"Mau jadi roh, jadi manusia, tetep aja ceroboh" omel seorang suara beratnya.
Perlahan aku membuka mataku, terakhir yang aku ingat kalau aku jatuh dari atas kasur dan kepalaku membentur lantai karena mengambil handphone untuk menelepon Mama karena kepalaku yang sakit luar biasa.
Kevin
Aku shock melihat kehadiran pria itu, padahal dia yang pergi saat terakhir kali bertemu denganku di taman. Lalu kenapa sekarang dia mengomel seperti nenek-nenek yang kehilangan gigi palsunya?
Aku hanya bisa diam menatapnya yang kini tengah sibuk dengan laptopnya dan duduk di sofa yang tak jauh dari tempatku berbaring.
Dia masih belum sadar kalau aku sudah sadar.
Pria itu benar-benar sempurna. Hidungnya yang mancung, garis wajahnya yang tegas dengan kulit kuning langsat seperti ciri khas orang jawa pada umumnya, apalagi dengan badannya yang proposional. Benar-benar akan membuat seorang wanita jatuh hati dengannya. Apalagi dia seorang CEO di perusahaan besar.
Baru saja aku diam-diam menganalisis Kevin, tiba-tiba dia mengalihkan pandangannya ke arahku, aku yang sedikit terkejut langsung memejamkan mata dan berpura-pura terlelap.
Aku mendengar langkah kaki Kevin dan aroma parfum Kevin yang semakin mendekat ke arahku. Aroma yang sangat manly benar-benar membuatku berimajinasi liar. Detak jantungku tiba-tiba menjadi tak beraturan membayangkan Kevin yang semakin mendekat ke arahku. Derap langkah kakinya berhenti dan bau parfumnya semakin jelas.
Ya, dia sudah disampingku. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku malah pura-pura tidur. Dasar Anya bodoh—batinku.
Tiba-tiba tangan Kevin memegang rambutku dan perlahan mengusapnya dengan lembut. Entah kenapa seperti ada aliran listrik yang menyengatku. Tidak membuatku sakit tetapi membuatku senang.
Apa hanya perasaanku aja? Aku pernah diperlakukan seperti ini juga dan rasanya juga sama. Tapi dengan siapa? Jonas?—batinku lagi.
Dia masih mengusap-usap rambutku, entah kenapa tiba-tiba mataku tak bisa aku ajak kerjasama dan ia malah memilih untuk membuka.
Kevin yang melihat aku membuka mata dengan cepat langsung menjauhkan tangannya dariku.
Anya bodoh—umpatku.
Aku langsung berusaha duduk di kasur, tetapi Kevin dengan cekatan menahanku.
"Kamu mau tambah parah lagi? Tidur" ucapnya dingin dengan suara beratnya.
Aku hanya bisa menuruti kata-katanya seperti anak anjing.
Suasana kita benar-benar canggung. Kevin hanya berdiri tidak jauh dari tempatku tidur dan aku terdiam seperti patung di etalase toko busana.
Ah aku tidak tahan lagi.
"Kamu ngapain disini?" tanyaku sambil meutar badanku ke arah pria itu berdiri.
"Tadinya aku kesini mau ngasih sesuatu ke kamu. Tapi pas aku dateng, aku udah nemuin kamu jatuh dan udah pingsan. Untung Shema temenku, jadi bisa aku panggil cepat padahal dia sudah pulang dari rumah sakit" omel Kevin sambil berjalan ke arah laptopnya yang ia gunakan tadi.
Aku melihat gerak geriknya yang mulai menutup laptopnya dan memasukkannya ke dalam tasnya.
Apa dia mau pergi lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMA [COMPLETED]
ChickLitAnya Ardianti terbangun dalam keadaan yang tidak pernah bisa ia jelaskan, Anya hanya bisa mengingat serpihan ingatan dan tidak mengenali dunia ini. Anya menjelma menjadi roh yang hanya bisa terdiam dalam keabu-abuan dunia yang ia sendiri tidak menge...