........

"Kok kamu bisa ada di rumah Yang? bukannya ada meeting penting hari ini?" ucap Sasha dengan kepala menyender dibahuku, tangannya tidak berhenti menjelajah wajah dan badanku. Aku bergerak gelisah karena geli.

"Mba Santi telpon katanya kamu pingsan di kamar, aku panik Sayang. Meeting meeting itu gak penting dibanding kamu, ada Kenneth yang handle," ucapku sambil mengelus rambutnya.

"Gak pingsan kok, cuma lemas aja tadi."

"Sudah enakan? Kita ke Rumah Sakit ya, maag kamu kambuh lagi ya?" Ucapku membujuk lagi Sasha untuk ke dokter setelah penolakannya dari pagi tadi.

"Gak usah. Oiya....... Ada yang mau kenalan sama kamu." Sasha tersenyum lebar, terlihat jelas binar bahagia diwajahnya membuatku penasaran siapa gerangan orang itu.

"Siapa? Tetangga baru atau teman kantormu? Apakah kamu menerima tamu tadi pagi?" fix aku penasaran, sedikit curiga melihat wajah bahagianya.

Oke, aku cemburu !

"Seseorang yang akan membuatku sangat bahagia, selain kamu," ucap Sasha dengan senyum yang tidak pernah berhenti.

Hemmm... aku.. masih.. sabar.............

"Dan dia adalah...?" ucapku perlahan, menahan emosiku. Tapi Sasha malah tertawa, diambilnya tanganku lalu menaruhnya di perut ratanya, membuatku semakin bingung.

"Dia mau kenalan sama daddy-nya......" ucap Sasha sambil memegang tanganku yang ada di perutnya lalu mengusapnya perlahan.

Aku terpana mendengarnya, dan seketika aku tersenyum lebar memandang wajah Sasha yang mengangguk.

"Kamu hamil sayang?? Oh Tuhan terima kasih, I love you so much honey," ucapku penuh syukur, ku kecup perutnya berkali kali menyapa calon anak kami, aku memandang wajah istriku yang basah oleh air mata, ku usap jejak air tersebut dan mencium keningnya dengan lama.

"Soon we will be parent, Leon, I will be a mommy and you will be daddy," ucap Sasha sambil terisak bahagia. Aku peluk dia dengan erat, ku cium bibirnya penuh cinta.

"Sure, honey... And we will be the most gorgeous parent on earth," ucapku sambil menangkup wajahnya dengan kedua tanganku, binar matanya membuatnya terlihat makin cantik.

"I love you so much Sasha," ucapku sambil menciumnya, makin dalam, makin menuntut. Wajahnya yang cantik membuatku tidak mampu menahan diri.

"tapi, kata dokter kamu harus puasa di semester pertama," ucapnya polos sambil menatapku menahan senyum.

"WHAT!!!!!!!" 

Siksaan apa ini? Pasti bohong? Seolah dia tau apa yang aku pikirkan, dia menggelengkan kepalanya.

Dengan lesu aku memandang Sasha yang berbaring dengan begitu cantiknya??

aarrgh aku pasrah.....

Ku jambak rambutku dan lunglai berjalan ke kamar mandi untuk mencuci mukaku, membersihkan isi kepalaku. Ku dengar Sasha tertawa di ranjangnya.

Biarlah demi anak kami.....

My SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang