Semakin hari, Shila merasa Adhit semakin menjauh. Walaupun pergi dan pulang sekolah masih dalam satu mobil, tapi mereka hampir tidak pernah bercakap- cakap. Adhit tampak lebih diam dibanding ketika di kelas. Dia lebih suka memandang lurus ke depan atau memalingkan wajah ke jendela. Pernah Shila mencoba membuka percakapan tapi hanya di jawab dengan 'ya', 'tidak', 'mungkin', dan 'nggak tahu'. Shila kapok dan tidak pernah memulai percakapan lagi.
Shila tidak bisa menghindar setiap Adhit akan mengantar pulang. Adhit selalu menunggu di samping meja. Bahkan jika dia beralasan ada ekskul setelah jam sekolah, Adhit akan menunggunya hingga selesai. Jika Adhit ada rapat OSIS sepulang sekolah, disuruhnya Pak Amir mengantar Shila pulang duluan. Dan mobil akan terasa jauh lebih sunyi ketika Adhit tidak ada. Ahhh ..., Shila merasa kesepian. Padahal ketika Adhit ada pun mereka berdua sama-sama terdiam. Tapi mobil tanpa Adhit sepinya menyakitkan.
Ada apa dengan hatiku?
Suatu pagi, Shila mencoba menghindar di jemput Adhit dengan alasan dia piket. Dan Mamah menghadiahinya dengan jeweran di kuping sampai merah. Kata Mamah, kalau lagi marahan sama Adhit cepat diselesaikan! Bukan malah menghindar. Tapi nggak harus di jewer juga kali, Mah!
Menjelang UAS Adhit memutuskan pindah tempat duduk. Jauh lebih ke depan. Kebetulan ada bangku yang kosong karena setelah terima raport semester pertama, ada seorang teman sekelas mereka yang pindah sekolah ke luar kota. Bangku belakang Shila pun kosong. Selama ini Adhit duduk sendirian. Dan Shila merasa sangat kehilangan sekali.
Setelah pembicaraan tentang dirinya yang tidak peka, Adhit perlahan menjauh dari Shila. Jarang mengobrol jika di kelas, apalagi bercanda dan jahil. Kebersamaan mereka hanyalah ketika diam-diam dalam mobil. Baguslah, pikir Shila. Dengan Adhit menjauh, dia bisa konsen untuk ujian akhir dan sekaligus membuktikan bahwa Adhit memang tidak punya perasaan khusus kepadanya.
Seharusnya dia bahagia, kan? Tidak disiriki cewek manapun termasuk Leni. Rumor pun beredar, selama ini Adhit hanya merasa kasihan karena dia harus berjalan kaki pulang pergi ke sekolah. Ada lagi yang bilang, kedua orang tua mereka sahabat baik. Jadi Mama Adhitlah yang menyuruh Adhit menjemput dan mengantar Shila. Wihhh ..., biarpun Papa Shila dan Papa Adhit mungkin saling mengenal, Mama Shila dan Mama Adhit jelas beda kasta. Mama Shila kasta pegawai biasa, Mama Adhit kasta manajer. Tidak mungkin mereka berdua saling mengenal.
***
Setelah UAS selesai, satu kelas merencanakan pesta perpisahan. Di sepakati mereka akan mengadakan pesta perpisahan di rumah Adhit. Shila kebagian tugas jadi seksi acara sekaligus MC. Seharusnya dia lebih banyak berkoordinasi dengan Adhit sebagai tuan rumah untuk merencanakan acara apa saja yang bisa dan tidak bisa diadakan di rumahnya.
"Atur saja, Shil. Terserah kamu. Kalau kamu mau ke rumah minta Pak Amir saja buat anter sepulang sekolah. Aku masih sibuk ngurusin OSIS, nih." Selalu begitu jawaban Adhit.
Seperti siang itu. Teman-teman mengajak Shila melihat rumah Adhit untuk menentukan dekorasi. Perpisahan kelas disepakati hari Sabtu malam setelah paginya mereka terima raport. Dan Seninnya mereka semua bisa menikmati liburan panjang tanpa gangguan.
"Shil, bilang Adhit, dong kalo kita mau ke rumahnya pulang sekolah. Mau lihat lokasi buat nentuin dekorasi, " kata Iman ketua panitia perpisahan.
"Bilang sendiri aja, Man, dia paling lagi di ruangan OSIS."
"Aku minta tolong kamu maksudnya, karena aku juga mau nyari temen yang lain. Pleaseee ...."
"Iyalah! Iyalah! Aku cari Adhit. Ketemu di mana?"
"Di depan sekolah saja, deh. Ntar naek angkot bareng." Shila mengangguk, dia pun menuju ruang OSIS yang letaknya di belakang sekolah. Dekat lapangan basket.
![](https://img.wattpad.com/cover/88119459-288-k816644.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain to You
Romance(Before Men in The Lockers) Shila, cewek yang kalo nangis bisa nurunin hujan. Yang kalo ketawa matanya bersinar-sinar. Ketika Adhit, cowok popular satu sekolah yang ganteng dan tajir mlintir, nunjukin tanda kalo suka padanya, Shila berusaha menyangk...