"Sasha, are you ready? Madre dan Revian sudah menunggu disana," teriak Willy dari luar kamar Sasha.
"Iya bawel, sebentar, kamu tega sama wanita hamil? Aku ga bisa cepat cepat!" gerutu Sasha saat sudah diluar
"I'm sorry grandma..." Willy terkekeh sambil ikut merapihkan rambut panjang Sasha. Walaupun sudah hamil 8 bulan, Sasha tetap terlihat cantik dimata Willy, aura keibuannya yang muncul membuatnya makin anggun, dan sepertinya Willy makin susah move on kalau begini.
Seandainya jalan cerita dari takdir dapat dirubahnya, Willy dengan senang hati akan menuliskan nama Sasha sebagai pendamping hidupnya, menjadi satu satunya wanita yang akan dia bahagiakan. Tak peduli dengan kondisi Sasha sekarang ini, dia tetap menjadi yang teristimewa dimata Willy, sudah dibilang kan cinta itu buta?.
"Mulai meledekku haa! Aku bilang Madre nanti, ayo jalan...." ancam Sasha.
Mereka akhirnya masuk ke dalam mobil dan berangkat ke restauran dimana Madre dan Revian telah menunggu.
"Sha, sudah kau putuskan apa yang akan kau lakukan setelah melihat rekaman yang dikirim oleh sekretaris Leon?" tanya Willy sambil tetap fokus dengan steer ditangannya. Sasha mendesah lalu mengangguk.
Sasha mengingat saat paket itu datang ke rumah Revian pagi hari tertulis datang dari Jakarta membuat Sasha penasaran, Revian membuka paket tersebut bersamanya dan Willy. Sebuah kepingan cd dan beberapa lembar kertas. Sasha begitu tertarik dengan cd tersebut dan langsung memasangkannya di player sedangkan Willy mengambil kertas tersebut.
Mereka bertiga menyaksikan rekaman seorang wanita yang hampir menghancurkan rumah tangganya sedang bercerita sambil mabuk, seketika Sasha menangis mendengarkan kata demi kata yang terucap wanita itu, bagaimana liciknya wanita itu mencoba memisahkannya dengan Leon.
"Aku malu sekali pada Leon, Will, aku gak mau mendengarkan pembelaanya terlebih dahulu," ucap Sasha sedih.
"Itu bukan sepenuhnya salahmu Sha, semua sudah direncanakan oleh wanita itu. Sekuat apapun kamu bertahan dalam diam, kamu akan kalah. Tapi dengan kamu pergi dari rumah, membuat Leon sadar akan hal ini," ucap Willy.
"Seharusnya aku lebih kuat waktu itu, Will. Harusnya aku bilang semuanya ke Leon, tapi aku sudah terlanjur tidak percaya dengannya," ucap Sasha murung, Willy menggenggam tangan Sasha untuk menenangkannya.
"Kamu cemburu ya?" Goda Willy membuat Sasha memutar bola matanya kesal.
"Siapa yang gak coba?" Jawab Sasha kesal membuat Willy terkekeh.
"Tindakan kamu dan Revian sudah tepat. entah apa jadinya keponakanku jika hal ini tidak terungkap, kamu akan menangis sepanjang waktu dan itu akan membahayakan keponakan tersayangku," ucap Willy sambil tersenyum.
"Sekarang semua sudah berakhir Sasha, wanita itu sudah pergi dari hidup Leon. Berkas yang dikirim kemarin tertulis pernyataan asisten wanita gila itu atas semua tindakannya dan bisa dijadikan barang bukti jika dia berani macam macam lagi di rumah tangga kalian," ucap Willy.
"Aku harap aku belum terlambat untuk meminta maaf pada Leon," ucap Sasha, matanya kembali menangis, walaupun alasan Sasha lakukannya semata mata adalah untuk calon anaknya tapi rasa bersalah membuat hatinya sakit.
"Aku juga tidak enak dengan Alice karena telah curiga padanya Will, ternyata dia mencoba memberi peringatan terhadap Leon tentang rencana Marry, padanya." Sasha mendesah mengingat kejadian demi kejadian dibelakang.
"Jadi sudah mau baikan sama Leon kan? kamu gak ingin ketemu dengan Leon?" Sasha tersenyum lalu mengelus perutnya yang sudah membesar.
Aku dan anak dirahimku ingin bertemu dengannya.......
"Senyummu sudah jawab pertanyaanku," ucap Willy tersenyum.
---------------
Setelah mobil sampai di restauran keluarga bergaya vintage, Revian sudah menunggu di depan pintu dengan senyum mengembang. Revian berjalan ke arah Sasha membukakan pintu lalu mengajak Sasha masuk ke dalam, restauran tampak sepi karena hanya ada mereka saja.
Revian dan Sasha berjalan perlahan dengan Revian menggandeng tangan Sasha, setelah mereka berada di depan pintu kayu yang tertutup, Revian berhenti lalu menghadap ke arah Sasha.
"Sha, jadilah wanita paling bahagia setelah ini, jadilah istri dan ibu terbaik setelah ini...," ucap Revian, Sasha memandang Revian dengan bingung.
"Doaku, Willy dan Madre agar kamu selalu kuat seperti Sasha yang kami kenal, selalu tabah seperti yang kami kenal. Kamu telah menjadi malaikatku, menemaniku saat aku terpuruk, terima kasih princess," ucap Revian sambil tersenyum.
Datanglah Madre dan Willy dari belakang, Madre memeluk Sasha dengan lembut dan mengelus lengannya dengan sayang. Madre menatap Sasha dengan mata yang berkaca kaca...
"Walaupun Madre baru mengenalmu, tapi Madre langsung menyayangimu. Kamu adalah wanita paling istimewa, hatimu sungguh tulus... Jangan pernah berubah ya...."
Hei ada apa dengan mereka, ada apa ini?
"Sweetheart, jangan melupakan peristiwa yang terjadi padamu agar kamu menghargai apa yang telah kamu capai sekarang, lupakan rasa sakitnya dan ingat hikmahnya saja. Kami akan selalu ada disisimu, menjadi pelindungmu, menjadi penyemangatmu," ucap Willy.
Tak kuasa Sasha menumpahkan air matanya setelah mendengarkan ketulusan, doa dan pengharapan dari tiga orang di depannya yang sangat menyayanginya. Sasha mengucapkan terima kasih dengan begitu haru.
"Happy birthday Sasha, be happy always ok?" ucap willy lalu mencium kening sasha dan diikuti oleh madre dan revian.
"Kadomu ada di dalam sana princess...... Masuklah dan berbahagialah," ucap Revian dan diberi anggukan oleh Madre dan Willy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity
RomanceWARNING!! First Story, jangan teruskan baca kalau sudah kejang2. *** "Tujuan kita menikah demi orang tua, tapi gw gak akan mengekang lo, begitu juga dengan gw, kita tetap seperti ini, berteman seperti dulu, kita tetap jalani hidup kita masing-masing...