KEVIN POV
"Enggak, aku bakal hadapi ini" ucapku.
Udara dingin dari luar rumah benar-benar terasa sekarang. Sangat dingin.
Dan kini terlihat seseorang sudah berdiri tepat di hadapanku. Hanya berjarak beberapa meter dari diriku berdiri.
Aku terdiam lama, dan seseorang itu mulai berjalan mendekatiku sampai cahaya mengenai dirinya dan aku mampu melihatnya dengan jelas.
Jason.
Dengan brewok dan kumis yang tidak terawat. Benar-benar dia biarkan tumbuh begitu saja.
Aku menatap tajam Jason. Dia menyunggingkan senyum sinis.
"Longtime no see, bro" sapanya sambil menyeringai.
"Gak usah sok akrab. Apa mau kamu disini? Udah ngerusak properti rumah aku lagi" ucapku datar.
Dia tersenyum sinis, sedikit menunduk. Namun matanya seperti ingin menerkamku.
Aku mampu mendengar sedikit kegaduhan di bawah. Sepertinya komplotan Jason membuat keributan. Ini sangat mengangguku. Aku menggenggam keras tanganku.
"Kamu tau, aku hanya punya keperluan dengan Anya. Aku akan melepaskanmu, tapi berikan Anya kepadaku" ucapnya.
Aku mendengus kencang sambil menatap nanar Jason.
"Anya sudah pergi"
Terlihat dari ekspresi Jason yang tidak percaya, dan dengan cepat dia mendekat ke arahku dan menarik kerah bajuku.
"Berikan Anya sekarang juga!" teriaknya.
"Tidak bisakah kamu berbicara biasa saja? Aku tepat di depanmu. Jadi jangan berteriak" kataku datar.
Jason seakan sebal dengan apa yang aku ucapkan. Tiba-tiba dia memukul barang yang ada di dekatku. Dan itu benar-benar membuatku marah.
"Beritahu aku sekarang, dimana Anya sekarang?"
"Tidak akan. Sampai kiamat-pun, aku tidak akan memberitahumu dimana Anya"
"Brengsek!" ucapnya, lalu Jason meninjuku dan mendorongku hingga punggungku terbentur pintu kamar.
Sialan. Badan Jason tidak terlalu besar dibandingkan aku, namun tenaga psikopat ini lebih besar dariku.
Aku menyeringai ke arah Jason dan berdiri mendekati pria itu perlahan.
"Kalo kamu memang pria sejati, selesaikan masalah ini hanya berdua denganku. Tanpa ada campur tangan orang lain. Hanya kita berdua"
Kakiku sudah melangkah tepat di hadapan Jason dan mata kami sama-sama penuh dengan dendam.
Aneh.
Tiba-tiba Jason menyunggingkan senyum yang aneh.
"Kalau begitu, kamu harus mati juga. Karena tidak boleh ada yang memiliki Anya selain aku!"
"Gila" gumamku.
Jason mengeluarkan pisau tajam dari saku celananya.
Sialan!
Pisau itu di arahkannya ke arahku dengan cepat. Aku menghindar dan berusaha mengambil pisau itu. Dan sialnya, tanganku memegang pisau tajam itu.
Semakin di tekannya pisau itu oleh Jason. Perih mulai terasa dan sepertinya pisau itu berhasil menembus kulit telapak tanganku.
Darah mulai menetes semakin banyak.
Aku tidak tahan lagi.
Aku langsung menendang tepat di tulang rusuk Jason dan membuat pisau yang dipegang Jason terlepas. Aku dapat melihat telapak tanganku yang mulai menganga lebar seperti singa yang sedang menguap.
"Ahhhh, sialan. Kalo kayak gini. Gue bener-bener harus jeblosin lo ke rumah sakit jiwa yang tingkat keamanannya tinggi" kataku keras.
Aku mampu melihat Jason yang berusaha untuk berdiri, namun masih terlihat dari wajahnya yang berusaha menahan rasa sakit akibat tendangan kerasku tadi.
Aku langsung mendekatinya dan menendangnya lagi. Jason langsung jatuh tersungkur. Tanpa memikir panjang lagi, aku langsung mengeluarkan suntikan itu dan menyuntikkannya tepat di leher Jason.
"Hanya segini, sok sekali kamu mau membunuh Anya dan aku! Cih!" gumamku sambil melihat ke arah Jason yang sudah mulai terlihat lemas.
Lalu pintu kamar terbuka dengan sangat keras seperti ada yang menendang.
Sudah berdiri 3 orang tepat di depan pintu kamarku saat ini. Dan ternyata itu komplotan Jason.
Sialan! Kalo kayak gini gue bisa kalah.
"Aishhh...sialan" gumamku kesal. "Jadi gimana pesta di rumah saya? Menyenangkan?" tanyaku.
"Kamu apakan bos saya??!!!" teriak pria berbadan besar ke arahku.
"Ahh dia, dia hanya tidur. Tidur yang panjang untuk perjalanannya ke rumah sakit. Tenang saja. Dia masih hidup" balasku, lalu aku mengeluarkan telepon.
Menelepon Shema.
Terdengar nada sambung ke Shema.
Tiba-tiba salah satu komplotan Jason menyerangku dan sialnya aku sedang tidak dalam posisi siaga.
Mereka menghujaniku dengan berbagai pukulan dan hantaman. Ini benar-benar membuat seluruh badanku terasa membengkak seketika dan sakit.
Sangat sakit.
Belum puas mereka menghajarku habis-habisan, sebuah kaki dengan santainya menginjak tanganku yang terluka akibat pisau Jason tadi.
"ARRRGGHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!" teriakku sangat keras. Luka itu benar-benar diinjaknya oleh sepatu boot besar hingga aku dapat merasakan tulangku yang patah sepertinya.
Aku sudah berada diambang batas kesadaranku. Pandanganku mulai berkunang-kunang. Namun aku masih bisa melihat sangat samar ada seseorang yang datang, dan orang-orang semakin banyak yang datang.
Siapa mereka?
Aku sudah tidak kuat lagi, dan semua menjadi gelap.
***
Nihh part khusus untuk kalian yang sudah sangat bersabar menunggu serial KOMA iniii. Inshaallah author tidak akan membuat kalian menunggu lama lagi. Karena sebentar lagi KOMA akan selesaiiii. Jadi persiapkan diri kalian untuk move on yaahhh. Jangan lupa vote dan commentnyaaa. See youuu ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMA [COMPLETED]
Chick-LitAnya Ardianti terbangun dalam keadaan yang tidak pernah bisa ia jelaskan, Anya hanya bisa mengingat serpihan ingatan dan tidak mengenali dunia ini. Anya menjelma menjadi roh yang hanya bisa terdiam dalam keabu-abuan dunia yang ia sendiri tidak menge...