Shila menerima paket dari tangan Opik. Ada namanya tertulis di alamat tujuan, tapi nama pengirimnya kosong. Misterius sekali. Dia mengernyitkan kening. Berpikir keras, siapa yang mengiriminya paket. Dan apa isinya?
Sambil berjalan ke kamarnya, dia menimang dan membolak-balik paket yang muat dipegang satu tangan.
Ringan, pikir Shila. Dia goyangkan paket itu dan ada bunyi keletak terdengar. Semakin penasaran dan tidak sabar dirinya untuk segera membukanya.
Di dalam kamar, Shila buru-buru merobek bungkusan paket dan terpana begitu melihat isi paketnya.
"Handphone?"
Siapa orang yang bermurah hati memberinya handphone? Keluaran terbaru dari merk ternama. Meski dia belum punya handphone, tapi dia cukup tahu merk yang dipakai teman-teman sekampusnya.
Dan apa maksud si pemberi handphone ini? Shila sedikit merinding membayangkan seandainya ada maksud lain di balik pemberian ini. Dia membayangkan seseorang. Kalau orang itu yang memberi, Shila tidak heran. Tapi orang itu sudah dia kubur jadi tidak mungkin dia.
"Handphone," ujarnya lirih. Ditimangnya benda mungil itu. Banyak hal bisa dipermudah dengan benda ini, salah satunya komunikasi dengan keluarganya. Apalagi dia mau ke Bogor, handphone akan sangat membantu melancarkan urusannya.
Tapi, apa tidak apa-apa kalau dia gunakan handphonenya? Apa tidak akan terjadi apa-apa di kemudian hari? Diutak-atiknya benda mungil berwarna biru muda di tangannya itu. Ternyata sudah ada sim cardnya. Dan sudah terisi pulsa seratus ribu? Gila! Paman Kaki Panjang mana, nih yang begitu murah hati padanya?
Shila termangu di kasurnya. Hatinya masih bimbang. Antara menerima pemberian dari seseorang tak dikenal ini atau mengembalikannya. Tapi ke mana? Kata Opik, paket ini dikirim oleh seorang kurir. Terus, harus dibalikin ke mana?
"Pusingggg!!!!" teriak Shila dalam kamar.
"Teh ..., Teteh nggak apa-apa, kan?" Salah satu dari si kembar mengetuk pintu kamarnya.
"Iya nggak apa, kok. Cuma lagi pusing sama tugas!" teriak Shila.
Lagi-lagi Shila menimang handphone di tangannya. Well, barang sudah di tangan, sayang kalau nggak di pakai. Siapapun pemberinya, dia pasti seseorang yang sangat perhatian padanya. Shila harus hati-hati jangan sampai dia masuk jebakan seseorang. Ada baiknya dia mengaktifkan HP di tangannya. Mungkin saja si pemberi akan menghubunginya. Jika ya, dia bisa menanyakan apa maksudnya memberi dia HP. Mungkin nanti dia harus mengembalikannya, tapi sampai saat itu tiba dia bisa memanfaatkan benda mungil di tangannya ini.
*
"Cieee, HP baru, ya?" tanya Lina ketika Shila mengangkat HP-nya yang berdering."Dikasih seseorang," jawab Shila ketika teman akrab satu angkatannya itu terus bertanya soal HP-nya.
Di kampus memang belum banyak yang pakai HP. Bisa dipastikan kalau yang punya HP pasti orang yang betul-betul berduit. Bukan hanya HP yang mahal, tapi juga kartu perdana dan pulsanya hampir tak bisa dijangkau dompet mahasiswa biasa. Belum lagi ternyata perhitungan rupiah per detik bikin mencekik. Jadi meski Shila sudah punya HP tidak banyak nama yang tersimpan di phone book-nya. Dan dia juga tidak sering-sering pakai. Seperti barusan, mamah meneleponnya hanya untuk mengabarkan jika sejumlah uang sudah ditransfer ke rekeningnya.
"Baik banget orang yang ngasih. Pacarmu, ya? Tajir, dong?"
"Ada, deh," elak Shila sok misterius.
"Ih, gitu amat. Crita, dong, Shil!"
"Entar kapan-kapan. Sekarang aku mau pulang terus siap-siap mau ke Bogor. Aku udah janji sama Mita mau ke kosannya."
"Penelitianmu beneran di Bogor? Jauh amat!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Rain to You
Romansa(Before Men in The Lockers) Shila, cewek yang kalo nangis bisa nurunin hujan. Yang kalo ketawa matanya bersinar-sinar. Ketika Adhit, cowok popular satu sekolah yang ganteng dan tajir mlintir, nunjukin tanda kalo suka padanya, Shila berusaha menyangk...