Kecewa?

6.5K 423 12
                                    

"kamu yakin nggak apa-apa Rica?" tanya Erick.

"Santai aja Pa, aku nggak apa-apa kok, lagi pula tinggal di Rumah sakit lebih nyaman dari pada di rumah, Rica jadi punya banyak temen disini hehe" jawab Rica dengan gembira.

"Yaudah kamu istirahat aja, Papa masih ada pasien yang harus di urus" Erick mengusap rambut anaknya.

"Oke Pa, semangat ya!" Rica memberikan semangat kepada Erick.

"Makasih ya sayang" Erick mengecup lembut kening Rica.

"Iya Pa sama-sama" Erick akhirnya meninggalkan Rica, dan Rica sendiri melambaikan tangannya kepada Erick.

Sekarang Rica berada di Rumah sakit, Rica akan tinggal di sana karena....ya pasti itu karena Rico.

Saat perkataan Rico tadi, Rica benar-benar sangat sedih, rasanya ia ingin menangis, tapi Rica menutupi kesedihannya itu dengan senyuman.

Rica sendiri lah yang ingin tinggal di Rumah sakit, karena ia tahu bahwa Rico tidak ingin melihat keberadaan adiknya di rumah.

Rica tidak ingin membuat Rico terganggu karena dirinya, untuk itu Rica memutuskan untuk tinggal di Rumah sakit.

Awalnya Erick dan Sandra tidak menyetujui itu, tapi Rica benar-benar memohon, Rica benar-benar tidak ingin kakaknya terganggu karena kehadiran dirinya di rumah.

Dan di Rumah sakit juga, Rica akan cepat sembuh, luka-lukanya dapat di tangani dengan baik jika berada di Rumah sakit.

Mungkin di Rumah sakit akan membuat Rica bosan, tapi juga membuat Rica nyaman.

Rica bosan mungkin karena suasana Rumah sakit, dan hal yang membuatnya nyaman adalah, ia tidak sendirian, Rica pasti akan memiliki teman disana walaupun semuanya adalah pasien di Rumah sakit, bukan hanya itu saja, Rica juga bisa bermain playstation di ruangannya.

"Tidur aahh" Rica membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

Tapi Rica sendiri tidak bisa tidur, ia terus memikirkan Rendy, ia memikirkan tentang apa yang sudah ia lakukan tadi kepada Rica.

Rica hanya bisa senyum-senyum sendiri membayangkan wajah Rendy yang begitu imut menurutnya.

Rica juga bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya.

"Rica!" Erick tiba-tiba saja membuka pintu ruangan Rica, dan membuat Rica terkejut, ia langsung kembali ke posisi duduk.

"Ada apa Pa?" tanya Rica.

"Kamu liat kacamata Papa nggak?, dari tadi Papa nyari nggak ketemu, mungkin ketinggalan disini kali ya" Erick mencoba mencari-cari kacamatanya.

"Pa" panggil Rica.

"Sebentar sayang" Erick masih sibuk mencari dimana kacamatanya.

"Papa, sini dulu deh" panggil Rica lagi.

"Huh, ada apa Rica sayang?" Erick mulai mendekati Rica.

"Papa nyari kacamata kan?"

"Iya sayang"

"Itu kacamatanya ada di kepala Papa" Rica menunjuk ke arah kepala Erick, dan benar kacamatanya berada di kepala Erick sendiri.

"Eh iya iya hehe Papa lupa" Erick langsung menyentuh kepalanya, dan menyadari kacamatanya berada disana. Erick segera memakai kacamatanya kembali.

"Efek umur ckckck" ledek Rica.

"Kamu ini, bisanya ngeledek Papa mulu" gumam Erick.

"Lah emang udah tua kan, udah Pa jangan nutup-nutupin umur, kalo udah tua mah ngaku aja" Rica mulai meledek Erick lagi.

Its MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang