Kenyataan yang pahit

5.9K 389 16
                                    

"Pa, sekarang Rica lagi dimana?" tanya Sandra kepada Erick.

"Dia lagi di ruangannya" jawab Erick.

Saat ini Sandra sedang berada di Rumah sakit untuk bertemu dengan Rica, namun saat berada di lorong Rumah sakit, ia berpapasan dengan Erick.

"Yaudah Mama mau ketemu sama Rica dulu, ya Pa" ucap Sandra.

"Jangan!"

"Loh kok jangan?"

"Jangan temuin Rica dulu Ma, dia lagi tidak ingin di ganggu siapapun saat ini"

"Emang ada apa Pa?" Sandra mulai khawatir kepada Rica.

"Papa juga nggak tau, tadi dia bilang ke Papa kalo tidak ingin di ganggu dan di temui siapapun"

"Tapi Rica baik-baik aja kan Pa?"

"Iya dia baik-baik aja" balas Erick yang membuat Sandra merasa lega mendengarnya.

"Oh iya Ma, ada sesuatu yang ingin Papa bicarakan sama Mama"

"Soal apa Pa?"

"Lebih baik sekarang Mama ikut Papa" Erick mengajak Sandra menuju ruangan miliknya.

Sandra sendiri langsung mengikuti Erick dari belakang untuk menuju ruangan miliknya itu.

Di lain sisi Rica hanya duduk terdiam di atas sofa, Rica sekarang sedang memikirkan sesuatu.

Tentu saja saat ini ia sedang memikirkan kejadian di sekolah tadi.

Rasanya terlalu menyakitkan untuk mengingat apa yang terjadi di sekolah, tapi pikiran Rica tak bisa lepas dari itu semua.

Semua perktaan Rico dan teman-temannya tidak bisa menghilang dari pikirannya.

Kata perkata yang di ucapkan mereka bahkan bisa membuat Rica hafal.

Bagaimana Rica tidak hafal, kata-kata tajam yang mereka katakan untuk untuk Rica terlalu mudah di ingat karena begitu menyakitkan hati Rica.

"Kenapa? kenapa? kenapa mereka semua ngomong kayak gitu gue, dan kenapa kakak bisa ngomong hal yang begitu menyakitkan buat gue, kenapa?" batin Rica.

Rica seketika memegangi dadanya, ia merasakan sesuatu yang begitu sesak, perasaan yang begitu menyakitkan.

Sulit sekali rasanya untuk bernafas, begitu sulit, benar-benar sangat sulit.

"Rica!" panggil seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan Rica.

Seorang lelaki yang benar-benar mudah sekali di kenal suaranya oleh Rica.

Rendy

Rendy kembali menutup pintu tersebut, ia mencoba mendekati Rica yang sedang memegangi dadanya karena terasa sesak.

"Rica lu kenapa?" tanya Rendy, tapi Rica tetap diam.

Rendy yang sekarang sudah berada di hadapan Rica, ia pun  langsung jongkok di hadapan Rica.

"Rica lu kenapa? lu marah sama gue gara-gara gue nggak bisa nemenin lu di sekolah atau gimana?" Rendy sedikit khawatir karena sikap Rica.

Rica tetap diam tertunduk lesu sambil memegangi dadanya yang begitu sesak.

"Rica" Rendy mengambil kedua tangan Rica, lalu ia genggam erat-erat ke dua tangan Rica.

Tapi Rica tetap tidak merespon sama sekali.

Tes.

Air mata Rica menetes tepat di punggung tangan Rendy.

Rendy yang merasakan tetesan air mata Rica mulai panik, ia tidak tau apa yang terjadi pada Rica.

Its MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang