Setelah perkenalanku dengan Fika, tak terasa memang aku dengan Fika sudah bersama setahun. Ya aku beberapa kali berusaha mengingat apa yang terjadi denganku tetapi tidak pernah bisa. Frekuensiku dirumah sakit juga sangat menipis karena aku dan Fika menghabiskan waktu diluar rumah sakit walaupun itu hanya ditaman atau di tempat yang pastinya tidak jauh dari rumah sakit.
Jason juga menjadi jarang menjenggukku semenjak 6 bulan terakhir, mungkin dia lelah menunggui wanita yang seperti patung hanya berbaring tanpa ada aktivitas apapun yang dia lakukan—ya bernafas juga salah satu aktifitas aku tau itu.
Selama Fika denganku, ia mengalami beberapa perubahan seperti mulai sedikit demi sedikit kenangan ketika dia hidup mulai muncul. Dan setelah kenangan itu muncul, aku dan Fika langsung senang karena artinya Fika semakin dekat dengan kedamaian yang dia inginkan.
"Kalau kamu masih hidup kira-kira apa yang bakal kamu lakuin Fik?" tanyaku sambil tiduran di rumput taman rumah sakit. Walaupun masih siang, tetapi taman ini cukup sepi karena jarang ada pasien atau pengunjung yang mau panas-panasan ditaman ini.
"Aku mau bahagiain Bunda aku, beliau hidup sebatang kara sekarang"
"Emang keluarga kamu yang lain kemana?"
"Ayahku meninggal ketika aku masih bayi karena kecelakaan, aku anak satu-satunya yang dimiliki Bunda. Dulu waktu aku masih hidup, kita tinggal bersama. Bunda dan aku mengurus bisnis bersama" jelasnya dengan senyum lesu.
Aku yang sangat mengerti apa yang dirasakan Fika langsung memeluk sahabat "roh"ku ini. Aku dapat dengan jelas merasakan apa yang sedang ia rasakan. Entah sejak aku jadi roh atau gimana aku mulai merasakan hal yang dapat menyentuh hatiku, padahal ketika aku masih "hidup" aku terkenal dengan sebutan Ratu Tega. Karena kau tidak pernah memikirkan perasaan orang disekitarku.
"Fika"
Gadis itu melihat kearahku.
"Hari ini tepat setahun aku berbaring di kamar itu" kataku sambil menunjuk kearah kamarku.
Ya, aku tidak pernah bisa mendekati tubuhku, masih sama. Selama setahun aku hanya bisa melihat tubuhku dari jendela yang langsung mengarah ke tempatku berbaring. Setiap hari tubuhku diberikan infus, diperhatikan dengan ketat oleh dokter dan suster.
Mama tiap hari datang, bahkan ia hanya pulang 5 jam sehari. Sisanya Mama menghabiskan waktunya di rumah sakit. Aku merasa sangat bersalah dengan Mama. Karena keadaanku, aku jadi menghalangi Mama untuk beraktifitas.
Melihat Mama setiap hari, aku jadi penasaran dengan Jason. Ia benar-benar jarang menjengukku. Kenapa dengan dia? Pertanyaan itu selalu bergeming di kepalaku. Aku memasuki kamarku dan duduk disebelah Mamaku.
Mamaku sibuk dengan handphone-nya. Aku sekilas melihat apa yang dilakukan Mamaku, ternyata dia sedang mengirimi Jason pesan dan you know-lah disana tertulis kalau Jason tidak akan datang—lagi.
"Sebenarnya kemana sih dia? Segitu sibuknya kah sampai menengokku sebentar gak sempet?" gumamku lalu aku keluar dari kamarku dan menemui Fika.
"Gimana Mama kamu?" tanyanya
"Ya seperti biasa, selalu sedih. Jason juga jarang sekali datang. Sekalinya dia datang, aku gak pernah lihat dia" jawabku sedikit sedih karena memang Jason-lah satu-satunya penyemangatku untuk kembali ke tubuhku lagi.
"Emang kalau dia datang dan kamu lihat bisa bikin dia lihat wujud kamu sekarang?"
"Enggak sih, tapi kan paling enggak aku jadi semangat cari bukti tentang kecelakaanku dan aku bisa kembali ke tubuhku. Aku capek tau setahun berkelana gak jelas dan gak ada tujuan" jelasku lalu aku menghela nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMA [COMPLETED]
ChickLitAnya Ardianti terbangun dalam keadaan yang tidak pernah bisa ia jelaskan, Anya hanya bisa mengingat serpihan ingatan dan tidak mengenali dunia ini. Anya menjelma menjadi roh yang hanya bisa terdiam dalam keabu-abuan dunia yang ia sendiri tidak menge...