Alasan lain?

6.2K 420 23
                                    

"Kakak!, Papa!, Mama, kalian dimana? Kenapa Rica di sini!? tolong Rica! Rica takut sendirian! kenapa terlalu gelap! siapapun! tolong! tolong ini terlalu mengerikan! Rica nggak bisa merasakan apapun di sini, tolong Rica! Rica takut! Kakak, Papa, Mama, tolong Rica!! Rica ingin keluar dari sini!, Rica takut sendirian!....Tolong Rica!!"

--------

"Tolong!!" Rica terbangun dari tidurnya, ia berteriak begitu keras, saat ini ia benar-benar merasa ketakutan.

Rica langsung terduduk, ia menutup kedua telingannya dengan tangan sambil memejamkan mata.

"Rica!!" teriak Erick yang baru saja membuka pintu ruangan milik Rica.

Sebelumnya Erick hanya berjalan santai untuk menuju ke ruangan Rica, namun ia mendengar teriakan anaknya yang begitu keras, Erick segera berlari menghampiri Rica karena takut sesuatu terjadi pada Rica.

"Rica kamu kenapa?!" Erick menghampiri Rica yang sekarang sedang ketakutan.

Rica sedikit mendengar suara Erick, perlahan ia membuka matanya, dan benar sekarang Erick berada di sampingnya.

"Papa!" Rica langsung memeluk Erick dengan erat.

"Rica kamu kenapa?!" Erick membalas pelukan Rica. Tapi Rica sendiri malah menangis dalam pelukan Erick.

"Rica takut Pa, ini sakit, rasanya terlalu sakit saat sendirian, Rica nggak bisa menemukan siapapun, Rica takut Pa!" ucap Rica sesegukan.

"Kamu sekarang sudah aman sayang, Papa di sini, kamu sekarang sudah tidak bisa merasakan sakit lagi karena Papa sudah berada di sisi kamu" Erick mengecup ubun-ubun Rica dengan rasa sayang yang luar biasa.

"Tapi Rica takut Pa, Rica nggak bisa ngerasain tubuh Rica sendiri, rasanya sangat sakit di saat tidak ada siapapun di sisi Rica, Rica takut!" Rica masih terus menangis.

"Hey sayang liat Papa sekarang" Erick melepas pelukannya, ia menyuruh Rica melihat dirinya, "Papa ada di sini bersama kamu, Papa nggak akan biarin kamu sendirian, Papa nggak akan ninggalin kamu, begitu juga dengan Mama sama Rico" Erick berusaha menenangkan Rica.

"Tapi__" ucapan Rica terpotong karena Erick menutup mulut Rica dengan lembut.

"Sssttt... kamu nggak boleh takut oke, kamu ini anak Papa yang kuat, kamu nggak boleh menyerah sayang, sebenarnya apa yang kamu rasakan itu tidak benar!, apa yang kamu mimpikan itu tidak benar!, kamu tidak sendirian di sana!, kamu harus mencari dan terus mencari, karena pasti ada seseorang di sana, dan ingat Rica! kamu hanya bermimpi saja" Erick mencoba memberi semangat Rica. Erick menarik tangannya dari mulut Rica, tangannya beralih pada pipi Rica, perlahan Erick mengusap air mata yang membasahi pipi Rica.

Rica seketika terdiam, ia mencoba mencerna perkataan Erick, tiba-tiba saja senyuman mulai terlukis di wajah Rica, menurut Rica, apa yang di katakan Erick memang benar.

"Makasih Pa" ucap Rica dengan senyuman yang terlukis di wajahnya.

"Buat apa?" tanya Erick.

Rica langsung memeluk Erick kembali. "Karena Papa udah mau berada di sisi Rica" jawab Rica pelan.

"Sama-sama sayang" Erick tersenyum melihat anaknya yang sudah membaik.

"Pa"

"Apa sayang"

"Ini jam berapa?"

"Ini jam 5 pagi, memangnya kenapa?"

"Rica mau sekolah Pa"

"Eh, kamu kan belum sehat"

Rica segera melepaskan pelukannya.

"-_- kurang sehat apa lagi sih Rica? Rica bosen di sini terus, Rica mau ngeliat temen-temen Rica tau" Rica mulai kesal.

Its MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang