31. The Big Wave's come

3.5K 235 1
                                    

Status : Republish

Jadwal up date : Setiap Rabu

Genre : Romance

Plot : Plot maju mundur

---o0o---
 

Bosen...

Kangen...

Itu yang dirasakan oleh Leon saat ini menghadapi marathon meeting selama dua hari untuk annual management review perusahaannya di kantor cabang Surabaya, dimana semua jajaran manager memberikan evaluasi tahunan dan rencana kerja mereka. Leon mendesah dan menengok jam kembali dimana jarum masih berada di arah 10.00 seperti beberapa menit yang lalu.

Bukannya memandang remeh acara penting ini, tapi Leon sedang tidak fokus karena pikirannya melayang layang ke rumah, ke istrinya yang dari tadi tidak memberikannya kabar. Leon begitu gemas padahal sejak kedatangannya ke Surabaya tadi malam mereka baru berbicara beberapa menit karena Sasha sudah mulai tertidur, terpaksa Leon hanya melihat wajah Sasha yang sedang tertidur saat video call mereka.

Pesan masuk ke hp Leon membuyarkan lamunannya, seketika senyumnya mengembang melihat nama pengirimnya.

[Hai sexy daddy........ Semangat ya meetingnya]

Pesan dari Sasha disertai foto Sasha sedang latihan yoga di tempat yoga, pagi-pagi jadwal Sasha berlatih yoga walaupun sedang hamil besar. Istrinya memakai kaos putih kebesaran beserta leging hitam selutut. Tangannya di atas dengan posisi membuka kakinya.

Hhmm mau menggoda aku yaa.... ucap Leon dihati

"Hai hot mommy, apa yang kamu pakai di dalam bajuku itu hhaahh" balas Leon, entah apa yang dibicarakan oleh departemen yang sedang presentasi itu, Leon tidak fokus.

"Wanna know? Or maybe you want one pict to answer your question Sir" jawab Sasha, darahnya mendesir panas dengan jawaban jahil yang diberikan Sasha.

Jarak yang jauh dan kata kata genit, siksaan yang sangat nyata....

Leon menjawab pesannya. "please..." jawab Leon tersenyum sambil gigit bibirnya.

Sepertinya saat ini Leon dan Sasha seperti pasangan mesum. Leon meletakkan ponsel dan mencoba fokus kembali ke presenter tapi gagal, yang Leon lakukan hanya melirik ponsel menunggu jawabannya, menunggu gambar darinya.

Satu menit...

Dua menit...

Hingga menit ke 5 belum ada yang masuk membuat Leon kesal.

Satu pesan masuk kembali, Leon langsung  meraih dan membuka pesan yang Leon tunggu.

[My lip and my lingerie are waiting you here....]

Tulis Sasha dengan gambar lingeri hitam berenda favoritnya.

Mata Leon tiba tiba terbuka dengan apa yang dia lihat, membayangkan lingeri itu berada di tubuh Sasha yang berjalan dari kamar mandi dengan kaki jenjang telanjang, yang hampir terekspos semua dan tubuhnya yang terlihat dari lingeri tembus pandangnya. Darah Leon mendesir kembali.

Nakal...

"Maaf pak Leon? Ada yang mau bapak tanyakan mengenai evaluasi bagian desain?" tanya pak Fandi bingung.

Apakah gumamanku terlalu kencang tadi? Sial

"Oh tidak, silahkan lanjutkan" jawab Leon tenang setelah berdehem mengatasi kegugupannya, saat melirik Kenneth yang duduk disebelahnya, dia sedang menahan tertawa melihat Leon.

Doble sial.

------------

"Rencana kerja kami tahun ini adalah meningkatkan kerjasama dengan pihak omega yang sudah tanda tangan kontrak pertama selama 1 tahun. Atas permintaan dari pihak omega, mereka yg menentukan Brand Ambasador mereka" ucap manager pemasaran yang sedang mempresentasikan kinerja mereka satu tahun belakang.

Leon sedikit penasaran mengenai brand ambassador yang ditunjuk oleh pihak omega, semoga bukan artis dengan image yang buruk. Meski omega yang menawarkan share keuntungan diatas penawaran klien yang lain, Leon tidak langsung setuju dengan semua tuntutan omega, Leon hanya setuju perusahaannya sebagai distributor diperjanjian awal mereka.

"Saya perkenalkan brand ambassador untuk produk yang akan segera diluncurkan dipasaran..." ucap pa Rahmat diakhir presentasinya, seketika Leon melihat kearah pintu seperti semua karyawannya menunggu sosok itu muncul.

Seketika Leon terkejut melihat sosok yang masuk ke ruang meeting ini, seorang wanita dengan rambut coklat gelap, tubuh tinggi seorang model yang dibalut dress merah, kaki putih jenjang terlihat dibelahan dressnya yang tinggi. Wajah indonya tertutup kacamata hitam, dengan bibir merah sensual.

Leon dan Kenneth saling berpandangan saling meminta penjelasan yang masing-masing tidak tahu jawabannya, karena selama mereka melakukan perundingan sampai penandatanganan kerjasamnya pihak Omega masih merahasiakan brand ambassadornya.

Direktur pemasaran menggiring wanita tersebut kearah Leon, Leon dan Kenneth berdiri dan memperhatikan langkah anggun wanita tersebut.

"Pak Leon, perkenalkan ini Ms. Collin yang ditunjuk oleh Omega sebagai brand ambassador produk yang akan kita luncurkan," ucap pa Rahmat, lalu wanita itu melepas kacamata dan menyodorkan tangannya, Leon lama menatap wanita itu lama. Leon menyambut tangan tersebut tanpa minat.

"Long time no see leon..... Nothing change on you, handsome as always..." ucap wanita itu sambil mengusap punggung tangan Leon dengan ibu jarinya. Untungnya pa Rahmat sudah meninggalkan tempat itu karena meeting sudah berakhir dan semua karyawannya sudah meninggalkan tempat itu termasuk Kenneth.

"What a surprise that you are the brand ambassador of our new product." ucap Leon datar, dia menarik tangannya dan memasukannya ke kantong celananya. Pandangannya tajam kearah wanita itu, bersikap waspada tepatnya

"Apa kabarmu Leon, aku merindukanmu..." ucap wanita di depannya yang mendekat, tangannya meraba dada bidang Leon. Menahan hasratnya untuk memeluk dan mencium lelaki di depannya, lelaki yang menjadi obsesinya, yang susah payah dia coba rebut dari istrinya.

"Kabar kami baik, kami bahagia Ms. Marry...," Ucap Leon menyindir kata kami. Leon mundur dan melepaskan tangan Marry, wanita yang hampir membuat dirinya kehilangan Sasha. Dia tidak akan lagi tertipu.

"Selamat bekerja Ms. Marry, semoga hari anda menyenangkan," ucap Leon sambil melangkah keluar dari ruang meeting. Saat Leon melangkah melewati Marry, tangannya tiba tiba dicekal.

"Leon, aku tidak akan pernah mundur.... Apapun akan aku lakukan untuk mendapatkanmu. Walaupun dengan menyingkirkan istri palsumu itu," ucap Marry membuat amarah yang ditahannya dari tadi keluar.

"Dengar Marry, satu helaipun kamu menyakiti istriku, kupastikan kamu akan melihat Leon yang tidak ingin kamu lihat," ucap Leon sambil memegang tangan Marry sangat kuat membuatnya meringis kesakitan.

Marry terkejut melihat tatapan menakutkan Leon, Marry menelan ludah dengan susah payah, Marry memandang punggung Leon yang meninggalkannya bersama asistennya.

"Bagaimanapun caranya, kamu akan menjadi miliku Leon," desis Marry lirih, seringai tipis menghias wajah cantiknya.

My SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang