Puzzle 27

2.9K 247 9
                                    

"Jangan bercanda. Hal semacem ini gak bisa kamu jadiin candaan" ucapku datar.

Kevin masih melihatku tanpa berkata-kata dan akhirnya kami sampai ditempat yang akan kami tuju. Sebuah cafè di daerah Prawirotaman, daerah terkenal di Yogyakarta yang terdapat banyak cafè disana.

Kami memilih duduk di tempat ice cream yang terletak masih di daerah Prawirotaman. Kami memilih tempat duduk tepat menghadap trotar, melihat bule-bule berjalan kesana dan kemari melewati toko ice cream yang kami singgahi.

"Tolong ceritakan semuanya" pintaku masih menatap jalanan di depanku.

Kevin duduk mendekatiku dan mulai menceritakan semuanya dari awal pertemuan kami hingga aku kembali di tubuhku.



***



"Jadi maksud kamu, kamu bisa lihat mereka yang tidak kasat mata dan salah satunya aku? Aku saat jadi roh?" tanyaku untuk meyakinkan diriku lagi jika aku memang pernah menjadi roh yang berkeliaran seperti drama-drama yang sering aku tonton.

"Hmm..." jawabnya singkat untuk mengkonfirmasi pertanyaanku.

"Terus kenapa kamu mau bantuin aku waktu itu?"

Aku melihat wajah Kevin yang sedikit bimbang untuk menjawab pertanyaanku, seakan jawabannya sangat rahasia sehingga ia mempertimbangkan untuk memberitahuku atau tidak.

"Karena kamu gigih dan kamu berbeda" ucap Kevin tegas sambil mengambil beberapa kali ice cream yang berada di wadah kecil miliknya.

Aku menatapnya dengan seksama. Memang benar rumor yang aku dengar waktu Papa masih hidup, Kevin memang pemuda tampan dan sempurna. Bukan hanya sempurna, dia sangat baik. Aku jadi merasa bersalah beberapa hari yang lalu memperlakukannya tidak baik.

Aku menunduk karena merasa malu dengan diriku sendiri.

"Ngapain kayak gitu?" tanyanya sambil melihat ke arahku dan aku juga melihat ke arahnya juga.

"Aku malu"

Dia menaikkan satu alisnya.

Ya, Kevin benar-benar sempurna. Alisnya tebal, hidung mancung yang seperti perosotan TK, garis wajahnya yang tegas serta badan proposionalnya, pantas aja dari dulu aku selalu mendengar teman-teman kuliahku mengidolakannya. Dia memang pantas di idolakan.

"Kenapa harus malu?" tanyanya dengan suara khas miliknya yang berat. Entah kenapa aku menyukai suara itu. Suara yang mampu membuatku berdesir.

"Kamu udah baik banget sama aku, tapi aku malah memperlakukan kamu jahat kayak tempo hari. Aku malu sama diriku sendiri. Rasanya aku ingin hilang ingatan aja biar gak inget kejadian memalukan itu" ucapku frustasi sambil menutup mataku.

Tiba-tiba jari jemariku terasa hangat, ternyata Kevin memegangnya lalu menarik perlahan agar tanganku terlepas dari kedua mataku.

Tangannya masih memegang jari jemariku.

Kenapa jantungku tak beraturan begini? Aku seperti pernah merasakan perasaan ini. Ada apa denganku?

"Buat apa malu. Wajar kalo kamu bersikap gitu, aku pun pasti bakal lebih sadis memperlakukan orang yang tiba-tiba mengajakku menikah dan menuduh hal yang aneh-aneh ke orang yang aku cintai padahal aku gak kenal dia. Jadi jangan malu, aku ngerti kok" ucapnya lembut sambil memegang tanganku dan tersenyum manis.

Holy shit! He's so hot!! Ahh rasanya seketika udara menjadi panas karena senyumannya ditambah ia memegang tanganku dan mengelusnya lembut.

"Maaf, aku belum bisa mengingat masa-masa diriku menjadi roh. Dan terimakasih, Kevin"

KOMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang