⛈️Kelas 3 : Rencana Menikah

305 27 2
                                    

Tahun pelajaran yang tersisa hampir berjalan normal. Donna, terkadang masih bersikap menyebalkan. Tapi Adhit punya cara untuk mengatasinya. Lama-lama gangguan Donna menjadi semacam bumbu penyedap yang dirindukan bila tidak ditambahkan ke dalam masakan.

ADL sudah tidak berani lagi mengganggu Shila. Bukan karena Adhit membuat perjanjian dengan mereka tapi karena Shila sekarang sudah berubah menjadi singa hamil yang merasa terancam jika teritorialnya diganggu. Menyeramkan! Dan Adhit tidak perlu cemas lagi tentang hal ini. Kadang sambil bercanda, Adhit justru mengatakan, jika dia yang harus waspada sekarang. Karena siapa tahu Shila khilaf dan berniat menyakitinya. Biasanya Shila langsung menghujaninya dengan cubitan dan pukulan sayang.

Tentang lamaran Adhit ..., ada satu cerita khusus untuk ini. Jadi ketika Adhit dan Shila gagal bercinta sore itu, Mama Adhit memberi Shila sesuatu. Cerita lengkapnya begini ...

Sore itu setelah mereka berpakaian rapi, mereka keluar dari kamar Adhit dan menyantap hidangan di meja makan. Ada satu aturan di rumah besar Adhit, jika tidak dipanggil atau ada urusan yang sangat penting, para bibik tidak boleh memasuki rumah bagian dalam. Jadi Adhit juga tidak perlu khawatir ada yang melaporkan perbuatan yang hampir saja terjadi di antara mereka.

Ketika mereka sudah selesai makan, Mama Adhit datang. Karena tidak ada rahasia di antara Adhit dan mamanya, Adhit pun menceritakan kejadian yang menimpa Shila. Mama Adhit mengelus pipi Shila lembut.

"Maaf, ya, Shil, karena mencintai Adhit kamu jadi begini. Tapi Tante harap kamu nggak kapok buat jatuh cinta sama Adhit, ya?" ujar perempuan cantik itu.

Shila mengangguk. "Adhit sudah menceritakan tentang rencananya kepada Tante. Dia ingin segera menikah denganmu begitu lulus SMA. Tante, sih tidak keberatan. Tapi kita, kan harus minta persetujuan orang tua kamu juga. Karena menikah bukan untuk main-main apalagi jika hanya untuk mensahkan napsu semata. Kalau Adhit, Tante tahu dia seperti apa. Dia sangat dewasa melebihi umurnya. Dia juga sangat bertanggung jawab. Dia pasti bisa menjadi suami yang baik untukmu dan tidak merepotkan kami atau orang tuamu nantinya. Tapi tetap saja, keputusan ini bukan hanya dari pihak kami, orang tua Adhit. Tapi juga dari pihak orang tuamu. Jika mereka tidak ada masalah, kita bisa mulai menyusun rencana," kata Mama Adhit panjang lebar. Dia memandang Shila dan Adhit yang duduk di depannya bergantian.

"Untuk sementara, sebagai pengikat kalian berdua, Tante ingin memberi sesuatu padamu, Shila." Mama Adhit berjalan menuju kamarnya dan membiarkan Shila dan Adhit berpandangan tak mengerti.

Tak berapa lama Mama Adhit keluar dari kamar dan membawa sebuah kotak beludru kecil di tangannya. Dia duduk rapat di sebelah Shila dan mengeluarkan sebentuk cincin dari kotak itu. Diraihnya jemari Shila dan dimasukkannya cincin emas dengan batu merah delima ke jari manisnya. Shila berusaha menarik kembali jarinya tapi Mama Adhit lebih kuat menahan.

"Tante ..., i-ini ...."

"Cincin ini peninggalan turun temurun keluarga Tante. Diberikan kepada anak perempuan atau menantu perempuan pilihan. Kamu telah membuat hidup Adhit lebih bahagia dan bermakna. Kamu sangat tepat mengenakannya. Pakailah jika kamu masih mencintai Adhit. Jika tidak mencintainya lagi, kamu boleh mengembalikannya."

Kini ganti Shila yang memandangi Mama Adhit dan Adhit bergantian. Setelah puas memandangi mereka, dia memandangi cincin di jarinya. Lama. Cukup lama. Sangat lama untuk membuat mereka yang ada di ruang keluarga terkejut dengan suara seseorang.

"Kalian semua sedang apa berkumpul di sini? Mas Adhit, hari ini ada les, kan? Aku bawa beberapa teman yang mau les dengan Mas juga."

"Donna! Kamu seharusnya bisa lebih sopan. Mengetuk pintu atau mengucap salam ketika masuk ke rumah orang. Jangan asal nyelonong begitu saja!" hardik Mama Adhit.

Rain to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang