Puzzle 17

3.2K 276 8
                                    

Sudah beberapa hari ini hidup 'nanggung'ku tidak dihampiri oleh mimpi seperti sebelumnya. Hal itu terjadi semenjak keadaanku yang memburuk tempo hari. Karena kejadian itu juga, aku mulai mengingat hampir seluruh hidupku dan kejadian itu.

Aku duduk termenung di taman yang tidak jauh dari rumah Kevin. Sekarang aku sudah mulai berani untuk keluar dari rumah Kevin, karena aku sudah memiliki hampir seluruh ingatanku.

"Jadi dia yang membunuhku...." gumamku dengan tatapan kosong.

Aku menyunggingkan senyumku. Senyum tak percaya lebih tepatnya.

"Pantas saja..."

Aku langsung berdiri "Aku harus ke rumah sakit sekarang" ucapku lalu langsung pergi ke rumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, aku melihat diriku yang terbaring lemah. Setidaknya aku bisa mendekat ke tubuhku dan tinggal sedikit lagi aku bisa masuk ke dalam tubuhku sendiri.

Tiba-tiba pintu kamar rawatku terbuka dan masuklah Jason dengan wajah yang tidak biasa, bahkan aku sempat termenung sejenak melihat ekspresinya sekarang karena aku pernah melihat itu sebelumnya.

Dia melemparkan tasnya ke sofa dan menjatuhkan dirinya di sofa itu. Aku sedikit menjauh dari tubuhku. Berdiri didekat jendela yang tak jauh dari tempatku berbaring.

Tatapan mata Jason sungguh menyeramkan.

Tiba-tiba dia mendengus cukup keras dan menyunggingkan senyumnya—senyum yang aneh menurutku.

"Lo punya nyawa berapa sih An? Gak ngerti lagi gue" ucapnya tiba-tiba lalu berdiri sambil melipat lengan baju panjangnya hingga kesiku.

Aku masih berdiri diposisiku sebelumnya.

Jantungku benar-benar berdebar.

"Kenapa lo mempersulit diri lo sendiri buat mati? Apa susahnya sih lo mati habis itu harta lo jatuh ke gue? Ah tidak, seenggaknya kita nikah dulu baru lo mati!" ucapnya dingin.

Aku kaget dengan ucapan Jason.

Jason yang selama ini aku kenal ternyata dia-lah yang malah menginginkanku mati.

"Percuma juga gue berusaha keras buat lo mati tapi malah lo sendiri masih setengah-setengah gini hidupnya" ucapnya dengan nada sedikit kecil lalu menendang sofa yang ada disitu.

Aku menutup mulutku. Aku tidak tau kenapa aku melakukan ini, toh mau aku teriak dimuka Jason dia tidak akan mendengarnya. Tetapi aku masih menutup mulutku dan mataku mulai berkaca-kaca. Aku juga sedikit bisa merasakan sakit pada dadaku walaupun aku roh tidak jelas.

Belum selesai aku mendengar apa yang akan dikatakan Jason lagi, tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing ku dengar dari luar ruang inapku.

"Anya....." panggil seseorang itu.

Aku mengusap air mataku dan memutuskan untuk keluar.

Saat aku diluar, aku menemukan Fika yang sudah tersenyum ke arahku.

"FIKAA!!!" panggilku lalu memeluk gadis itu.

Dia membalas pelukanku sambil tersenyum. "Jangan takut lagi, An. Aku bakal nemenin kamu sampai semua ini selesai" ucapnya dengan lembut.

***

"Aku gak tau kenapa kamu ngelakuin ini sama aku Fik" ucapku sambil duduk menghadap ke arah Fika.

Sudah hampir setengah tahun dia meninggalkanku, dan saat kami bertemu lagi dia hanya tersenyum ke arahku dan malah membuatku ketakutan karena sikap Fika yang aneh.

"Maaf An. Hari itu aku pergi tanpa pamit denganmu. Tapi tanpa kamu sadari, aku selalu ada di dekatmu walaupun tidak langsung berinteraksi denganmu seperti ini" ucap Fika.

"Kenapa?"

"Sebenernya, hari dimana aku menghilang itu aku bertemu dengan pembunuhku. Semua kenangan itu tiba-tiba muncul seperti roll film yang diputar. Hanya dengan melihatnya saja, tiba-tiba sakit itu muncul lagi" ucapnya dengan tatapan kosong dan wajah pucat.

Aku tidak pernah melihat Fika yang seperti ini. Sepertinya pembunuh itu benar-benar membuat luka dalam untuk Fika.

"Lalu apa yang kamu lakukan?" tanyaku

"Aku mengikutinya" ucapnya singkat.

"Jadi selama ini kamu menghilang dan ninggalin aku karena kamu ngikutin pembunuh itu? Buat apa Fik?" tanyaku sedikit kesal, toh dia tidak akan bisa membalas perbuatan pembunuh itu karena dia sudah mati.

"Aku yakin dia akan membunuh seseorang lagi untuk kepentingan dirinya sendiri. Dan benar, selama aku mengikutinya semua ingatanku dan rasa sakit itu muncul dengan sendirinya. Aku tau alasanku kenapa aku belum bisa meninggalkan dunia ini sekarang" katanya masih dengan tatapan kosong

"Apa?" tanyaku penasaran.

"Aku harus menyelamatkan kamu An" ucapnya sambil melihat ke arahku.

Aku mengangkat satu alisku. Aku bingung kenapa dia mengatakan hal seperti itu. Kenapa aku yang harus diselamatkan?

"Kenapa aku?"

"Karena dia akan membunuhmu demi keuntungannya. Aku tidak akan membiarkan kamu menjadi seperti aku" ucap Fika dengan wajah penuh dendam.

Tiba-tiba aku jadi teringat seseorang ketika Fika mengucapkan kata-kata itu.

"Apa yang kamu maksud selama ini Jason?" tanyaku sambil menelan salivaku karena aku takut mendengar fakta bahwa Jason yang selama ini aku kenal tidak sebaik apa yang aku ingat saat aku menjadi roh.

Dia menganggukkan kepalanya pelan.

Seketika aku merasakan sesak dan sakit yang menyeruak di dadaku. Entah kenapa, aku tidak dapat berkata-kata lagi.

"Tapi tenang An, selama ini kamu mampu bertahan karena aku sudah sedikit bisa memegang benda padat. Saat kamu serangan jantung, aku yang memencet bel di ruanganmu. Saat Jason berusaha untuk membuatmu mati dengan menutup wajahmu dengan bantal beberapa hari yang lalu, aku juga yang membuat suster melihat keruanganmu dengan menggeser pintu kamarmu" ucap Fika datar.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku tidak tau kalo tidak ada Fika, apa yang akan terjadi kepadaku. Aku memeluknya sambil menangis.

"Maafkan aku Fika, aku masih sempet berpikir kalo kamu bukanlah temanku karena kamu menghilang begitu saja" ucapku sedikit terbata-bata.

"Maafkan aku juga An. Karena aku, kamu jadi punya malam yang sulit" ucapnya sambil tersenyum dan mengusap air mataku. "Tapi aku tau kok, kamu udah dilindungi oleh seseorang. Dan dia tulus juga denganmu" ucap Fika dengan senyum menggoda—ya seperti Fika yang aku kenal.

"Apa sih....dia cuman perantaraku dengan dunia ini" ucapku sambil sedikit tersenyum.

"Tapi kamu suka kan?"

"Hmmm....lumayan, dia orangnya baik, perhatian, walaupun awal-awal dulu dia dingin banget dan gak mau bantu aku sama sekali" ucapku kesal saat mengingat Kevin yang memang super ngeselin.

"Aku yakin An, dia akan benar-benar melindungimu" ucapnya.



***


Hiii guyss, maafkan author yang baru banget posting setelah hampir sebulan. karena keterbatasan waktu dan ide yang lagi kurang lancar. Gimana nih? Makin penasaran dengan lanjutannya ga? Jangan lupa vote dan comment klian yaaa. See you next part~

KOMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang