32. Patience

3.4K 226 3
                                        

Status : Republish

Jadwal up date : Setiap Rabu

Genre : Romance

Plot : Plot maju mundur

---o0o---

Hari yang cerah.

Perasaan yang bahagia mengiring kaki lincah Sasha yang sedang bekerja, posisi barunya tidak menyulitkanya sama sekali karena Willy sering meminta bantuannya dulu, posisi Sasha yang sebelumnya, dipegang oleh Marline karena selain satu type dengan gaya bekerja Sasha, juga membuat Sasha mudah saat berkomunikasi.

"Sha, istirahat dulu, lo gak cape apa kerja gak ada berhentinya, kasihan keponakan gw...," ucap Marline melihat Sasha yang mondar mandir memilah dokumen.

"Iya nek, kalau capek gw juga istirahat kok, bawel lo kayak laki gw." Ucap Sasha mencebik bibirnya

"Iya deh yang udah romantis romantisan sama laki, coba dari dulu gitu udah bunting berapa kali lo!" ucap Marline, seketika tawa pecah dari bibir Sasha.

"Ishh perawan vulgar banget ngomongnya!!" ucap Sasha, Marline mendengus.

"Apa kabar ponakan gw, udah berapa bulan Sha?" Tanya Marline sambil makan kue dari toples di meja Sasha. Leon sering membelikannya kue kue agar tidak ngemil sembarangan saat Sasha lapar. Manis sekali.....

"5 bulan Lin, gw udah gak sabar lihat jenis kelaminya.... Hari ini gw sama Leon mau cek up ke Rumah Sakit." Sasha mengelus perutnya yang sudah membesar.

"Mudah mudah sehat ya, gw cabut dulu mau ke lapangan. Lo jangan beraktifitas berlebihan, kalau sampai lo sakit lagi, gw yang diterror laki lo, serem." Marline begidik ngeri mengingat minggu lalu ditelpon abis abisan sama Leon gara gara Sasha mengeluh kecapaian. Sasha jadi tidak enak sama Marline akan sikap protektif Leon padanya.

"Iya.... Hati hati dijalan" ucap Sasha.

----------

Setelah cek up ke dokter, Sasha diantar ke rumah oleh Leon tapi Leon langsung berangkat lagi bekerja karena ada janji dengan rekanannya.

Sasha merebahkan badannya di sofa malas setelah makan malam sambil melihat acara tv. Saat mata Sasha mulai mengatuk, tiba tiba ponselnya mendapat pesan. Sebuah nomor tidak dikenal mengirimkannya foto.

[ Lihat lah suami tercintamu, apa yang sedang dia lakukan.....]

isi pesan itu, Sasha melihat foto Leon sedang memeluk wanita cantik berambut coklat, seketika mata Sasha berkaca-kaca, dadanya sakit melihat pemandangan itu, tapi Sasha terngiang janji Leon waktu itu bahwa dia berusaha menjadi suami yang baik untuk Sasha. Ditutupnya aplikasi pesan itu, mencoba menguatkan pemikiran positif tentang suaminya.

"Aku harus percaya pada Leon, demi bayi kami..." ucap Sasha sambil mengelus perutnya yang sudah membuncit dengan air mata masih mengalir.

----------

Ternyata nomor tersebut tidak berhenti mengganggunya, sudah sebulan hal ini berlangsung dan tidak ada seorangpun yang diberitahu. Teman temannya yang melihat perubahannya pun tidak diberitahunya, untungnya Leon sedang sibuk peluncuran produk baru sehingga sering keluar kota.

Beberapa kali Sasha menerima gambar Leon dengan wanita yang sama walaupun dalam pertemuan biasa seperti sedang duduk atau berbincang, walaupun wajah Leon tidak nampak pada kamera tapi Sasha paham gesture dan baju  suaminya itu.

Setelah peluncuran produk baru tersebut, baru Sasha sadari bahwa wanita yang ada difoto foto tersebut adalah model yang ditunjuk perusahaan Leon membintangi produk barunya. Tapi kenapa mereka tampak sangat akrab, mesra.

Setiap Leon keluar kota untuk peluncuran produk baru tersebut, maka gambar baru akan dikirim oleh nomor tidak dikenal tersebut.

Sasha terus menguatkan hati, berpendapat bahwa orang yang sengaja mengirimkanya foto adalah orang yang berniat menghancurkan rumah tangganya, jika orang tersebut berbaik hati mau membeberkan rahasia suaminya pasti dengan cara yang baik tidak dengan nomor tak dikenal dan tidak bisa ditelpon.

"Apakah ini perbuatan Alice?" guman Sasha, apakah begitu nekatnya Alice melakukan itu.

"Tapi siapa wanita itu, kenapa wajahnya tidak asing...." Sasha memperhatian wanita yang sedang duduk berhadap dengan Leon disebuah restauran.

Foto hari hari ini mereka sedang makan siang.

Makin lama kesabaran Sasha makin diuji, akhirnya Sasha tidak pernah lagi membuka pesan pesan yang masuk dalam ponselnya. Walaupun Sasha mencoba tegar di depan suaminya dan orang orang, namun saat dia sendiri maka luruhlah air mata yang dia tahan selama ini. Menangis seperti bayi, mencoba bertahan demi anak yang sedang tertidur tenang di dalam perutnya.

Tuhan, Kuatkan hatiku.

Harus kuat...

---o0o---
First Publish : 6 Desember 2016

My SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang