Puzzle 34

5.5K 304 27
                                    

Remuk rasanya hatiku saat melihat Kevin tidak membalikkan badannya lagi. Setelah aku masuk ke dalam bandara, aku berusaha dengan sekuat tenaga melihatnya untuk terakhir kalinya. Namun dia sudah menghilang.

Kini aku tengah berdiri dengan kedua koperku, aku melihat sekeliling dan tiketku tentunya.

"Aku tidak bisa seperti ini. Aku harus menyelesaikannya sendiri tanpa membuat orang lain menderita" gumamku, lalu aku melesat keluar bandara dengan mendorong kedua koperku secara terburu-buru dan menaiki taksi yang tersedia di depan pintu masuk bandara.

Di dalam taksi aku sangat gugup. Aku yakin, pasti Jason tidak akan tinggal diam, aku tau tempramen Jason sangatlah buruk dan dia tidak sabaran. Aku sangat yakin, hari inilah dia akan bertindak sesuka hatinya.



***



Aku kembali ke rumahku, yang sudah cukup lama aku tinggal dan hanya diurus oleh pembantuku.

"Eh non Anya, apa ka....." sapa Mbak Marti yang baru selesai menyapu dan melihatku masuk dengan terburu-buru.

Aku melewatinya begitu saja dan menuju kamarku untuk menaruh koper itu.

Mbak Marti masih di posisinya—yaitu depan pintu—saat aku kembali lagi dari kamarku dan menelepon taksi untuk mengantarku ke tempat Mama. Ya, aku tidak punya banyak waktu. Aku memerlukan mobil Mamaku, karena aku belum sempat membeli mobil setelah kecelakaan 2 tahun yang lalu—mengingat aku koma 2 tahun dan baru pulih beberapa bulan ini.

"Non mau kemana?" tanya Mbak Marti.

"Ahh, saya mau ke rumah Mama. Tolong jaga rumah saya ya Mbak"

"Siap non! Pasti saya jaga"

Baru aku mau melangkahkan kaki, tiba-tiba aku teringat sesuatu untuk aku katakan kepada pembantuku ini.

"Oh iya Mbak, kalo saya ada apa-apa tolong jaga Mama juga ya" ucapku lalu langsung pergi meninggalkan Mbak Marti yang sudah jelas mempertanyakan kata-kataku tadi.

Persetan dengan Jason, aku akan melenyapkannya hari ini sebelum dia melukai orang lain.

Aku sampai dengan selamat di rumah Mama, selama perjalanan aku sudah menelepon dokter Shema dan ternyata Kevin baru saja dari rumahnya dan Shema cukup khawatir dengan keadaan Kevin sekarang.

Tapi karena Kevin mengatakan tidak memerlukan bantuan Shema, alhasil Shema tidak bisa berbuat banyak. Namun untungnya Anya meneleponnya dan Shema setuju untuk membantu sahabatnya dari SMA itu.

"Eh sayang, ada apa kesini? Tumben...." sapa Mama, namun lagi-lagi aku langsung mencari kunci mobil milik Mama dan berhenti di depan Mama.

"Aku pinjam ini" ucapku

"Ya, pakailah"

"Oke" jawabku cepat lalu aku langsung pergi.

"Hati-hatilah sayang" teriak Mamaku yang masih bisa aku dengar walaupun samar-samar.

Pikiranku benar-benar tidak jernih sekarang, aku akan menghabisi Jason jika ia sampai membuat Kevin terluka. Aku sudah muak dengan cara busuk Jason. Cukup Fika dan aku yang menjadi korban dari kebusukan dari keserakahan Jason. Jangan yang lainnya.



***



Aku sudah sampai dirumah Kevin—tentunya dengan dokter Shema. Tiba-tiba handphone Shema berbunyi.

"Ini Kevin!" pekikny tanpa sadar, lalu langsung mengangkat telepon dari Kevin.

"Halo...Kev...Kevin! Bro, jawab! Halo...." ucapnya begitu berulang kali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KOMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang