Puzzle 3

4.7K 340 3
                                    

Aku masih belum menemukan tanda-tanda kehadiran Fika. Padahal ini sudah masuk minggu kedua setelah ia pergi meninggalkanku tanpa berpamitan. Awalnya aku kira dia akan kembali lagi seperti pagi itu. Tetapi aku salah. Aku benar-benar sendiri sekarang.

Kamarku sekarang sedikit sepi. Yang aku dengar dari suster saat mereka bergosip, Mama sibuk dengan bisnis barunya akhir-akhir ini, dan aku selalu dititipkan kepada suster dan dokter disini. Ya, aku juga tak bisa mengikuti Mama karena aku masih ingin berdekatan dengan tubuhku. Walaupun seharusnya aku bisa mengikuti Mamaku.

Tetapi karena ingatanku yang terbatas, aku takut tersesat diluar sana apalagi aku sekarang sendiri dan Fika sudah tidak menemaniku lagi. Aku akan benar-benar memakinya ketika aku bertemu lagi dengannya entah keadaannya seperti apa nanti.

"Pasien yang disana gimana keadaannya?" tanya suster yang bernama Hani.

"Entahlah, perkembangannya seperti itu terus. Kadang ada peningkatan detak jantungnya" jelas suster yang sedang makan—bernama Rheihan.

"Kok bisa?"

"Kalau kata dokter sih itu karena mimpi yang dia alami, entah dia dalam mimpi berlari atau apalah yang membuat jantungnya jadi berdetak lebih cepat" jelas temannya itu.

"Aneh ya orang koma, kira-kira sampai kapan dia seperti itu?"

"Entah, dokter juga gak bisa mastiin kapan dia akan bangun. Keadaannya juga selalu seperti itu. Gak ada perkembangan" jelas suster yang sedang makan.

Ya aku tau suster Rheihan adalah suster yang sejak awal aku koma, dialah yang mendampi dokter yang selalu mengontrolku setiap hari. Pantas saja dia lebih tau tentang keadaanku ketimbang suster yang satunya.

"Kasian ya dia...."

"Iya, dia juga mulai sendiri akhir-akhir ini"

"Orang tuanya sibuk, pacarnya gak pernah berkunjung lagi" kata suster Hani lalu bel panggilan berbunyi dan suster-suster itu mulai kembali pada tugasnya masing-masing.

Memang benar apa yang dikatakan suster-suster itu, sudah setahun aku berbaring dan rasanya semakin sepi saja. Toh siapa yang mau menunggu mayat hidup sepertiku tanpa kejelasan kapan aku akan bangun?

Kalaupun aku menjadi Mama atau Jason sudah pasti aku kan melakukan hal yang sama seperti apa yang mereka lakukan, makanya aku tidak terlalu marah atau kecewa ketika mereka mulai kembali pada aktifitas mereka. Walaupun sesuangguhnya aku benar-benar kecewa. Tetapi aku masih bisa mengendalikan perasaanku.

Baru aku mau meninggalkan meja kerja suster itu, tiba-tiba suster yang dipanggil tadi kembali dan mulai bergosip lagi. Untukku yang jelas tidak ada kerjaan hanya bisa mendengarkan suster ini bergosip tanpa bisa bergabung.

"Eh, kamu udah liat belum cowok yang barusan?" tanya Suster Hani.

Suster Rheihan yang tidak melihat kehadiran cowok disekitar situ jelas menggelengkan kepalanya dan melihat sekitar mereka.

"Mana? Gak ada, aku juga gak lihat ada cowok disekitar sini" jawab suster Rheihan.

"Dia masih diperiksa di ruangan dokter Reno. Ih ganteng banget. Berotot gitu" kata suster Hani dan sepertinya suster Rheihan tidak tertarik dengan "cowok ganteng" yang dimaksud temannya itu, ia masih melanjutkan aktifitasnya yang lain.

Perkataan suster Hani cukup membuatku penasaran seganteng apa cowok itu, toh dia juga tidak bisa melihatku jadi sah-sah saja jika aku mengintip. Dokter Reno juga ganteng, jadi lumayan lah buat cuci mata. Aku berjalan keruangan dokter Reno dan melihat jendela kecil dipintu ruangan itu.

KOMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang